cinta dalam jas putih

Rencana awal



Rencana awal

0" Sayangku,," satu suara lembut terdengar di telinga nita dan satu ciuman di pipinya.     

Seketika terperanjat ketika matanya perlahan membuka,sinar matahari telah masuk ke dalam kamarnya begitu besarnya sampai menyilaukan matanya.     

" Oppa dokter kenapa tidak membangunkan aku tadi pagi,," nita lalu bangkit dari tidurnya dan terduduk,dia merapikan rambutnya yang berantakan menghalangi pandangannya.     

" Tidak apa-apa,," yoga tersenyum duduk di samping nita,memberikan nita segelas air putih " kamu pasti lelah setelah beberapa hari lalu harus menjaga axel,tidurmu nyenyak sekali jadi aku tidak tega membangunkanmu"     

" Tapi aku malu sama ibu,,," nita meminum beberapa teguk air yang yoga berikan " masa anak perempuan bangunnya siang,seperti tuan putri saja"     

Yoga tertawa kecil dan memeluk nita,mencium wangi tubuhnya yang menjadi wangi favoritnya " tidak apa-apa,ibu yang bilang tadi untuk membiarkanmu istirahat.Di rumah masih ada kak ismi juga yang bantu ibu dan mba mumu"     

Nita yang masih merasakan kantuk terdiam untuk beberapa detik hanyut dalam lamunan.     

" Aku mandi dulu,," nita yang akan beranjak dari duduknya,tertahan oleh pelukan yoga yang membuatnya tetap dalam duduknya "aku masih ngantuk jadi harus mandi"     

" Minum dulu jus nya" dan sekarang tangan yoga menyodorkan satu gelas yang berisi jus wortel dan tomat yang sengaja dia buat.     

" Selesai mandi ya,,oppa,," nita memasang jurus senyuman mautnya.     

Yoga pun menanggapi dengan gelengan kepala " sekarang,,,atau,,,tidak boleh mandi?"     

Nita menarik napasnya dan meraih gelas yang disodorkan oleh yoga,meminum jus yang sudah yoga buatkan khusus untuknya.     

" Harus habis!" yoga membuat peringatan pada nita.     

Nita menghentikan tegukannya dan melirik ke arah yoga " Siap,komandan"     

Yoga dibuatnya tertawa,lalu tangannya mengusap lembut rambut nita.Sekarang ini, hanya ada nita dan ibunya yang harus dia jaga.Dia sangat begitu kehilangan axel yang ikut dengan elsa,setelah delapan tahun lamanya menjaga dan berada di sampingnya tiba-tiba axel harus ikut dengan elsa.Hal itu membuat dia merasakan kehampaan dalam hatinya.     

Dan wanita di hadapannya sekarang ini, satu-satunya yang bisa menghiburnya.Dengan tawanya,candaannya,kata-katanya yang selalu membuat yoga tertawa.     

" Kamu cari siapa?" wildan menghampiri nita yang sedang berdiri di dapur sendirian.     

Nita tersenyum sekilas dan kembali fokus ke arah lain " aku cari mba mumu,tapi sepertinya sedang pergi"     

" Pergi belanja makanan dengan ibu dan nenek" jawabnya " apa kamu membutuhkan sesuatu?"     

" Tidak " jawab nita " aku cuma mau mengajaknya menonton drama yang baru "     

Dahi wildan berkerut dia tertawa mendengarkan ucapan nita " nonton film di bioskop saja tertidur,apalagi nonton drama yang panjang,,"     

Nita terkaget karena malu dan lalu tertawa,dia masih mengingat kejadian memalukan itu.Dan mengalihkan rasa malunya dengan membuka kulkas,hawa dingin dari dalam kulkas akan seketika menghilangkan rasa malunya.     

" Aku minta maap kalau kemarin ucapanku membuatmu marah"     

Wajah nita masih menghadap di arah kulkas yang dia buka,dan akhirnya memutuskan membawa satu apel ketika harus kembali berhadapan dengan wildan.     

" Aku sudah memaapkan,," nita tersenyum ke arah wildan yang masih memperhatikan setiap gerak-geriknya " tapi kamu juga harus minta maap pada pamanmu,kamu keponakan yang sangat tidak sopan"     

Mendengar kata-kata nita membuat tawa wildan muncul,dia tidak merasakan sakit hati karena nita yang mengatakannya.     

" Bukan tertawa!" cetus nita sambil membelalakan matanya " jangan sampai istrimu marah karena mengetahui niatmu itu"     

Tawanya terhenti ketika nita membicarakan tentang istrinya " bukankah paman juga lebih baik tidak mengetahuinya,,?"     

Awalnya nita akan mengatakan yang sebenarnya,tapi terhenti ketika melihat sosok yoga sudah berdiri di belakang wildan yang tersenyum ke arahnya.     

" Tapi,sayangnya aku sudah tahu" yoga menepuk pundak wildan mengagetkannya.Dia berjalan melewati wildan dan menghampiri nita berdiri disampingnya.     

" Biar aku yang potongkan,," yoga mengambil apel yang nita pegang.     

" Terima kasih" nita tersenyum ke arah yoga yang sedang memotong apel yang diambilnya tadi.     

Mereka berdua tersenyum,dan matanya saling menatap begitu berbinar-binar seperti menandakan mereka sedang menertawakan wildan yang masih mematung dengan ekspresi begitu takut di wajahnya.     

" Sudah lama sekali kita tidak bicara" yoga memecah kebisuan wildan " bagaimana kalau kita ngobrol di ruang depan?sambil menunggu yang lain pulang"     

" Baiklah,,," wildan menyetujuinya,dia mengikuti langkah yoga dan nita yang sudah terlebih dulu berjalan ke ruangan keluarga.     

