cinta dalam jas putih

Terima kasih telah memberiku kebahagiaan



Terima kasih telah memberiku kebahagiaan

0" Kenapa harus di ruangan VIP? " pandangan nita terus saja memandangi ruang bersalin yang tidak asing diingatannya.     

Dia tersenyum kecil ke arah edna sambil meringis kesakitan merasakan kembali kontraksi dari dalam perutnya.     

" Kamu mau aku di pecat! " cetus edna dalam tawa kecilnya " ingat sayangku, sekarang ini kamu istri dari konsulen kita "     

Nita tersenyum " aku tidak masalah disimpan di ruangan biasa "     

" Sudah,," edna membantu nita duduk di tempat tidur " aku aneh sama kamu, masih bisa senyum-senyum padahal sudah pembukaan 7, kalau aku dulu sudah teriak-teriak sambil nangis "     

" Aku sebenarnya sangat ingin seperti itu " nita mengomentari " tapi kasihan pak dokter, nanti banyak pegawai lain yang membicarakannya gara-gara aku teriak " dia mencoba mengatur nafasnya yang mulai tidak teratur karena harus menahan sakit.     

" Sepertinya mereka masih di perjalanan,," nita melihat ke arah jam yang tertempel di dinding ruang bersalin, sesekali dia meringis merasakan kesakitan yang begitu dahsyat dari dalam perutnya.     

Dan disaat seperti ini dia hanya dapat merasakannya sendiri, karena dia sendiri yang memerintahkan pada yoga untuk melanjutkan perjalanannya menjemput elsa dan putranya axel.     

" Lebih baik aku jalan-jalan dulu " nita beranjak dari duduknya dan berdiri disamping tempat tidurnya.     

Mata edna membulat, melototi sosok nita "kamu sudah gila, ini sudah pembukaan tujuh mana bisa jalan-jalan!"     

" Kenapa juga dokter yoga belum datang" edna menarik nafasnya " aku sudah dibuat panik oleh kelakuan istrinya ini!"     

Nita tersenyum dalam wajahnya yang memucat " nanti aku akan bilang pada dokter yoga kalau kamu galak kepada istrinya yang sedang merasakan kontraksi,,"     

Belum selesai pembicaraan nita, tiba-tiba dia merasakan air ketuban mulai membasahi kedua kakinya " edna, sepertinya ini ketuban "     

" Cepat kembali ke tempat tidurmu " edna mulai panik " kamu ini, keras kepala sekali. kalau bukan istri dokter yoga sudah aku marahi dari tadi! "     

Nita perlahan naik ke tempat tidur, dan mulai tidak dapat menahan dorongan kuat dari dalam perutnya.     

" Cepat tolong aku " nita meninggikan suaranya ke arah edna " kenapa kamu diam saja, aku sudah tidak bisa menahannya! "     

" Hei, nita kenapa kamu mengedan! " edna semakin panik, dia segera memakai sarung tangan steril " nita,,tunggu sampai dokter yoga datang ya sayang,,"     

" Tapi masih setengah jam lagi mereka kembali " nita berusaha mengatur nafasnya, berusaha mengalihkan keinginannya untuk mengedan.     

Dan sepertinya kali ini tidak semudah yang dia pikirkan, semakin dia mengalihkannya kontraksi dari dalam perutnya semakin kuat dan teratur dengan jarak waktu yang pendek.     

" Edna, cepat bawa partus set nya aku sudah tidak bisa menahannya! " cetus nita     

" Tapi,,,"     

" Kalau tidak mau, besok aku akan menyuruh dokter yoga memecatmu" ancam nita penuh dengan kekesalan yang timbul dari rasa sakitnya.     

Edna segera mengambil partus set sesuai dengan perintah nita, dia begitu tidak percaya dengan sikap sahabatnya itu. Dia yang mengenal nita begitu lembut dan tidak pernah memperlihatkan marahnya, kali ini untuk pertama kalinya edna melihat wanita itu begitu marah.     

" Ya, ampun nita,," edna tidak melanjutkan ucapannya.     

" Ada apa? " nita teraneh melihat ke arah edna     

" Kepalanya,,," edna terkejut, tangannya begitu terlihat gemetar, rasa tidak percaya dan ketakutan terlihat bersatu di wajahnya.     

Sarung tangan steril yang sedari tadi dia coba masukan terasa begitu sangat sulit untuk dipakai edna. Kepanikannya membuat Edna merasa menjadi orang terceroboh disaat melihat sahabat dekatnya sedang berjuang untuk melahirkan.     

" Nita,,kepala bayimu sudah kelihatan! " cetus edna     

" Sekarang juga tolong aku edna " nita memegang tangan edna dengan tatapan matanya yang tajam.     

" Tapi,dokter yoga belum datang " edna sedikit ketakutan " nanti aku kena marah,,"     

" Ya sudah aku lahirin sendiri saja! "     

Kedua mata edna membulat, dia begitu dilema kali ini. Di satu sisi nita adalah sahabatnya dan di sisi lain dia adalah istri dari atasannya.     

" Edna, aku sudah tidak kuat! " nita mulai merasakan kembali kesakitan yang tidak terjeda, perutnya terus menerus keras seperti sebuah papan dari kontraksi yang di alaminya. Napasnya menjadi sedikit tidak teratur karena harus menahan sakit.     

Dia mulai meneteskan air mata, hal yang paling dia ingat saat ini adalah sosok ibunya. Nita begitu merasakannya sekarang apa yang dahulu ibunya rasakan ketika melahirkannya.     

" Ibu,,maafkan aku " lirih nita dalam hatinya, air matanya bertambah begitu banyak ketika dia merasa sangat membutuhkan sosok ibunya saat ini.     

