cinta dalam jas putih

Seperti cermin dihatiku



Seperti cermin dihatiku

0Kaki nita tidak berhenti bergerak-gerak dalam posisi duduknya,dia sedang merasakan kekhawatiran yang teramat sangat saat ini.     

Dia tidak bisa menemani axel yang sedang berada di dalam ruangan laboratorium,yang tengah dilakukan pengambilan sampel darah.     

' Kamu harus baik-baik saja,,' batin nita berkata     

Mungkin ini terdengar seperti kata yang begitu memaksakan pada sang pencipta,pikir nita.Tapi,itulah keinginan satu-satunya yang ada pada seorang ibu saat sekarang ini.     

" Apakah kamu kesakitan?"     

Nita memeluk axel ketika axel keluar dari balik pintu,dan memeriksa tangan axel.     

" Ibu,tenang saja" axel mengusap pipi nita "aku kan laki-laki,kalau hanya di ambil darah sedikit aku masih kuat"     

Nita tersenyum bercampur rasa khawatir,dia telah lupa axel sudah beranjak besar.Dia sudah bisa begitu kuat dan juga terlihat lebih dewasa saat menutupi rasa sakitnya.     

" Kita pulang,," Suara yoga terdengar di belakang nita dan axel "hasil laboratoriumnya masih harus menunggu,kita pulang saja dulu"     

Nita dan axel mengikuti langkah yoga dari belakang,keluar dari ruangan laboratorium.     

Axel menggenggam tangan nita dan tersenyum ke arahnya,senyumannya begitu indah dan sangat manis.     

" Aku yang akan memegang tangan ibu,ketika ayah lupa dan tidak berada disamping ibu"     

Nita tertegun untuk sesaat dan kemudian tersenyum.     

" Terima kasih,kamu memang putraku yang paling baik,,"     

Dan nita pun menggenggam tangan axel dalam langkah mereka,dia tidak akan mempermasalahkan ucapan axel mengenai ayahnya itu.Dia adalah seorang dokter,dan ini adalah wilayah tempatnya bekerja.     

Dia tidak bisa seperti apa yang disebutkan axel,memegang tangan dan menuntun langkahnya.Nita takut itu akan merusak citranya sebagai dokter.     

Dulu,nita pun sudah belajar etika seperti itu dan sudah sangat terbiasa.Dimana dia harus berjalan dengan sikap yang anggun dan tidak lupa selalu memberikan senyuman,tidak tertawa dengan suara keras ketika di sedang berdinas,dan tidak pernah berpegangan tangan dengan petugas lainnya di wilayah kerja.     

" Apa axel baik-baik saja?"     

Yoga tersenyum menghampiri nita yang sudah berdiri di hadapannya " Tidak apa-apa,,"     

Yoga menuntunnya untuk duduk dan memegang kedua tangannya.     

" Dia akan selalu baik-baik saja,," lanjut yoga " kamu tahu kenapa? karena dia yang akan selalu siap menjagamu bila aku tidak ada,,"     

Nita tersenyum mengusap lembut pipi yoga,matanya mulai berkaca dan meleleh begitu saja menjadi aliran airmata.Dia sudah sejak tadi siang menahan air matanya di depan axel.Hanya di depan yoga saja dia bisa meluapkan semuanya.     

Yoga memberikan satu pelukan ketika wanita yang ada dihadapannya itu terisak,dan usapan lembut di punggungnya untuk memberikan satu kekuatan pada nita.     

" Bahkan tadi itu aku berharap,bahwa axel adalah putra yang aku kandung dan aku lahirkan sendiri,aku hanya mau dia baik-baik saja"     

Nita semakin terisak,tangisannya semakin meluap setelah ucapannya tadi.     

Nita selalu berharap seperti itu, axel yang sudah sangat membuatnya seperti telah menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Dan Itu muncul di pikirannya karena rasa khawatirnya yang begitu besar.     

Dalam pikirannya tertulis mungkin jika axel lahir dari rahimnya,dia tidak akan pernah mengalami beberapa pemeriksaan yang menyakitkan itu.     

" Aku tidak mau dia merasakan rasa sakit sedikitpun,dia hanya boleh merasakan kebahagiaan,,"     

Mendengar perkataan wanita yang berada di pelukannya seperti hal yang menusuk hatinya yang paling dalam,dan dia telah gagal mempertahankan dirinya untuk tidak larut mengikuti kesedihan nita.     

Bahkan jika harus diperlihatkan,dialah orang yang pertama yang mengatakan apa yang nita katakan tadi.     

Nita seperti cermin di dalam hatinya,setiap apa yang ada di dalam hatinya yang tidak bisa dia ungkapkan pasti wanita itulah yang pertama mengungkapkannya.     

" Mungkin inilah yang ingin takdir perlihatkan padaku,," yoga bicara pelan " diberikan kesempatan memilikimu,dan untuk diperlihatkan betapa beruntungnya axel mempunyai ibu sepertimu"     

Lelehan air mata nita semakin bertambah cepat dan menjadi seperti luapan air yang tidak dapat dibendung,mungkin karena kehamilannya membuat nita memiliki perasaan yang sangat sensitif dan mudah menangis.     

