cinta dalam jas putih

Rumah Seperti Dalam Mimpi



Rumah Seperti Dalam Mimpi

0Yoga menghentikan mobilnya tepat di depan rumah yang dengan cat putih yang mendominasi seluruh ruangan yang terlihat dari arah Nita yang berada di dalam mobil.     

Rumah berlantai satu itu terlihat tidak asing bagi Nita, dia pernah merasakan tinggal dirumah tersebut jauh sebelum yoga memperlihatkannya hari ini.     

Ya, di dalam mimpi yang Nita rasakan begitu nyata dan indah.     

" Untuk sementara waktu, tinggalah disini " yoga memegang tangan Nita, membuatnya seketika kembali pada kenyataan setelah dia mencoba mengingat satu persatu kejadian yang dia alami.     

Nita tersenyum kecil " baiklah "     

Dia segera melepaskan genggaman tangan yoga, dan beranjak keluar dari mobil mendahului yoga yang masih terpaku dengan sikap penolakan Nita.     

Yoga menyadari sikap Nita yang terlihat berbeda padanya, dia pun segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu rumah.     

" Kamu tidak apa-apa sendiri dirumah? " yoga mencoba memperlihatkan kekhawatirannya pada Nita.     

" Tidak apa " jawab Nita pendek, dia masih sibuk melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah.     

" Kamu baik-baik saja kan? " yoga bertanya kembali untuk memastikan Nita hanya sedang menghindarinya dengan sikap acuhnya.     

" Tenang saja, aku akan baik-baik saja " Nita memperlihatkan senyuman tegarnya ke hadapan yoga.     

" Sebaiknya oppa dokter segera kembali ke rumah sakit " sambung Nita.     

Dahi yoga berkerut, dia menatapi Nita penuh Dengan keanehan " tapi aku belum menunjukan semua ruangan dirumah ini "     

" Tidak perlu " Nita tersenyum " aku sudah tahu, kamar tidur ada di sebelah kanan, di ujung sana kamar untuk Axel jika dia sesekali menginap disini, di depan sana itu ruang kerja oppa dokter, dan dapurnya di belakang sana "     

Nita mengatakan satu persatu secara detail setiap ruangan rumah dengan satu tangannya yang menunjukan setiap tempat dengan benar. Di wajahnya terlihat begitu menunjukan kepercayaan dirinya bahwa dia sudah begitu hapal setiap sudut ruang rumah yang baru dia kunjungi.     

" Kamu yakin baik-baik saja? " yoga semakin khawatir dengan setiap ucapan Nita, dan begitu mengejutkan bahwa dia sudah mengetahui setiap ruangan rumah yang baru pertama kali dia perlihatkan pada Nita.     

" Bukankah aku baru pertama kali membawamu kerumah ini? " yoga menatapi Nita dengan penuh kecurigaan " tapi sepertinya kamu sudah sangat hapal dengan rumah ini "     

Nita akhirnya menyadari bahwa yoga pasti akan menyimpan rasa curiga padanya karena dia seperti terlihat sudah pernah mengunjungi rumah tersebut.     

" Sebaiknya oppa dokter cepat kembali kerumah sakit " akhirnya Nita menggunakan cara andalannya, memberikan satu pelukan dan tatapan manjanya serta senyuman yang paling indah.     

" Bukankah masih ada operasi cito? " sambung Nita masih dalam pelukan dan tatapannya pada yoga.     

" Baiklah, aku pergi sekarang " akhirnya yoga tersihir oleh semua tindakan Nita padanya, mengurungkan niatnya bertanya lebih banyak pada Nita.     

" Aku kembali lagi nanti malam " yoga mengusap lembut pipi Nita " kamu harus menjaga dirimu baik-baik "     

" Oppa dokter " seketika ekspresi wajah Nita berubah dia menangkap kedua mata yoga di dalam tatapannya.     

" Bisakah untuk beberapa waktu ini membiarkan aku sendiri saja? "     

Yoga terdiam sejenak mendengar permintaan dari wanita yang beberapa saat yang lalu bersikap manja padanya.     

" Tapi kamu harus berjanji tidak melakukan hal yang aneh-aneh " akhirnya yoga mengalah.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat begitu indah di wajah Nita " aku janji, tenang saja, aku tahu nanti oppa dokter pasti akan bawa mba Mumu kerumah ini dan Axel juga nantinya akan tinggal disini,,,"     

Suara Nita memelan begitu menyadari semua ucapan yang secara spontanitas keluar dari bibirnya, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika melihat ekspresi yoga yang berubah.     

