cinta dalam jas putih

Wanita misterius



Wanita misterius

0" Kamu pintar sekali!" yoga memencet hidung nita dengan lembut,dia tahu bahwa tadi itu nita hanya pura-pura tertidur agar dia dan wildan bisa bebas berbicara.     

Dia sangat mengagumi sikap nita,wanita itu seperti malaikat dalam wujud manusia yang telah menjadi istrinya " coba aku periksa dulu semua yang ada pada kamu"     

Yoga melihat ke arah punggung nita dari ujung rambut sampai ujung kaki,dan bergantian melihat sama nita tetapi kali ini dari arah depannya.     

Nita mengernyit " memangnya badanku kenapa?" dia memeriksa sendiri tubuhnya karena begitu aneh melihat tindakan suaminya itu.     

Dia lalu tersenyum ke arah yoga " cuma ada perutku yang membesar,," seraya memegang dan mengusap lembut perutnya dia perlihatkan pada yoga.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, nita selalu saja membuatnya mengeluarkan tawa " hanya ada kamu yang sempurna di mataku"     

Lalu dia mensejajarkan posisi kepalanya di perut nita,dan menempelkan telinganya di perut nita sesekali yoga menciumnya " kamu harus seperti ibumu,wanita paling kuat tapi lembut dan penyabar,pintar,cantik,,,"     

Nita tersenyum dan mengusap lembut rambut yoga " katakan juga aku banyak laki-laki yang suka,dan mempunyai konsulen yang galak tapi ternyata dia adalah pengagum rahasiaku"     

Yoga tertawa malu " aku tidak mau katakan itu,karena sangat menyindir sekali padaku!"     

" Galak itu tandanya cinta,nuna cantik!" lanjut yoga.     

Nita mengangguk menyetujui ucapan yoga, dan dia merasa harus keluar dari lingkaran yang penuh dengan ucapan manis suaminya itu.     

" Sudah malam oppa dokter,jangan merayu terus, tidurlah,," nita melepaskan pelukan yoga dan masuk kedalam selimut yang berada di atas tempat tidurnya.     

" Wah,,aku gak tahu kalau pak dokter suka olahraga" nita bicara di balik selimutnya, dia memperhatikan yoga yang tengah membuka kaos yang dipakainya " keren,,perutnya juga,,itu,,,apa namanya ya?aku lupa-lupa ingat. Yang suka disebut semua wanita kalau lihat tubuh atletis seperti itu,,," nita berpikir keras untuk menyebutkannya.     

" Six pack,bu bidan,,," yoga dibuatnya tidak dapat lagi menahan tawanya,bisa-bisanya nita lupa dengan istilah seperti itu. Atau memang dia sengaja pura-pura lupa supaya yoga tertawa.     

" Ah,iya,,itu!" nita terantuk sambil tersenyum ke arah yoga " dan juga seksi sekali,,"     

Dahi yoga berkerut dalam tawanya,nita sudah membuatnya malu dengan ucapan terakhirnya itu.Niatnya yang akan mengganti kaosnya dengan piyama pun dia tangguhkan. Dan yoga sepertinya akan sengaja pura-pura lupa untuk mengganti pakaiannya,dengan segera menghampiri nita yang sudah berada di tempat tidur.     

" Aku selalu suka kalau istriku yang cantik ini sudah bilang aku seksi" yoga memposisikan dirinya berada satu selimut dengan nita dan menatapinya " sedikit nakal,tapi aku sangat,, sangat,,suka mendengarnya,,"     

Lengkungan bibir yang membentuk senyuman terlihat di wajah nita " seharusnya aku tadi tidak usah bilang itu,aku lupa!"     

" Kenapa?" yoga mencubit kecil pipi nita.     

" Aku takut melihat tatapan oppa dokter yang seperti mau melahapku,," lalu nita menjulurkan lidahnya dan menutup wajahnya dengan selimut.     

Yoga tertawa kecil membuka selimut yang menutupi wajah nita,dia menatap lekat wajah nita mengusap lembut pipinya.     

