cinta dalam jas putih

Precognitive Dream one



Precognitive Dream one

0" Nita,,," terdengar suara yang memanggilnya begitu samar dan berat, namun suara lembut dan khas itu sangat begitu Nita kenal.     

Dia hanya dapat mendengar suara yoga yang berulang kali memanggilnya, semua pandangan disekitarnya masih gelap dan tidak ada yang dapat Nita lihat. Dia hanya bisa mendengar semua suara orang-orang yang sepertinya sedang berada di dekatnya.     

Nita dapat merasakan tangannya mendapat genggaman dari seseorang, dan dia mencoba untuk berusaha keras menggerakkan jari-jarinya.     

" Yo,,,ga,," Nita berusaha mengeluarkan satu kata, seseorang yang sangat ingin sekali dia panggil dan berharap yoga dapat mendengar apa yang dia ucapkan.     

Nita merasakan tubuhnya yang semula begitu dingin, tetiba merasakan satu kehangatan. Gambaran gelap di penglihatannya mulai berganti putih namun tidak berbentuk, yang semakin lama berubah menjadi sebuah kabut tebal.     

Sosok yoga merupakan orang pertama yang dapat Nita lihat ketika kabut yang berada di pandangannya hilang.     

" Nita,," raut wajah yoga penuh rasa bahagia melihat Nita yang membuka matanya.     

Segera saja yoga memeluk dan menciumi wajah Nita, dengan lelehan air mata yoga yang membasahi pipi nita.     

Yoga tidak mempedulikan tindakannya itu dilihat oleh dua orang perawat dan satu orang dokter jaga yang tengah berada di ruangan intensive care unit.     

" Kenapa kamu menangis? " Nita berbisik ke arah yoga yang tengah menciumi wajahnya dengan lelehan air matanya yang membasahi pipi Nita.     

" Dimana anakku? " Tanya Nita kembali.     

Yoga melepaskan pelukannya perlahan, dan menatap Nita dengan penuh keanehan.     

" Sayang,," yoga menyembunyikan semua kecemasan di wajahnya " lebih baik kamu istirahat dulu, kamu baru saja sadar "     

" Aku bicara sebentar dengan dokter " sambung yoga, meletakan kedua tangannya di pipi Nita dan melemparkan senyumannya.     

" Baiklah " Nita menghiasi wajah pucatnya dengan senyuman kecil ke arah yoga.     

Yoga beranjak dari duduknya, tatapannya tidak pernah lepas memandang Nita yang masih dalam senyumannya.     

" Aku akan segera kembali " sambung yoga, dia terlihat begitu enggan meninggalkan Nita walau untuk waktu yang sebentar.     

Nita tersenyum " baiklah "     

Dalam senyumannya Nita yang tidak memiliki kekuatan sedikit pun untuk berpikir berusaha mencari tahu sendiri apa yang telah terjadi pada dirinya, dan tentu saja hal yang membuat laki-laki yang berada di sampingnya dan memeluknya itu mengeluarkan air matanya.     

" Suster " panggil Nita dengan suaranya yang sedikit serak.     

Sosok perempuan muda lengkap dengan seragam ruangan yang dipakainya menghampiri Nita dengan senyuman.     

" Ada yang bisa saya bantu? "     

" Suster Arin,," Nita membaca tulisan di ID card yang dipakai perawat yang berada di hadapannya     

" Kenapa saya berada di ruang ICU? " Nita begitu penasaran dengan apa yang sedang dialaminya saat ini " saya kan hanya pingsan setelah melahirkan,,"     

" Melahirkan?? " kerutan di kening suster Arin terlihat jelas oleh Nita " bidan Kanita, lebih baik sekarang istirahat saja, setelah lima hari tertidur itu pasti melelahkan dan mengalami banyak hal,,"     

" Lima hari? " Nita semakin kebingungan " apa mungkin saya pingsan selama lima hari? "     

" Tunggu,,," sambung Nita " boleh saya tahu kenapa saya masuk ICU? "     

" Nanti, setelah dokter melakukan pemeriksaan " suster Arin tersenyum manis ke arah nita dan meninggalkan Nita yang masih dalam tanda tanya besar apa yang menyebabkan tiba-tiba dirinya terbaring di ruang intensive care unit.     

