cinta dalam jas putih

Kemarahan setelah beberapa tahun pernikahan



Kemarahan setelah beberapa tahun pernikahan

0Nita menahan senyumnya,menatapi wanita yang baru saja memaksanya untuk ikut.Dia seusia dengan nita,dengan rambut yang diikat satu dan tubuh berisi mengemudikan mobilnya dengan tergesa-gesa.Sesekali melirik ke arah nita.     

" Fokus saja kalau sedang menyetir" nita bicara dengan nada tenang " aku sedang hamil,jangan membahayakan calon bayiku!"     

" Kamu senang sudah mengambil suami orang?" tanyanya " enak-enakan belanja dengan suami dan ibu mertuaku,sudah hamil padahal aku belum bercerai dengan wildan!"     

Nita tersenyum,tebakannya benar wanita di sampingnya itu adalah delia.Sudah lama sekali dia tidak melihatnya,penampilannya benar-benar berubah dan sangat berbeda dari pertama dia melihatnya.Terlihat kacau dan frustasi.Dia tampak tidak mengurus dirinya sendiri,dulu sewaktu pertama bertemu delia begitu cantik dengan penampilannya seperti seorang model.     

" Benar-benar sudah tidak punya malu,kamu hanya tersenyum saja!"     

Kedua alis nita terangkat dalam senyumannya " aku bukan wanita yang kamu maksud,ingat dulu baik-baik"     

" Aku istri dari yoga,," sambung nita " paman dari suamimu!"     

" Paman?" karena keterkejutannya membuat kakinya begitu reflek menginjak rem yang begitu mendadak.     

Nita memegang perutnya karena menahan sedikit guncangan dari rem yang diinjak delia begitu mendadak " aku kan sudah bilang hati-hati,,"     

Wanita tersebut melihat ke arah nita dengan ekspresi yang begitu ketakutan " jadi sekarang ini kamu adalah istrinya paman dokter?"     

Nita tersenyum dan menganggukan kepalanya.Delia pun pasti tidak akan begitu mengingat nita,mereka hanya bertemu satu kali dulu.     

" Delia " nita memanggilnya,dia melihat sikap delia yang menjadi panik karena telah salah membawa orang yang dia pikir adalah wanita yang sudah membuat rumah tangganya berantakan.     

" Aku minta maap bibi,," delia memegang kedua tangan nita dengan wajah memelas "aku akan antar bibi sampai rumah sekarang,,aku benar-benar tidak tahu kalau ternyata aku sudah salah orang"     

" Iya,tidak apa-apa" nita tersenyum " kalau aku wanita itu,memang kamu mau bawa kemana?"     

" Bertemu dengan aline putriku" jawabnya "aku sudah hilang akal karena ketakutan rumah tanggaku akan berakhir secepat ini,mungkin dengan melihat aline dia akan iba"     

Nita terdiam memandangi delia,dia jadi merasa bersalah.Karena beberapa waktu yang lalu wildan sempat membicarakan rencana perceraiannya dan secara tidak langsung mengutarakan maksudnya pada nita.     

" Bawa saja aku menemui aline " nita menggenggam tangan delia " aku akan dengarkan apa yang ingin kamu sampaikan"     

" Tapi,apa paman dokter tidak akan marah?"     

Nita tersenyum " nanti aku telpon"     

Delia menghidupkan kembali mobilnya,dalam kefokusannya mengemudikan mobilnya dia begitu aneh melihat wanita yang seusianya adalah istri dari pamannya.Dia merasa cinta itu memang aneh,wanita berpenampilan menarik itu menikah dengan paman yang sudah pernah menikah dan memiliki seorang putra.     

" Itu aline putriku,," delia menunjukan jarinya ke arah tempat tidur dimana seorang malaikat kecil cantik berusia sekitar sembilan bulan tertidur dengan cantik,mengenakan rok berwarna pink.     

" Cantiknya,," nita begitu gemas melihat pipi chubbynya,rambutnya yang ikal dan hitam,pipi yang merah merona membuat nita ingin sekali menciumnya.     

Suara nita dan delia membuat aline terbangun tanpa tangisan,gadis kecil cantik itu menatap nita untuk beberapa detik.     

" Bu,," suara kecil aline mengarah pada nita,kedua tangannya pun mengangkat ke arah nita.     

" Anak pintar" nita segera menghampirinya dan membawa aline di atas pangkuannya.Dia menjadi teringat pada putranya axel,dan sangat merindukan pelukan manjanya. Nita kembali fokus pada aline yang tersenyum ke arahnya " aku tidak bisa menggendongmu,sayang.Perutku sudah membesar,,duduk saja di pangkuan bubu,,"     

Delia tersenyum ke arah nita dan aline yang begitu akrab walaupun pertama bertemu.     