" Aku akan lakukan apapun agar axel baik-baik saja,," yoga menempelkan dahinya di dahi nita dan tangannya menghapus setiap lelehan air mata di pipi nita.     

" Trombosit axel masih dalam batas normal,dokter arga tadi mengatakan mungkin ini hanya masalah imunitas axel yang sedang tidak baik.Tapi itu juga masih harus dilakukan observasi dan pemeriksaan berkala,,"     

" Apa kamu tidak menyembunyikan sesuatu tentang axel,hanya karena aku sedang hamil?"     

Yoga tersenyum kecil karena nita tidak mempercayai apa yang diucapkannya, dahinya yang masih menempel di dahi nita sengaja memberikan tekanan lembut pada nita.     

" Tidak ada,hanya itu saja" yoga menegaskan.     

Nita mengusap dahinya dengan tangannya "pak dokter,,ini sakit sekali,," bibirnya menguncup,nita tertawa dalam tangisannya.     

" Maapkan aku,," yoga mengusap dahi nita dengan tangannya dan memberi tiupan pada dahi nita agar supaya sakitnya cepat menghilang.     

Seperti yang sering ibu lakukan padanya ketika sewaktu kecil yoga terjatuh ataupun merasakan kesakitan pada tubuhnya.Tiupan lembutnya bisa dengan ajaib menghilangkan semua rasa sakitnya.     

" Nita,,"     

" Ada apa?"     

Yoga memberikan pelukan pada nita dari arah belakang " apa aku boleh mengatakan permintaan padamu?"     

" Permintaan?" dahi nita berkerut,tatapan aneh dia perlihatkan pada yoga " katakan dulu apa permintaanmu?"     

Yoga tersenyum " sementara kita mengobservasi axel,apa kamu tidak apa-apa tinggal lebih lama disini?"     

Nita membisu untuk beberapa detik..     

" Kamu takut aku tidak nyaman dengan ayah dan ibu?" nita tersenyum " selama itu untuk kebaikan axel,aku tidak apa-apa jika harus tetap tinggal dimanapun"     

Yoga tersenyum dan sudah tahu pasti nita akan menjawab seperti itu,apalagi jika semua berkaitan dengan axel.Dia pasti akan dengan senang hati menerimanya.Tapi,sepertinya masih ada hal lain yang ingin dibicarakannya.     

" Aku mau bilang sesuatu,," yoga bicara dengan nada serius " tapi kamu jangan tertawa"     

" Kenapa?"     

" Janji terlebih dahulu,tidak tertawa"     

Nita terdiam sejenak dalam benaknya tersirat,dia baru saja menangisi axel tadi itu karena khawatir.Mungkin sedikit sulit untuk bisa tertawa walaupun yoga akan berkata selucu apapun.     

" Tadi di poli aku sedikit pusing,jadi aku marah-marah pada bidan edna,,"     

" Kamu sakit" sela nita,dia menempelkan satu tangannya di dahi suaminya itu.Tapi suhu tubuhnya masih dalam batas normal.     

" Bukan,," yoga memegang tangan nita yang pada awalnya berada di dahinya.     

" Aku sekarang ini selalu membayangkan makanan yang tidak pernah aku makan sekalipun,,,"     

Beruntunglah tadi nita tidak mengucapkan janji apapun pada yoga,mendengar suaminya mengatakan hal yang tidak lucu di dengarnya tapi ternyata bisa membuat nita tertawa hanya dalam hitungan detik.     

" Benar kan kamu tertawa" yoga memasang wajah malu.     

" Iya,maap" nita memperbaiki sikapnya,mencoba untuk menahan tawanya.     

" Oppa dokter akhirnya tahu sendiri rasanya ngidam" lanjut nita " aku yang hamil dan melahirkan,oppa dokter yang ngidam itukan adil"     

" Tidak apa-apa,kalau itu permintaan dari anakku,,"wajah yoga terlihat kaku,dia sedang menyembunyikan rasa malunya.Tingkahnya seperti anak remaja yang menutupi rasa malunya.     

" Oppa dokter mau makan apa memang sekarang?"     

" Nasi goreng,,"     

Nita tersenyum dan segera beranjak dari duduknya.     

" Baiklah,aku buatkan khusus buat yang ngidam"     

Yoga memegang tangan nita "aku tidak mau buatan rumah,sepertinya nasi goreng favorit kamu yang berada di depan rumah sakit enak,,"     

" Apa?" nita sedikit berteriak kaget " inikan sudah malam,pak dokter!"     

Mereka berdua terdiam,dan saling menatap untuk seperkian detik, lalu tawa mereka muncul bersamaan.Menertawakan tingkah aneh mereka sendiri.     

" Baiklah,,,aku ikutin kemauan oppa dokter yang sedang ngidam,,,"     

Nita jugalah yang akhirnya harus mengalah,dia akan mengikuti semua kemauan yoga karena sepertinya ini pertama kali dalam pengalamannya menjadi suami, ketika istrinya tengah hamil muda ternyata dia juga yang harus merasakannya keunikan dari yang sering disebutnya masalah psikologis itu....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.