" Bagaimana kalau kamu hanya boleh mengobrol dengan laki-laki manapun termasuk dengan wildan jika ada aku?kalau aku tidak ada,aku tidak akan ijinkan,,"     

Nita tersenyum " baiklah,terserah oppa dokter saja.Lagipula laki-laki di rumah ini kan hanya oppa dokter dan axel,aku kan tidak boleh keluar rumah sekarang ini.Tidak ada kesempatan bertemu dengan laki-laki keren di luaran sana"     

" Apa aku juga tidak boleh bicara dengan pak itor juga?" sambung nita cengengesan.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, dia mendaratkan satu ciuman di bibir nita.Dan menatapinya begitu lekat.     

" Tapi bicaralah dengan wildan besok, sepertinya dia membutuhkan teman bicara. Kak ismi bilang delia berubah setelah beberapa bulan melahirkan putri pertama mereka"     

Nita terdiam sejenak memikirkan jawaban yang akan dia katakan untuk yoga.     

" Aku minta maap,untuk hal seperti itu aku tidak bisa" nita menolaknya " akan lebih baik kalau oppa dokter saja yang bicara,walaupun kita sudah satu keluarga tapi aku benar-benar tidak mau"     

" Baru beberapa menit yang lalu membuat peraturan,tapi oppa dokter sendiri yang melanggarnya!" sambung nita " aku tidak suka mendengarkan curhatan rumah tangga seseorang,apalagi jika harus mendengarkan salah satu dari mereka menjelek-jelekan pasangannya"     

Yoga tertawa kecil,sebenarnya dia hanya sengaja menceritakan itu pada nita.Dia hanya ingin mengetahui seperti apa jawaban dari wanita yang begitu perhatian pada orang-orang di sekitarnya " kenapa kamu memberi jawaban seperti itu?"     

" Karena aku tidak akan melakukan apa yang tidak aku suka" jawab nita " daripada aku melakukannya,tapi nanti setelah itu aku menggerutu sangat tidak bermanfaat"     

" Salah,, " yoga kali ini memandang mata nita yang indah " maksud pertanyaanku,kenapa setiap jawaban yang kamu ucapkan itu selalu membuatku semakin jatuh cinta dan jatuh cinta lagi pada kata-kata terbaikmu,,"     

" Oppa dokter memang nomor satu kalau ngerayu,," nita tersenyum seraya memegang kedua pipi yoga dengan kedua tangannya "tapi aku suka mendengarnya"     

Yoga tersenyum masih dalam tatapan yang begitu fokus pada mata coklat nita,dia seperti melihat masa depannya di dalam mata indah itu.Dan merasakan kelengkapan dalam hidupnya karena kehadirannya " sepertinya aku selalu kalah dengan ucapan cantikmu,kamu berhasil menggodaku.Apa aku harus cepat-cepat melahapnya ya?"     

Nita tertawa kecil dan melingkarkan tangannya di leher yoga begitu mesra dan berbisik ke arah yoga " kamu harus melahapnya sekarang atau nanti ditinggal tidur sendirian!"     

Ucapan nita itu membuatnya begitu tidak percaya,tatapan-tatapan matanya yang begitu menggoda yoga membuatnya tidak berdaya.Wanita itu telah membuatnya kembali jatuh di pelukan yang selalu membuatnya bahagia.     

" Kamu cantik sekali!" yoga memberikan kecupan di pipi nita pagi ini,dia mendapatkan keindahan pagi hari dengan memandangi wajah nita yang bercahaya.     

Nita tersenyum malu " terima kasih,oppa dokterku yang keren dan seksi,," tangannya bermain merapikan kemeja yang telah dipakai yoga.     

" Kalau seperti ini,aku jadi tidak semangat bekerja" yoga melingkarkan tangannya di pinggang nita.     

" Oppa tidak boleh mencium bibirku!" nita memberikan peringatan " nanti lipstiknya berantakan lagi"     

Yoga tertawa kecil memandangi kelakuan manja nita yang membuat suasana pagi harinya menyenangkan jika berada di dekatnya.     

