cinta dalam jas putih

Rasa sakit yang begitu nyata



Rasa sakit yang begitu nyata

Nita tersenyum melihat sosok sang ibu mertua yang menghampirinya ketika dia sedang berada di dalam kamarnya membereskan beberapa pakaian ke dalam tas.     
1

" Ibu bantu ya,,"     

" Terima kasih, bu " nita tersenyum ke arah ibu mertuanya yang membantu nita melipat pakaian yang berada di samping nita.     

" Apa kalian akan pulang secepat ini? "     

Nita tersenyum lalu memegang kedua tangan ibu mertuanya menghentikan tangannya yang sedang merapikan pakaian " ibu,,siapa yang akan pulang? "     

Nita mencium kedua tangan sang ibu " aku hanya menyiapkan ini supaya nanti kalau tiba-tiba kontraksi tinggal bawa tas ini "     

" Ibu tahu kan pak dokter itu sedikit panikan kalau aku kesakitan " sambung nita sedikit berbisik.     

Tawa kecil muncul di bibir ibu mertuanya dan mengusap pundak nita dengan lembut " kamu ini, masih saja panggil suamimu pak dokter "     

" Apa dia masih suka memarahimu sama seperti waktu kerja dulu? "     

Nita terkejut dengan pertanyaan yang diajukan ibu mertuanya itu " ibu tahu aku dulu sering dimarahi pak dokter di tempat kerja? "     

" Tahu " jawabnya pendek dan tersenyum ke arah nita " yoga yang cerita, sewaktu kamu di rumah sakit menjaga axel, ketika ayah sudah pergi "     

" Yoga selalu di samping ibu, menemani ibu, dan selalu menceritakan semua tentang kamu, dan bagaimana dia bisa jatuh hati padamu,,"     

Nita tersenyum kaget " boleh aku tahu apa yang diceritakan? "     

" Yoga bilang dia dulu sangat suka melihat kamu pulang berjaga malam dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajah lelahmu,,"     

" Dia cerita yang seperti itu juga? " wajah nita memerah karena malu     

Ibu mertuanya itu tersenyum ke arah nita " dia bilang kamu terlihat cantik saat itu "     

" Masa seperti itu disebut cantik! " cetus nita pelan.     

" Dia suka melihat wajahmu yang ketakutan ketika kamu dimarahi oleh pak doktermu itu, makanya dia selalu memarahimu,,"     

Nita hanya bisa tersenyum mendengar semua yang dikatakan ibu mertuanya itu.     

" Dia bilang sempat sakit hati ketika kamu sudah bertunangan dengan orang lain, dan terus berharap dalam hatinya kalau kamu akan menjadi istrinya "     

" itu,," nita bicara pelan dia tidak meneruskan ucapannya karena pasti ibu mertuanya tahu apa yang terjadi dengan mantan tunangannya dulu yang harus menikahi wanita lain yang ternyata telah mengandung.     

" Tuhan ternyata ingin kamu yang menjadi istrinya yoga " tangan nita mendapat usapan lembut " kamu tahu, menikah itu bukan perihal usia dan menyatukan perbedaan. Tapi tentang kesiapan, siap menghadapi susah, senang, air mata, dan kesetiaan,,"     

" Dan, kamu terlihat siap menghadapi semua itu,," lanjutnya.     

Nita tersenyum " semoga saja bu, doakan saya selalu supaya bisa menjadi istri yang baik seperti ibu,,saya akan terus belajar pada ibu,,"     

" Bisa saja " nita mendapat rangkulan di pundaknya.     

Nita mulai merasakan sesuatu yang tidak nyaman dari dalam perutnya, dia begitu menyembunyikan dari ibu mertuanya yang sedang menatapinya.     

" Sayang, tunggu sampai ayahmu pulang ya,," suara nita dalam hatinya, tangannya tampak mengusap lembut perutnya sudah membesar.     

Nita mencuri-curi sedikit dari lengahnya pandangan ibu mertuanya untuk sedikit menarik nafas panjang.     

Dia mulai menarik panjang nafasnya dari hidungnya dengan teratur. Dia mencoba berdiri dan sedikit menjauh dari sosok ibu mertuanya.     

" Dimana aku simpan ponselnya,," mata nita terus memandang ke seluruh sudut ruang kamarnya, karena kontraksi yang sedang dirasakannya membuat dia sedikit sukar untuk bepikir dimana terakhir dia menyimpan ponselnya.     

" Ya, ampun. Lucu sekali!" nita masih sempat tertawa dalam kesakitannya, setelah sekian lama dia mencari ponselnya yang ternyata tersimpan di dalam saku celananya.     

Tangannya terlihat gemetar ketika mencari nomor kontak yoga dalam ponselnya, sesekali dia harus menarik nafasnya dan mencari kembali nomor yang dia cari.     

" Halo, sayang "     

" Oppa dokter,," suara nita pelan, dia terdiam beberapa saat untuk mengusap keringat yang sudah berkumpul di dahinya " bisakah pulang sekarang? "     

" Sayang, aku baru saja mendapat telpon dari elsa mereka sudah sampai di bandara. Dan sekarang aku sedang menjemput mereka,,"     

Nita menarik nafasnya dalam-dalam " baiklah, berapa lama kira-kira perjalanan jemput axel?"     

