cinta dalam jas putih

Situasi yang berbalik



Situasi yang berbalik

" Paman,," delia yang menggendong aline menghampiri yoga yang masih berdiri di halaman depan rumahnya.     

Yoga menatapi delia dengan penuh rasa keterkejutan,dia begitu berubah dari terakhir yoga melihatnya,dan mulai berpikir pada apa yang menyebabkan wildan masih melihat nita dengan tatapan yang berbeda.Yoga tersadar menutupinya dengan senyumannya ke arah delia " bagaimana kabarmu?sudah lama sekali tidak bertemu"     

" Baik" di senyuman delia terselip ketakutannya yang begitu jelas terlihat oleh yoga " paman,aku minta maap sudah membawa bibi dan tidak memberitahukannya"     

" Kita bicarakan ini nanti saja,," yoga kembali tersenyum ke arah delia.     

Dan lalu melihat ke arah nita yang terdiam dengan wajah yang berekspresi sama dengan delia,dia sengaja menghampiri nita dan berdiri di sampingnya " aku harus memberi hukuman pada orang yang sudah mengabaikan telponku yang berpuluh-puluh kali,," suara yoga hanya dapat terdengar oleh nita.     

" Iya,,baiklah,," Nita menarik napasnya dalam-dalam,dia akan menerimanya karena memang semua adalah kesalahannya.Nita pun mengakui yoga seperti itu karena rasa khawatirnya yang begitu besar padanya, dan terlebih lagi dia tengah hamil trimester kedua.     

" Pakai ini supaya kamu tidak bisa pergi kemana-kemana lagi!" yoga membantu nita memasangkan sabuk pengaman di mobilnya, matanya masih mengawasi nita yang hanya menatapinya tanpa mengeluarkan kata-kata sedari tadi " kamu sudah membuat aku seperti orang gila hari ini!"     

Beberapa saat ketika mereka masih terus melancarkan aksi saling menatap dengan tatapan yang dingin,aline yang berada di gendongan sang ibu menangis begitu keras dengan menunjukan tangannya ke arah nita.     

" Satu lagi yang akan menempel,," yoga berucap tanpa melihat ke arah nita,matanya melihat ke arah aline yang menangis.Dia lalu bergegas keluar dari mobilnya membicarakan sesuatu dengan delia.     

Nita tersenyum,dia tahu suaminya itu tidak akan pernah tega melihat tangisan aline. Memandangi yoga dari dalam mobil,laki-laki itu ternyata terlihat begitu mengagumkan disaat dia marah.Tatapan matanya yang tajam seolah melukiskan seberapa besar kekhawatiran yang dirasakannya.     

Dia memang sedang marah,namun terlihat begitu jelas ketakutannya akan hal-hal yang sangat tidak dia inginkan terjadi kembali pada nita.     

" Apa wildan tidak akan marah kalau aku ikut?" delia yang sudah berada di dalam mobil melihat ke arah yoga.     

" Tenang saja" yoga tersenyum ke arah delia "aku yang akan menjelaskannya nanti"     

Dia melirik ke arah nita yang masih dalam diamnya.     

Melihat yoga yang tengah memperhatikannya, nita memperlihatkan senyumannya.     

Seperkian detik yoga merasa hatinya begitu lemah,melihat senyuman nita yang membuatnya meluluh.Namun,ada sesuatu hal yang tiba-tiba mendorongnya untuk tetap bertahan di kemarahannya itu.     

Nita tidak akan mengetahui apa yang dia lakukan seharian ketika wildan memberitahunya bahwa wanita yang berada di sampingnya itu tiba-tiba menghilang.     

Dia seperti orang yang kehilangan akal sehatnya,meninggalkan semua pekerjaannya yang masih belum selesai.Menghubungi semua teman-temannya yang berada di setiap rumah sakit yang berbeda,untuk menanyakannya namun dengan jawaban yang sama tidak ada tanda-tanda nita berada di rumah sakit manapun.     

Betapa kacaunya dia saat nita tidak mengangkat telpon darinya,dan itu membuatnya hampir menabrak mobil yang berada di depannya karena terlalu fokus pada ponselnya ketika mengendarai mobilnya.     

Hal yang paling membuatnya lebih gila adalah, ketika tiba-tiba di pikirannya terlintas bahwa nita pergi dengan laki-laki lain dan memutuskan untuk meninggalkannya.Itu tidak terlintas begitu saja,semua pikiran buruknya muncul karena nita yang tidak menerima panggilannya untuk kesekian kalinya.     

" Bu,,bu,," aline merengek ketika mereka telah sampai di depan rumah.     

Nita tersenyum dan menghampiri aline yang masih berada dalam gendongan sang ibu,dia berniat akan menggendong aline.Tapi sosok yoga lebih cepat darinya,dia lebih dulu membawa aline.     

" Karena perut bubu sudah membesar,kamu aku saja yang gendong,," yoga bicara pada aline dengan lirikan matanya ke arah nita.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman terlihat di wajah mungil aline,satu tangannya berada di pipi yoga " pa,,pa,,"     

Yoga tertawa kecil mendengar ucapan aline yang terbata-bata memanggilnya,dia begitu menggemaskan.Satu ciuman mendarat di pipi aline,yoga seperti merasakan kehadiran putrinya yang akan membuatnya begitu senang seperti sekarang ini.     