" Jangan-jangan kamu tahu apa yang akan kamu hadapi besok atau lusa? " yoga bicara dengan tatapan penuh keanehan pada Nita, dia bisa dengan tepat mengatakan apa yang baru saja terlintas dipikiran yoga.     

Nita mengalihkan pandangannya ke arah lain dan bicara dengan pelan " aku tahu Elsa akan memberikan aku surat yang harus aku tanda tangani, surat perceraian kita,,,"     

Nita menutup kedua matanya tidak berani menatap yoga karena apa yang telah dia ucapkan yang seolah-olah keluar dari bibirnya tanpa ada perintah darinya.     

Dengan segera dia berpura-pura memegang kepalanya " sepertinya kepalaku sakit, oppa dokter aku harus istirahat sekarang ini "     

Yoga menahan tawanya melihat semua tindakan aneh istrinya itu, dia mengusap rambut Nita dan memberikan satu ciuman di kening Nita.     

" Jangan membuat aku khawatir " dan lalu menempelkan keningnya di kening Nita " aku tidak akan pernah membiarkanmu sendiri walaupun kamu tidak ingin melihatku, aku cukup dengan melihatmu baik-baik saja di tempat dimana kamu tidak bisa melihatku "     

" Aku hanya memohon kamu bisa memaafkanku, dan bertahanlah denganku "     

Nita membisu setelah mendengarkan semua yang diucapkan yoga padanya, matanya masih menatapi yoga yang terlihat memasang wajah yang menunjukan kesungguhannya.     

" Berikan aku waktu " satu ucapan yang keluar dari bibir Nita seraya menjauhkan wajahnya dari yoga.     

" Pergilah " Nita berjalan menjauhi yoga menuju kamarnya, menutup pintu kamarnya begitu rapat dan membiarkan yoga sendirian.     

Dia hanya merasa untuk saat sendiri adalah keputusan yang tepat agar Nita dapat mengingat semua kejadian yang dia alami seperti kejadian di masa yang akan datang.     

" Precognitive dream adalah mimpi yang aku alami,,," Nita memandangi layar ponselnya begitu serius, dia begitu ingin tahu apa yang telah terjadi padanya selama ini sampai harus mencarinya di internet sendiri.     

" Disini disebutkan, mimpi itu bisa menjadi kenyataan atau hanya sekedar mimpi belaka saja " Nita berbicara pada dirinya sendiri.     

" Tapi,,,nenek harus pergi sama seperti yang aku impikan tanpa bisa melihatnya untuk terakhir kali " diapun melambungkan pikirannya, menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur.     

Satu tetesan air matanya berjalan di pelipisnya mengiringi lamunannya. Tatapannya begitu kosong menatap ke arah langit-langit kamarnya.     

Beban ini terlalu berat untuknya, seperti kisah drama yang begitu panjang dan menyakitkan untuknya. Membuat Nita merasakan sakit di kepalanya, dengan cepat Nita mencoba menutup kedua matanya dan mencoba untuk melupakan sejenak kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidupnya dengan memejamkan matanya.     

" Cacing di perutku sepertinya sudah mulai berdemo " Nita membuka matanya perlahan setelah begitu lama dia tertidur tadi.     

Satu tangannya menggosok-gosok kedua matanya untuk memastikan penglihatan itu benar ketika melihat jam yang tertempel di dinding kamar menunjukan pukul sepuluh malam.     

Dia bergegas turun dari tempat tidurnya menuju ke arah dapur, membuka semua lemari berharap menemukan sesuatu yang bisa dia masak dan makan.     

" Akhirnya,,," wajah Nita begitu sumringah begitu melihat dua bungkus mie instan yang tersimpan di dapur, dengan segera dia memasak untuk menghentikan teriakan-teriakan cacing-cacing di dalam perutnya.     

" Di saat seperti ini mie instan memang menjadi dewa penolong " Nita tersenyum menatapi satu mangkok yang tersimpan di atas meja makan tepat dihadapannya.     

Tapi seketika Nita terdiam, dia menjadi begitu merasakan sosok yoga terlintas dalam pikirannya, dan merasakan bahwa saat ini yoga berada di dekatnya dan memperhatikannya.     

" Aku merasa kamu berada di dekatku " Nita berkata pada dirinya sendiri, merasakan sesuatu dorongan dari dalam hatinya untuk pergi ke ruangan depan dan melihat keluar rumah dari jendelanya.     