Beberapa menit sepeninggal suster Arin, yoga muncul bersama dengan seorang laki-laki paruh baya yang lengkap dengan jas putihnya menghampiri Nita yang masih terbaring di tempat tidurnya.     

" Sekarang apa yang kamu rasakan? " tanyanya pada nita, sambil melakukan serangkaian pemeriksaan pada nita.     

" Saya merasakan seluruh badan saya kesakitan " jawab Nita " mungkin karena melahirkan kemarin,,,"     

" Nita " yoga bicara dari arah belakang mereka seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi terhenti karena dokter yang tengah memeriksa Nita memberikan isyarat pada yoga untuk tidak melanjutkan ucapannya.     

Nita yang sudah terlanjur mendengar yoga memanggil namanya semakin teraneh ketika yoga tidak melanjutkan perkataannya.     

" Jika kondisimu stabil sampai dengan besok, kamu bisa alih rawat "     

Nita tersenyum " terima kasih dokter "     

Sang dokter membalas dengan senyuman dan tepukan lembut di pundak Nita, dan terlihat mendekat ke arah yoga yang masih berdiri di samping Nita.     

" Untuk sekarang, kamu ikuti saja apa yang dikatakannya " bisiknya pada yoga " kamu tidak usah khawatir, mungkin ini efek kemarin sempat syok. Kita katakan pada Nita secara perlahan saja "     

" Baiklah " yoga menganggukan kepalanya.     

Yoga duduk disamping Nita setelah dokter yang melakukan pemeriksaan pada Nita pergi, dia memegang satu tangan Nita dan menciumnya.     

" Ada apa? " Nita tersenyum keanehan seraya menatapi wajah yoga yang terus saja memandangi Nita.     

Satu tangan yoga yang lain mengusap rambut Nita dengan lembut, diwajahnya masih tampak senyuman " tidak ada sayang, aku hanya terlalu bahagia melihat kamu akhirnya membuka matamu, dan,,,sekarang bicara padaku "     

" Aku sedikit bingung sekarang ini " Nita mencoba berpikir tetapi itu membuat kepalanya menjadi sakit.     

" Sudahlah,,," yoga memberi pelukannya pada Nita dan berbisik " setelah kamu stabil dan keluar dari ruangan ini aku janji akan menceritakannya "     

" Baiklah " Nita mengusap lembut pundak yoga " sekarang ini sepertinya aku mengantuk, bolehkan aku tidur? "     

" Tentu saja " yoga mencium kening Nita, dan kembali duduk disamping Nita untuk memastikan Nita tertidur.     

Setelah lama duduk disamping Nita, yoga melihat Nita yang tertidur pulas. Dia pun beranjak dari duduknya dan memanggil suster Arin untuk menggantikannya menjaga Nita.     

" Suster arin!! " Nita membuka matanya ketika yoga pergi dan digantikan suster Arin.     

"Dokter yoga bilang,,,katanya,,,tidur,,," suster Arin membulatkan bibirnya melihat Nita yang terbangun.     

" Kalau aku nggak pura-pura tidur pasti dokter yoga seharian duduk disini " jelas Nita.     

Nita memegang satu tangan suster Arin dan membawanya untuk duduk lebih dekat dengan Nita.     

" Suster, ayo cepat ceritakan dimana putriku "     

"Tapi, dokter yoga bilang,,," suster Arin tidak melanjutkan ucapannya hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal dengan wajah yang begitu ketakutan.     

" Tidak apa-apa " Nita mencoba meyakinkan suster Arin " aku janji akan baik-baik saja "     

" Ayolah,,,aku mohon,,," Nita memasang wajah memelas.     

" Baiklah, tapi janji harus tetap baik-baik saja "     

Nita melebarkan senyumannya dan mengangkat satu tangannya sebagai tanda dia berjanji.     