Dia mendekatkan bibirnya di telinga nita dan tangannya menyimpan sesuatu di telapak tangan nita " sudah waktunya nuna cantik membeli perlengkapan untuk putri kecil kita, dan,,karena perutmu mulai terlihat seksi jadi harus sudah memakai pakaian yang nyaman untuk ibu hamil"     

" Maapkan aku tidak bisa menemanimu,tadi aku minta kak ismi menemanimu,," sambung yoga.     

Nita terdiam seraya menatapi sebuah kartu yang yoga berikan padanya.     

Yoga tersenyum melihat ekspresi wajah nita yang sepertinya terlihat tidak senang karena harus pergi dengan kak ismi,dan mendaratkan satu ciuman pagi hari di bibir nita " kalau kamu tidak mau pergi dengan kak ismi,tidak usah memaksakan untuk pergi.Nanti aku yang bilang pada kakak"     

" Tidak apa-apa,aku ikut saja " nita begitu memaksakan dirinya untuk tersenyum " aku cuma merasakan tidak enak hati saja"     

Yoga mengusap rambut nita dan mencium keningnya " kamu yakin akan ikut pergi?"     

Nita tersenyum dan menganggukan kepalanya,dan segera bersiap.Dia tidak boleh membuat kakak iparnya itu menunggunya terlalu lama.     

" kenapa harus dengan wildan lagi!" cetus nita dalam hatinya,ketika nita memasuki mobil bersama dengan kak ismi yang hanya tersenyum melihat nita yang terkejut dengan kehadiran sosok wildan.     

" Sayangnya,dia ini adik iparku" kak ismi tersenyum menatapi wajah nita yang fokus pada ponselnya.     

Nita tersenyum ke arah kak ismi yang sudah lama memperhatikannya,dan menyimpan ponselnya ke dalam tasnya.Pada awalnya dia ingin mengirim pesan pada suaminya,tapi dia urungkan dan memutuskan untuk mengobrol dengan sang kakak.     

Sesekali wildan mencuri pandangan ke arah nita,memperhatikan nita yang begitu akrab dengan ibunya.     

" Minumlah,," wildan lalu memberikan nita sebotol air mineral dan membawa nita untuk duduk di sebuah kursi yang berada di luar toko " kamu kelihatannya lelah, biar ibu yang belanja.Nanti paman marah padaku karena tidak menjagamu!"     

Nita tersenyum menerimanya " terima kasih "     

Wildan memandangi nita dengan perutnya yang mulai terlihat membesar.     

" Berapa lama lagi putrinya lahir?" tanya wildan,kemarin yoga mengatakan padanya bahwa calon bayi yang berada dalam kandungan nita berjenis kelamin perempuan.     

Nita berpikir sejenak " mungkin sekitar tiga bulan lagi,jika tidak ada halangan"     

" Semoga ibu dan bayinya selalu sehat sampai waktunya melahirkan nanti,,"     

" Amin" nita menerima doa wildan dengan senang " terima kasih"     

Wildan tersenyum ke arah nita " aku bantu ibu dulu sebentar,kamu tunggu disini jangan pergi sendiri"     

Nita hanya menganggukan kepalanya,dia melayangkan pandangannya ke setiap penjuru mall ketika wildan pergi membantu kak ismi.     

" Maap,," suara seorang wanita terdengar di samping nita.     

Dia merubah arah pandangannya ke pusat suara di sampingnya,dan melihat wajahnya. Selintas nita seperti mengenalnya,tetapi dia lupa dimana pernah melihat wajah itu,dia tidak asing di ingatan nita.     

" Kamu bisa ikut denganku?" tiba-tiba wanita tersebut menarik tangan nita,dan membuat nita beranjak dari duduknya.     

" Tapi,,," belum sempat nita menyelesaikan ucapannya itu,wanita tersebut dengan cepat melangkan kakinya.     

Dia membawa nita mengikuti langkahnya, tangannya masih dengan erat menggengam tangan nita.Dan membawanya tanpa mengenalkan diri dan mengatakan kemana dia akan membawa nita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.