" Aku pasti berkhayal merasa oppa dokter berada di luar rumah, dan tertidur di dalam mobilnya,,," Nita tersenyum sendiri seraya membuka sedikit tirai jendela dan memastikan jika kata hatinya itu tidak benar-benar terjadi.     

Matanya begitu lama untuk berkedip dan segera saja keluar dari rumahnya begitu mendapati mobil yoga yang terparkir tepat di depan rumahnya, sepertinya dia tertidur begitu lelap sampai-sampai tidak menyadari bahwa yoga sudah berada di depan rumah entah dalam waktu yang berapa lama.     

" Oppa dokter " Nita mengetuk kaca mobil, dia melihat sosok yoga yang duduk dan tertidur di dalam mobilnya.     

Ketukan tangan Nita mengejutkan yoga, membuatnya membuka mata dan terbangun.     

" Kenapa tidak masuk kedalam rumah? " nada bicara Nita sedikit tinggi " kenapa tidur di dalam mobil? "     

" Bukankah tadi kamu mengatakan hanya ingin sendiri " yoga menggaruk kepalanya yang tidak gatal " aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, tapi sepertinya tadi aku kelelahan dan tertidur "     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam, dia menyadari kekalahannya bahwa dia tidak bisa membiarkan lelaki dihadapannya ini tertidur di mobilnya " masuklah "     

Nita berjalan lebih dulu menuju kedalam rumah diikuti yoga.     

" Ini wangi apa? " yoga bertanya pada Nita sesampainya di dalam rumah.     

" Aku membuat mie instan " Nita segera menuju meja makan dimana mie yang dia buat tadi tersimpan begitu lama karena harus membawa yoga kedalam rumah.     

" Wah, sepertinya ini enak " yoga terduduk disamping Nita dan langsung merebut mangkok berisi mie yang Nita buat tadi     

" kebetulan sekali aku lapar "     

" Pak dokter, itu makananku " Nita merengek mencoba mengambil kembali mie yang dibuatnya " bukannya oppa dokter tidak suka mie instan, aku lapar sekali "     

Yoga tidak benar-benar memakan mie yang dia ambil dari Nita, dia menyimpannya kembali di atas meja. Beranjak dari duduknya, tidak lama kemudian kembali dengan membawa satu bungkusan dan lalu yoga simpan tepat di hadapan Nita.     

" Makanlah " yoga mengusap lembut rambut Nita " aku membelinya di depan rumah sakit, tempat makan favoritmu "     

Nita tertegun melihat tindakan yang diakuinya begitu manis yang yoga lakukan padanya.     

" Mie nya dibuang saja " sambung yoga " aku akan pergi supaya kamu bisa makan dengan tenang "     

" Pak dokter " tangan Nita menggapai satu tangan yoga menghentikan yoga yang akan pergi " temani aku makan, aku tahu oppa dokter juga pasti belum makan, kita makan bersama "     

Nita melemparkan senyumnya ke arah yoga, dan memaksanya untuk kembali duduk disamping Nita mengajaknya untuk makan bersama.     

" Aku memang membencimu atas apa yang kamu lakukan " suara dalam hati Nita ketika memandangi sosok yoga yang menyuapinya     

" Karena hanya orang yang kita cintailah yang selalu membuat kita merasakan benci " lagi-lagi hati Nita berkata.     

" Sepertinya aku masih tetap keren sampai-sampai kamu melihat aku seperti itu " perkataan yoga ini membuat Nita terbatuk karena tersedak.     

Yoga tertawa kecil menggelengkan kepalanya, beranjak dari duduknya dan segera mengambilkan air minum untuk Nita.     

" Terima kasih "     

Nita tersenyum melihat setiap perlakuan yoga padanya, begitu memperlakukannya secara istimewa.     

Yoga memegang tangan Nita dan tersenyum menatapi Nita " hiduplah dengan baik, aku sangat yakin kalau kamu wanita yang hebat "     

" Aku tidak akan memaksamu lagi untuk memaafkanku " lanjut yoga " aku hanya ingin kamu bahagia untuk saat ini dan selanjutnya "     

Nita terdiam mendengar ucapan yoga yang dia sendiri mengartikan bahwa yoga seperti ingin melepaskannya.     

" Dan sepertinya sekarang aku yang tidak ingin melepaskanmu " Nita lagi-lagi mengatakannya di dalam hatinya, dia sudah begitu yakin tahu apa yang selanjutnya akan terjadi padanya setelah ini, dan dia merasa hanya perlu mengendalikannya dan sedikit merubahnya menjadi seperti apa yang dia inginkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.