" Nita, sedikit lagi " edna membuyarkan lamunan nita " semangat, aku yang akan melahirkan anakmu "     

Edna melemparkan senyuman kepada nita " aku sangat yakin kamu bisa,,"     

Nita seperti mendapat satu kekuatan lebih, dia menghapus semua air matanya dan berusaha mengeluarkan semua tenaga yang tersisa dalam dirinya.     

Dia mulai berusaha kembali di tengah rasa keputus asaannya, mencoba berjuang, mengumpulkan semua kekuatan terakhir yang dia miliki.     

Setengah jam Nita harus berjuang, di teriakan terakhirnya berganti menjadi suara tangisan seorang malaikat kecil.     

" Perempuan,nit,," senyuman Edna bersamaan dengan tetesan air mata bahagianya.     

" Cantik,," Edna menyimpan bayi kecil itu di dada Nita.     

Tangisan bahagia Nita tidak dapat terbendung ketika dia dapat memeluk malaikat kecilnya itu.     

" Edna,terima kasih " Nita tersenyum ke arah Edna yang masih sibuk mengurusi Nita.     

Edna membalas senyuman Nita " sama-sama sayang, kita kan sahabat"     

" Kamu bilang sahabat,," Nita menarik nafasnya dalam-dalam " masa kamu episiotomi lupa gak pake lidocain dulu!"     

Mata Edna membulat dan segera mendekat ke arah wajah Nita " Nita, tadi itu beneran aku panik lihat kepala bayi "     

Melihat Nita yang memalingkan wajahnya membuat kepanikan Edna semakin bertambah " kamu jangan bilang sama suamimu, aku mohon,,"     

Nita tersenyum " cerewet nih, cepet beresin pekerjaannya"     

" Kalau aku jadi dosen kamu nggak bakalan aku lulusin dari awal!" sambung Nita sambil menahan tawanya, semua rasa sakitnya seketika menghilang ketika dalam pelukannya hadir sosok kecil cantik yang menatap ke arahnya.     

" Nita!!" Suara yoga terdengar dari ujung pintu     

Sosok yoga segera menghampiri Nita yang masih terbaring di tempat tidurnya diikuti sosok Elsa dibelakangnya.     

" Maaf, sayang,," yoga menciumi kening dan pipi Nita secara bertubi-tubi.     

" Oppa dokter" suara Nita pelan " disini banyak orang, jangan cium-cium seperti itu!" perkataan Nita ini membuat yoga menghentikan tindakannya yang benar-benar muncul begitu saja ketika melihat istrinya itu.     

Nita melirik ke arah Edna yang melihat perlakuan yoga padanya, sampai membuat mata Edna seperti kesulitan untuk berkedip.     

" Nita, maaf,," Elsa kemudian duduk di sisi lain didekat Nita " aku harusnya tidak meminta yoga untuk jemput kami di bandara"     

" Tidak apa-apa " Nita tersenyum memegang tangan Elsa " aku sudah melahirkan bayiku dengan selamat"     

" Putri kamu juga,," sambung Nita     

Elsa tersenyum, dan tangannya menggapai bayi kecil yang berada di dada Nita. Dia mulai menggendong dan menatap takjub pada sosok kecil yang berada dalam pelukannya. Air matanya terlihat menetes karena begitu bahagia, wajahnya begitu mirip dengan Axel.     

" Kamu pasti lelah " yoga lagi-lagi memberikan ciuman di kening Nita " istirahatlah,,"     

" Baiklah " dalam wajah lelahnya Nita masih bisa memberikan satu senyuman pada yoga.     

Nita sangat tahu bahwa yoga akan begitu merasa sangat bersalah karena tidak menemaninya ketika dia merasakan sakit karena his saat melahirkan tadi.     

" Yoga " Nita memegang tangan suaminya itu ketika akan beranjak dari duduknya, menahannya sejenak " terima kasih sudah memberikan aku kebahagiaan "     

Yoga mencium tangan Nita dan tersenyum "sama-sama sayang, terima kasih telah berjuang melahirkan putri kita yang paling cantik "     

" Istirahatlah,," yoga mengusap dengan lembut pipi nita, menunggunya memejamkan mata dan tertidur untuk menghilangkan semua kelelahan setelah apa yang dialaminya hari ini.     

Lengkungan bibir membentuk senyum terlihat di wajah yoga, dia menatap wanita terbaik dalam hidupnya. Tatapan kagumnya tidak bisa dia tutupi, melihat sosok Nita yang selalu dapat berjuang walaupun dia hanya seorang diri.     

Nita tidak memperlihatkan sedikitpun kekecewaannya ketika yoga tidak mendampinginya saat melahirkan putrinya.     

" Haus sekali " Nita membuka matanya perlahan, melihat ke seluruh penjuru ruangan yang tidak ada satu orang pun " sepertinya semua orang sedang di ruang perinatologi "     

Nita mengumpulkan tenaga untuk dapat bangun dari tidurnya, dan duduk sejenak. Dia masih merasakan kepalanya sedikit pusing dan pandangannya berkunang-kunang.     

Setelah begitu lama duduk, dia mencoba untuk beranjak dari tempat duduknya. Dan menggerakkan kakinya untuk melangkah.     

" Kenapa telingaku berdenging? " Nita menutup kedua telinganya, dia merasakan ada suara yang begitu keras di telinganya yang membuatnya merasa sakit.     

Lalu satu tangannya berpindah di keningnya ketika tiba-tiba semua pandangan di sekelilingnya berubah menjadi berwarna kuning dan lama kelamaan berubah menjadi gelap.     

Dia merasakan kakinya seperti tidak dapat seimbang menyentuh lantai, dan tidak dapat mempertahankan posisi tubuhnya yang tengah berdiri.     

Tubuhnya kemudian terhempas dan tergeletak di atas lantai,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.