" Satu setengah jam, sayangku,,kenapa? kamu kangen dengan axel atau kangen dengan ayahnya axel? "     

" Aku serius yoga! " nita sedikit berteriak, dia harus kembali menarik nafasnya dan wajahnya yang meringis kesakitan berubah memucat " aku,,sudah tidak bisa menahan sakitnya, sepertinya ini kontraksi "     

" Sayang,,tunggu sebentar aku akan putar balik untuk pulang! "     

" Tidak usah " nada suara nita sedikit tinggi "oppa dokter jemput axel dan elsa terlebih dulu, aku juga sudah janji kalau melahirkan elsa yang jadi dokterku"     

" Tapi, sayang,,"     

" Jemput saja! " nita menyela dengan sedikit kesal " dan juga hati-hati di perjalanan jangan panik, oppa dokter harus pulang dengan selamat dan menemani aku melahirkan anakmu "     

" Nita, dengarkan dulu,,,"     

" Lakukan yang aku bicarakan tadi atau aku melahirkan anakmu sendiri saja! " nita sedikit memberikan perintah pada suaminya itu.     

" Baiklah,,"     

Nita cepat-cepat mengakhiri pembicaraannya dengan yoga di ponsel. Dia mencoba melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit ke arah ibu mertuanya yang terlihat sudah selesai merapikan semua perlengkapan yang dia siapkan ke dalam tas.     

" Ibu,,," nita memegang satu tangan ibu mertuanya dengan sedikit bergetar dan tangannya pun sudah basah oleh keringat     

Wajah ibu mertuanya memperlihatkan keanehan menatap nita " kamu baik-baik saja?"     

" Ibu, bisakah aku minta tolong " wajah nita terlihat memucat menahan kesakitan " beritahu pak itor untuk cepat-cepat menyiapkan mobil dan antar aku kerumah sakit "     

Kedua mata ibu mertuanya membulat " kamu sudah mau melahirkan? ya ampun,,bisa-bisanya kamu setenang ini! "     

Kali ini ibu mertuanya terlihat panik, dia membawa nita keluar dari kamarnya dan duduk di sofa ruang tamu.     

" Mumu!!" teriaknya " kesini cepat!!!"     

Nita memegang tangan ibu mertuanya " ibu jangan panik, nanti tekanan darah ibu naik lagi"     

" Masih mikirin ibu disaat seperti ini " nada suara ibu mertuanya sedikit tinggi karena rasa cemasnya, dia begitu panik karena setelah begitu lama dia harus melihat lagi seseorang yang merasakan kontraksi.     

" Mumu bawa tas besar di kamar yoga dan beritahu pak itor untuk mengantar kerumah sakit "     

" Bu, dokter mau melahirkan? " kali ini giliran mba mumu yang terlihat panik     

" Mumu!!" suara ibu mertuanya menghentikan tindakan lucu mba mumu yang hanya mondar-mandir di hadapan nita dan ibu mertuanya.     

" Hayo cepat, kasih tahu pak itor !" ibu kembali mengingatkan mba mumu.     

Nita tertawa dalam kesakitan yang terus dirasakannya melihat tingkah lucu mba mumu.     

" Mba mumu tahu apa yang ibu suruh? " tanya nita memastikan.     

Mba mumu terlihat berpikir sejenak " Nuna dokter mau saya ambilkan makanan? "     

" Mumu !!" kedua mata ibu melotot mendengar semua yang mba mumu ucapkan.     

Nita tersenyum " ya sudah, mba mumu tolong bawakan tas yang ada di kamar. Pak itor biar saya yang cari "     

Nita beranjak dari duduknya, dan mulai mengatur nafasnya.     

" Nita, tunggu yoga saja! "     

Nita tersenyum melihat ibu mertuanya sedikit ketakutan melihat nita masih bisa melangkahkan kakinya untuk mencari pak itor.     

" Sepertinya masih lama, bu. Tidak apa-apa kita kerumah sakit saja dulu " nita sedikit berbisik ke arah ibu mertuanya " daripada aku melahirkan sendiri di rumah "     

" Nita! " cetus ibu mertuanya sedikit marah dan bergegas menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap.     

Nita tersenyum melihat perbuatan yang dia lakukan pada semua penghuni rumah ketika dia merasakan kontraksi.     

Sesekali langkahnya terhenti ketika kontraksi yang dirasakannya begitu kuat, wajahnya terlihat masih begitu tenang ketika merasakan kedahsyatan rasa sakit dari dalam perutnya.     

Selintas dia sangat ingin sekali menangis dan menjerit sekerasnya ketika merasakan kontraksinya yang begitu kuat, tapi nita tiba-tiba mengingat perbuatan di masa lalunya ketika dia masih bekerja. Dia selalu memberikan nasehat panjang lebar kepada pasiennya yang menjerit dan menangis keras ketika merasakan kontraksi.     

" Sekarang aku merasakan sendiri bagaimana rasanya! " nita lagi-lagi mengatur nafasnya di dalam mobil.     

" Tunggu sampai ayahmu datang ya sayang " nita mengusap dengan lembut perutnya dan mencoba menenangkan dirinya dari rasa sakit yang semakin terasa begitu bertubi-tubi padanya dan semakin kuat,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.