" Aline!" wildan begitu terkejut ketika melihat yoga masuk ke dalam rumah bersama putri dan juga istrinya.Dia segera membawa aline dari sang paman,dan menciumi pipi aline karena jauh di dalam hatinya dia sangat merindukan putrinya itu.     

" Paman,biar aku saja yang jelaskan pada wildan dan semuanya yang ada disini,," delia memberanikan dirinya untuk bertanggung jawab atas semua kekacauan ini " lebih baik bibi istirahat untuk sekarang,dia terlihat kelelahan"     

" Baiklah,kalian bicarakan semuanya secara baik-baik" yoga tersenyum ke arah wildan dan menepuk pundak keponakannya itu dengan lembut.     

Dan lalu tangannya menggapai nita,menuntunnya untuk masuk ke dalam kamarnya agar dia segera beristirahat.     

" Kamu sudah makan?" tanya yoga ketika mereka berada di dalam kamar hanya berdua.     

" Belum,," suara nita begitu pelan,matanya memperhatikan sosok yoga.Menantikan ekspresi seperti apa lagi yang kali ini ditunjukan oleh yoga padanya.     

Dan,,sangat mencengangkan,yoga memperlihatkan ekspresi yang begitu datar dan dingin.Dia meninggalkan nita,masuk ke dalam kamar untuk beberapa menit kemudian dia muncul.     

" Kamu mandi dulu,," yoga memberikan nita sebuah handuk " aku sudah menyalakan air hangatnya,setelah itu kamu harus makan"     

Yoga lalu pergi meninggalkan nita di dalam kamar sendirian.     

Nita tersenyum aneh " walaupun sedang marah dia tetap memperhatikanku,," kakinya melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah seharian mengobrol dengan delia,sampai harus membuatnya masuk dalam daftar pencarian orang karena tidak memberikan kabar sedikitpun pada orang-orang dirumahnya.     

" Dia benar-benar marah sekarang ini!" cetus nita,senyumannya lalu muncul ketika melihat di meja sudah tersimpan makanan dan segelas susu untuknya.Tidak ada sosok yoga di kamarnya itu,sepertinya dia sengaja tidak menemani nita karena yoga tahu dia akan luluh begitu saja hanya dengan menatap wajah nita yang tersenyum.     

" Padahal,aku ingin sekali meminta maap pada yoga,," guman nita dalam hatinya,satu jam yang lalu dia telah menghabiskan makanannya,tetapi yoga belum muncul.     

Nita semakin merasa bersalah karena telah membuat suami yang begitu memperhatikannya itu marah besar.Setelah beberapa lama perasaan bersalahnya berkecamuk,yoga muncul dari balik pintu tanpa senyuman dan tanpa kata-kata mengacuhkan nita.     

" Aku minta maap,," nita berbicara dengan tatapannya yang masih memperhatikan yoga yang mengacuhkannya " aku benar-benar tidak mendengar ponselku berdering"     

" Kita bicarakan saja besok pagi " yoga tertidur di samping nita dengan posisi yang membelakangi nita " kamu harus istirahat, seharian ini sudah pergi jauh"     

Bibir nita menguncup dia merasa begitu sedih melihat yoga yang mengacuhkannya,ini sangat membuatnya tidak enak hati " aku tidak akan bisa tidur!"     

" Aku harus mendengar dulu oppa dokter sudah memaapkanku,," sambung nita.     

Yoga menahan tawanya,dia sengaja membelakangi nita supaya dia tidak bisa melihat yoga yang hanya berpura-pura marah padanya " kalau setiap kesalahan bisa selesai dengan minta maap,apa gunanya aparat hukum dan peraturan,,"     

Dahi nita berkerut " jadi maksudnya aku harus melalui proses hukum hanya karena lupa meminta ijin dan tidak mengangkat telpon dari suamiku?"     

" Benar " jawab yoga pendek.     

Mata nita membulat mendengar jawaban dari yoga.     

Nita tidak dapat melihat wajah yoga yang memerah karena menahan tawanya.Laki-laki itu masih mempertahankan posisinya membelakangi nita.     

" Bukan hanya itu,," yoga berkata kembali " aku tidak suka dengan sikapmu yang terlihat sangat begitu peduli pada kehidupan rumah tangga mantan pacarmu,sampai melupakan apapun,termasuk putri dan suamimu "     

" Itu terlihat genit menurutku!" lanjut yoga,dia begitu puas mempermainkan istrinya yang masih dalam perasaan bersalahnya.     

" Genit??" nita begitu terkejut dengan ungkapan yoga padanya,membuat semua otomatis membalikkan keadaan yang seharusnya.     

Menjadi nita yang begitu kesal, diapun meluapkan kekesalannya itu dengan sekuat tenaganya menyimpan satu guling di tengah-tengah tempat tidur mereka,menjadi pemisah antara nita dan yoga.Dan tidur dengan saling membelakangi satu sama lain.     

Yoga tersenyum,tanpa melihatnya pun dia tahu nita marah karena perkataannya,yang sengaja dia ucapkan agar nita tidak membicarakan apapun lagi dengannya.Dia harus membiarkan wanita tersayangnya itu istirahat lebih awal,setelah seharian dia bersama dengan aline.     

Dia hanya akan mengakui esok hari pada nita jika dia tidak akan pernah bisa menerima jika harus kembali kehilangannya walaupun hanya satu hari,dia merasa hidupnya sudah sangat bergantung pada kehadiran nita,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.