" Kalian akan menyesal jika benar-benar memutuskan untuk berpisah" nita bicara tanpa melihat ke arah delia "apakah mengalah untuk orang yang disayangi itu terlalu buruk?"     

Delia terdiam,duduk di samping nita yang memangku aline yang terlihat begitu senang dalam pangkuannya.     

" Tidak usah dipikirkan apa yang aku katakan tadi" sambung nita " aku juga masih harus belajar supaya pernikahanku baik-baik saja, aku harap kamu tidak marah dengan perkataanku tadi"     

Delia tersenyum " aku sama sekali tidak marah,dan sekarang ini aku memang sangat membutuhkan teman bicara"     

" Wildan menjadi berubah setelah aku melahirkan aline" lanjutnya " aku merasa dia sudah tidak mencintaiku lagi,karena dia selalu begitu marah hanya gara-gara tangisan aline yang mengganggunya.Terlebih dia selalu membicarakan wanita yang selalu menjadi pujaannya dari sejak sekolah dulu,aku sakit hati dia selalu membandingkan aku dengannya.Walaupun dia tidak memberitahukan siapa wanita itu,dia selalu bilang cantiklah,,baiklah,,pintar,,"     

" Orang itu,benar-benar menyebalkan!" guman nita dalam hatinya kesal,tapi dia harus menenangkan kekesalannya itu.Jangan sampai delia bertanya pada nita siapa wanita itu.     

" Mungkin dia hanya ingin mengatakan satu keinginannya padamu,tapi tidak tahu caranya seperti apa.Jadi sengaja membuatmu cemburu" nita menatap ke arah delia " kita wanita lebih kuat dari laki-laki manapun,jika kesabaran mereka sebesar gunung,maka kesabaran kita seluas lautan.Bukankah kalian menikah untuk saling menutupi kekurangan masing-masing.Janganlah berpikir untuk menjadi sempurna,cukup sebagai diri kita sendiri"     

" Dia tidak pernah mau membantu ketika aku kesulitan merawat aline yang rewel" delia begitu menggebu-gebu menceritakan semuanya pada nita " sangat egois,,"     

Dan kata-kata delia ini membuat nita berpikir,benarkah semua laki-laki seperti itu? dia pun mengingat perceraian yoga dan elsa setelah anak pertama mereka lahir.Ini sangat membuatnya ketakutan.Dia menjadi berpikir dulu itu,dialah yang merusak pernikahan elsa dan yoga.Walaupun sebenarnya yoga mendekatinya setelah dia bercerai dengan elsa.     

" Dia selalu pergi sendirian jika menghadiri acara kantor,dia sudah malu membawaku kemanapun dia pergi,," delia melanjutkan perkataannya.     

" Maap,jika aku memotong perkataanmu,,"nita menyela perkataan delia " wildan adalah suamimu,walaupun aku istri dari satu keluargamu bisakah kamu tidak membicarakan kesalahan suamimu pada orang lain termasuk padaku?bagaimanapun juga dia suamimu kamu harus tetap menjaga kehormatannya,kesalahannya biar kamu saja yang tahu"     

Mulut delia terkunci rapat mendengarkan perkataan nita yang sangat membuatnya menjadi malu.Itu sama seperti perkataan orang tuanya.     

Nita tidak bermaksud membela wildan dan berusaha tidak menyudutkan delia.     

" Bukan maksudku menggurui,maap" satu tangan nita memegang tangan delia " kita sama-sama seorang istri,aku juga sama sepertimu masih harus banyak belajar"     

Delia tersenyum " semua kata-kata bibi benar, mungkin aku terlalu menyalahkan wildan tanpa menyadari kesalahanku,,"     

Nita tersenang jika delia tidak sakit hati dengan perkataannya.     

" Datanglah kerumah nenek jika kamu merasa kesepian" nita akhirnya mempunyai satu lagi sahabat " dan untuk sekarang mungkin kamu harus membiasakan diri menikmati setiap lelah yang kamu rasakan ketika mengurus aline"     

Delia tersenyum dan menganggukan kepalanya " aku harus sepertimu,walaupun sedang hamil bibi sepertinya senang dan sayang pada putra paman dokter.Di wajah bibi selalu terlihat senyuman indah"     

" Benarkah?" nita sendiri tidak begitu menyadari dan memikirkan hal itu,dia hanya merasa senang jika sudah bersama axel,itu karena nita menyayanginya melebihi apapun.     