Dia duduk di sofa yang terletak di samping yoga dan nita yang duduk dalam satu sofa.     

" Kamu mau aku nyalakan televisinya?" yoga melihat ke arah nita yang begitu serius memakan apel yang dia potongkan tadi.     

Nita tersenyum ke arah yoga dengan gelengan kepalanya,dia sudah menghabiskan apel yang dibawanya dengan begitu cepat.     

Yoga tersenyum ke arah wildan " kenapa delia tidak kamu ajak?"     

" Dia,pulang kerumah orang tuanya sudah satu bulan " jawabnya " paman,aku minta maap kalau karena kata-kataku tadi di dapur dengan,," dan wildan pun menghentikan ucapannya.     

Yoga tersenyum,dia tahu wildan enggan memanggil nita dengan sebutan bibi.Mungkin karena selain usia mereka sama dan alasan lainnya karena dahulu itu mereka pernah dekat.     

" Aku dengar kamu sudah mendapat jabatan di kantormu,,," pertanyaan yoga ini masih terdengar begitu jelas oleh nita.     

Nita senyum-senyum sendiri,menertawakan dalam hatinya.Obrolan mereka terdengar begitu membosankan di telinga nita,pantaslah mereka begitu memiliki jarak,tidak ada sedikit pun candaan di obrolan mereka.     

Tiba-tiba merasakan kantuk yang teramat berat,dan menutup mulutnya karena menguap.Menoleh sekilas ke arah yoga yang terduduk disampingnya,masih dengan obrolan mereka yang membosankan.     

Yoga terkejut ketika tiba-tiba nita menyandarkan kepalanya di bahu yoga dan kedua tangan yang melingkar disatu tangan yoga dengan mata yang terpejam.     

" Inikan bukan rencana kita!" cetus yoga dalam hati,nita tidak memberitahukannya akan membalas wildan seperti ini,dan begitu cepat tertidur di bahunya.Dia lalu melihat ke arah keponakannya yang begitu memperlihatkan keterkejutan di wajahnya.     

" Dia terlihat begitu nyaman dengan paman" kali ini suara di dalam hati wildan begitu menyayat dan menyakitinya,menyaksikan orang yang pernah dia sayangi bersandar mesra dengan sang paman,sosok yang sangat dia kagumi sejak dia kecil.     

" Dia,,," yoga masih dalam pandangannya pada sosok wildan yang ekspresi wajahnya masih belum berubah " wanita yang paling berharga dalam hidupku,walaupun kamu juga pernah merasakan hal yang sama sepertiku dulu,,"     

Wildan semakin terkejut dengan ucapan sang paman " Paman,kamu tahu aku dan nita?"     

" Nita yang cerita sendiri padaku" yoga tersenyum " dia tidak pernah menyembunyikan apapun dariku,termasuk hubungannya denganmu dulu.Aku tidak pernah mempermasalahkannya,setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing. Mungkin ada garis nasib yang tidak bisa kamu miliki tapi aku bisa memilikinya"     

" Kalaupun kamu ingin membuatnya kembali padamu,aku tidak akan pernah melepaskannya" sambung yoga " karena aku sangat menyayanginya,dan tidak pernah akan memberikannya padamu.Kamu laki-laki yang tidak bertanggung jawab pada istrimu sekarang, bagaimana nanti kamu akan membahagiakan nita?"     

Semua kata-kata yoga seperti sebuah pukulan yang bertubi-tubi padanya,membuat wildan tertunduk malu mengakui kesalahannya.     

" Perlakukan istrimu dengan baik,jika kamu ingin dia mengerti kamu.Seperti yang nita bilang,kamu tidak ada apa-apanya tanpa istrimu" lagi-lagi yoga menasehatinya " jangan mengikuti kebodohanku dahulu,belajarlah menjadi laki-laki yang selalu menghargai apa yang sudah kamu miliki sebelum kamu menyesal setelah kehilangannya"     

" Aku minta maap,,," kini wildan mengeluarkan suaranya " aku sadar mengapa tuhan tidak memilihkan aku untuk kanita,mungkin kamu laki-laki terbaik untuknya"     

" Tapi,,hubunganku dengan delia tidak dapat di pertahankan lagi " sambungnya " kami sudah berbeda tujuan,bukan karena masih ada orang lain di pikiranku,,"     

Yoga tersenyum " pikirkanlah baik-baik,kamu harus ingat masa tersulit pernikahan itu justru berada di tiga tahun pertama.Jadi kalian jangan hanyaa mementingkan keegoisan masing-masing"     

" Tidak ada kebahagiaan yang tercipta dengan mudah begitu saja,harus ada sedikit usaha dan kesabaran" sambung yoga.     

Nita tersenyum dalam tidurnya,mendengarkan setiap ucapan yoga yang tenang,tetapi terasa langsung tepat pada sasaran mengena di hati wildan.     

Dalam setiap kata-kata yang diucapkan yoga begitu banyak mengandung makna untuk kehidupan wildan.Bahwa pernikahan adalah sebuah latihan kesabaran.Menserasikan dua isi kepala yang berbeda agar menjadi satu tujuan.     

Dan ini hanyalah pembicaraan awal saja, mereka belum menjalankan rencana yang telah mereka bicarakan kemarin.Nita tersenang ketika rencananya kali ini berhasil,pura-pura tertidur agar yoga dan wildan dapat bicara tenang tanpa harus merasa canggung karena kehadirannya di tengah-tengah mereka     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.