" Sebenarnya,,bidan Kanita masuk ICU setelah kuretase karena perdarahan hebat, dan tidak sadarkan diri selama lima hari "     

Mendengar apa yang dikatakan suster Arin membuat Nita mengeluarkan ekspresi keterkejutannya, dan tentu saja tidak mempercayainya begitu saja.     

" Seperti koma, begitu? " Nita benar-benar dibuat penasaran kali ini.     

Dan suster Arin hanya menjawab dengan anggukan.     

" Selama lima hari kemarin saya menemani, saya selalu melihat bidan Kanita menangis dan ketika saya menghapus air mata itu saya merasakan kesedihan yang sama "     

Tangan Nita memegang kedua kepalanya yang mulai terasa sakit, tapi dia sudah berjanji pada suster Arin untuk tidak menyusahkan nya. Dia berusaha untuk tidak terlalu berpikir keras sekarang ini.     

" Suster tahun berapa sekarang? " tanya Nita kemudian.     

" 2016 "     

" Apa mungkin?? " tanya Nita dalam hatinya " kejadian yang dialami itu,,,mimpi ketika aku tidak sadarkan diri? "     

" Tapi,,,seperti kenyataan " lanjut Nita dalam hatinya, dia tidak memperlihatkan kebingungannya pada suster Arin yang masih duduk disampingnya.     

Nita merasakan semua kejadian yang dialaminya diluar nalar dan tampak seperti nyata olehnya, dan memang sedikit berlebihan menurutnya. Ini seperti yang di ceritakan di buku yang pernah dia baca, ketika seseorang merasa menjalani kehidupan masa mendatang di bawah alam sadarnya. Dan Nita mengalaminya sendiri kali ini.     

" Kenapa kamu belum tidur? " yoga duduk di tempat tidur dimana Nita terbaring.     

" Oppa dokter ini ruangan ICU,," nada bicara Nita sedikit tegas " tempat tidur pasien tidak boleh di duduki keluarganya "     

Yoga tertawa kecil " kenapa kamu panggil seperti itu " yoga memencet lembut hidung Nita " itu panggilan yang lucu "     

" Dan yoga juga tidak tahu kalau aku selalu memanggilnya oppa dokter " Nita berkata dalam hatinya.     

Nita tersenyum dan memegang tangan yoga, sekarang ini dia belum tahu pasti apa yang tengah terjadi pada dirinya dan kejadian tiga tahun yang dia lalui.     

" Kamu tidak apa-apa sendirian? " pagi ini yoga yang masih berada di samping Nita begitu menatapinya dengan penuh rasa cemas.     

" Tidak apa-apa " Nita tersenyum ke arah yoga " pergilah pasiennya sudah menunggu "     

Yoga menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, menghampiri Nita dan mencium keningnya.     

" Kamu pasienku yang paling utama dan pertama! " ucapnya sambil memandangi mata indah yang dimiliki Nita.     

" Tapi kamu menyakitiku,," tiba-tiba Nita mengatakan sesuatu yang membuat yoga terdiam dan memperlihatkan ekspresi penyesalannya.     

Beberapa saat kemudian tawa kecil Nita muncul " aku bercanda pak dokter, pergilah aku baik-baik saja "     

Yoga berusaha tersenyum mendengar semua yang Nita ucapakan,walaupun sebenarnya dia masih merasakan beban bersalahnya pada nita. Dia kembali mendaratkan ciumannya di kening dan pipi Nita sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nita sendirian di ruang perawatan.     

Semakin lama, senyuman di wajah Nita menghilang dan matanya tertuju pada jari manisnya yang masih melingkar cincin pernikahannya.     

" Hari ini, hari yang sama, ditempat yang sama dalam mimpiku aku pergi meninggalkan yoga dan menyimpan cincin ini diruangan ini,,," pandangan Nita berputar ke seluruh sudut ruangan dimana dia terbaring sendirian.     

Dia mulai terbangun dari tidurnya dan terduduk, Nita sedikit demi sedikit tersadar dan mengerti bahwa dia telah melalui kejadian mimpi indah layaknya seperti kenyataan di saat dia tidak sadarkan diri karena syok akibat perdarahan yang dialaminya,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.