" Aku sebenarnya tidak ingin menanyakannya, tapi sangat penasaran,," nita bicara pelan ke arah delia " apa setelah melahirkan nanti semua wanita akan kesulitan menurunkan berat badannya?"     

" Bibi,," delia menguncupkan bibirnya mendengar pertanyaan nita " bibi menyindirku yah?"     

" Aku juga kan sebentar lagi melahirkan " nita tertawa kecil " aku tipe wanita yang tidak percaya kata-kata lelaki yang bilang akan menerima kita apa adanya,nanti ujung-ujungnya selalu dijadikan alasan berpisah"     

Mendengar nita berkata seperti itu delia tertawa " itu benar bi,aku seperti ini karena mengalihkan stres yang aku rasakan pada makanan hasilnya seperti ini.Aku selalu berpikir tidak apa-apa gemuk seperti ini toh aku sudah punya suami dan juga anak"     

Nita mengangguk membenarkan,itulah kesetiaan para wanita yang begitu hebat.     

" Mungkin kita harus mulai memperbaikinya dari diri kita sendiri terlebih dulu,," nita menanggapinya dengan bijak " jika kita sendiri bisa menyadari kesalahan sendiri,mungkin membuat kita bisa berpikiran positip pada orang lain"     

" Bibi aku sangat berterima kasih padamu" delia memeluk nita dengan erat dan begitu lama.     

Nita baru menyadari suasana kamar yang berubah semakin gelap "del,ini jam berapa ya?"     

Delia melihat ke arah jam yang terletak di samping tempat tidurnya " ini sudah jam lima sore,ternyata kita sudah lama sekali bicara bi,,"     

" Aduh,habislah aku!" cetus nita mereka telah lupa waktu karena keasyikan mengobrol dan juga nita baru mengingat telah lupa memberitahukan keberadaannya pada suaminya.     

Dia memberikan aline pada delia dan segera mengambil tasnya untuk menghubungi yoga.     

" Sekarang aku benar-benar dalam masalah yang besar!" nita memelototi layar ponselnya begitu melihat pemberitahuan panggilan tidak terjawab dari yoga dan itu tertulis dua puluh panggilan,tadi karena terlalu fokus bicara ponselnya yang hanya bergetar sama sekali tidak terdengar olehnya.     

" Ya tuhan,sekarang aku harus bagaimana?" guman nita ketakutan ketika ponselnya kembali bergetar,panggilan dari suaminya.     

" Kanita!!" suara yoga di ujung ponsel nita bernada tinggi,yoga begitu lengkap memanggil namanya,membuat nita sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya,ini pertama kalinya yoga berteriak marah seperti itu.     

" Maapkan aku,," suara nita pelan " ponselku hanya bergetar jadi tidak mendengar panggilan masuk,,,"     

Tiba-tiba aline menangis ingin kembali di pangkuan nita,dan satu tangan nita memegang tubuh aline.     

" Mam,,ma,," aline memegang pipi nita yang sedang sibuk menerima telpon dari yoga.     

" Apa kamu sudah melahirkan putri kita?" tiba-tiba yoga berkata dengan begitu paniknya.     

" Jangan aneh-aneh pak dokter!" cetus nita "ini masih enam bulan,yang menangis itu aline putrinya keponakanmu!"     

" Beritahu aku alamatnya,,"     

Nita mengernyit menjauhkan ponselnya dan berbicara pelan ke arah delia " dimana alamat rumahmu ini?"     

" Berlian regency nomor tujuh,," delia mengikuti nita berbicara pelan.     

Nita mengangguk mengerti dan segera kembali mendekatkan ponselnya " alamatnya di,,"     

" Kamu pergi ke tempat yang kamu sendiri tidak tahu alamatnya?" belum sempat nita menyelesaikan ucapannya yoga sudah kembali memarahinya,nita terdiam karena semua memang kesalahannya.     

" Aku akan segera menjemputmu" yoga mendengar dengan jelas alamat yang delia sebutkan.     

" Baiklah,,," nita benar-benar merasakan kemarahan yoga karena tadi itu yoga langsung menutup telponnya tanpa sempat mendengarkan kata-kata terakhir nita.     

Yoga yang tiba setelah dua puluh menit menutup telponnya,memperlihatkan wajah yang begitu serius ke arah nita,dia sedang marah sekarang ini.Sama seperti pertama di waktu nita pertama bekerja dulu,yoga memasang wajah dingin dengan tatapan matanya yang begitu tajam ke arah nita.     

Inilah kali pertama laki-laki yang selalu mengatakan kata-kata manis pada nita menunjukan kemarahannya setelah mereka menikah,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.