cinta dalam jas putih

Kejadian yg terulang kembali



Kejadian yg terulang kembali

0" Biar aku saja,," nita berdiri di hadapan yoga,dia mengambil alih mengancingkan kemeja yg di pakai yoga.     

" Bolehkah aku meminta sesuatu?" nita memasang wajah manis,dia telah selesai membantu yoga merapikan kemejanya.     

Senyuman aneh terlihat di wajah yoga " ibu noona sudah meminta sesuatu itu,,,pasti ada yg aneh"     

Nita tertawa kecil melingkarkan tangannya dengan manja di pinggang yoga "bukan aku yg aneh,tapi oppa dokter yg aneh!"     

" Menjadikan mba mumu sebagai mata-mata di rumah,,"     

Yoga tertawa kecil dan memberikan pelukan di pagi harinya pada wanita yg sedang manja padanya karena menginginkan sesuatu.     

" Aku mau kamu bicara yg sebenarnya,," nita menatap lekat mata indah yoga dan menyimpan kedua tangannya di kedua sisi pipi yoga.     

" Katakan sekarang,tentang kondisiku yg sebenarnya jika aku hamil?"     

Senyuman yg semula terlihat di wajah yoga berubah seketika menjadi satu gambar kekhawatiran dan kecemasan "kenapa tiba-tiba menanyakan hal yg aneh seperti itu?"     

" Aku hanya ingin tahu saja,," mata nita menangkap sesuatu yg aneh dari raut wajah yoga " kan oppa dokter yg dulu tahu kondisiku,anggap saja ini pertanyaan seorang pasien,,bukan istrimu,,"     

Mata nita masih terus mengawasi yoga,senyumnya tidak pernah hilang.Dia menunggu yoga menjawab semua pertanyaannya.     

Pertanyaan yg begitu tiba-tiba terlintas di pikirannya,ketika dia merasakan hal yg berbeda dirasakan pada kehamilannya saat ini dan melihat obat-obat yg diberikan yoga pagi ini padanya.     

Yoga begitu mengambil waktu yg lama untuk menjawab pertanyaan nita.     

" Dulu itu,kemungkinannya sekitar lima puluh persen,,serviks inkompeten,," suara yoga memelan dan memandang mata nita yg masih terus mengawasinya.     

Senyum di wajah masih terlihat,tapi yoga dapat menangkap satu kesedihan di dalam senyumannya itu.Dan lalu memberikan pelukan untuk menenangkan dan memberikannya satu kekuatan.     

" Kamu hanya perlu beristirahat total untuk sekarang,dan meminum semua obat yg tadi aku berikan,," yoga memberikan satu semangat pada ucapannya " dengarkan semua nasehat doktermu ini,aku akan selalu menjaga pasienku yg nakal ini.Dan akan selalu mengawasimu,,pasien VVIP ku yg berharga"     

Nita mengernyit dan tertawa kecil dalam pelukan yoga,selintas dia merasakan ketakutan yg teramat sangat tetapi dia harus berusaha melawannya.Dia sendirilah yg harus mensugestikan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja.     

" Terima kasih oppa dokter,," dan lalu memberikan satu ciuman di pipi yoga " aku pasti akan melakukan semua yg oppa dokter sebutkan tadi,,selamat bekerja oppa dokter,,"     

Memberikan satu ciuman kembali di tangan yoga,seperti biasanya.     

" Ingat,kamu harus istirahat ibu noona,,"     

Yoga tahu nita pasti akan sangat kuat,dia hanya perlu memberikannya perhatian yg lebih ekstra saja.Dia membalas perlakuan manis nita mencium keningnya.     

Nita tersenyum dalam anggukan kepalanya dan kembali ke tempat tidurnya,sekarang dia tahu alasan yoga memberikannya perlakuan berlebihan padanya.Dia harus mengikuti semua yg di katakan yoga,karena diapun berharap begitu besar bahwa dia dan kehamilannya akan baik-baik saja.     

" Kamu harus bertahan sampai waktunya nanti ya,," nita mengusap lembut perutnya,dia memaksakan ketidak inginannya untuk meminum segelas susu yg sudah yoga bawakan untuknya pagi ini, dia tidak boleh hanya memikirkan dirinya sendiri.Sekarang ada jiwa yg lemah di dalam rahimnya yg harus sangat dia jaga dan selalu di beri kekuatan olehnya.     

Matanya menatap aneh ke arah pintu kamarnya,sosok axel dan yoga tiba-tiba muncul dari balik pintu.     

Axel memberikan satu ciuman di pipi nita.     

Nita masih dalam rasa keanehannya "kamu tidak sekolah?"     

Axel menggelengkan kepalanya "ayah mengajakku untuk menemani ibu hari ini,,"     

Nita melirik ke arah yoga yg duduk di sampingnya di tempat tidur,dia hanya membalas tatapan nita dengan senyuman dan kedipan matanya.     

" Terima kasih,," nita memberikan satu ciuman di pipi axel dan yoga.     

Nita menyimpulkan bahwa sepertinya yoga akan ketakutan nita akan menjadi terlalu banyak memikirkan hal yg aneh setelah mereka bicara tadi.Dia akan menerimanya sebagai bentuk rasa cinta yoga dan axel padanya.     

" Bagaimana kalau kita nonton bertiga hari ini,,"     

Yoga lalu membawa laptopnya ke tempat tidur tersenyum ke arah nita.     

" Aku akan membawa biskuit dan cemilan untuk ibu,,"axel lalu beranjak " dan juga untuk ayah,,"     

Yoga menganggukan kepalanya dan tertawa kecil ke arah nita yg sepertinya masih kebingungan dengan perlakuan axel,walaupun setiap hari axel pasti selalu bertindak manis pada nita.     

" Apa ibu sering lihat film seperti ini setiap hari,yah?" pertanyaan axel itu membuat yoga tidak bisa menahan tawanya "pantas saja mba mumu tidak berhenti menangis kalau sudah menonton dengan ibu"     

Yoga kemudian melirik ke arah nita yg hanya tersenyum mendengar ucapan axel padanya,dia masih terus mengunyah biskuit yg axel bawakan untuknya.     

" Ibumu kan suka hal-hal yg seperti di drama itu,," suara yoga tidak terdengar oleh axel,tapi oleh nita yg duduk disampingnya begitu terdengar jelas.     

Nita tersenyum menyipitkan matanya ke arah yoga,dan membalas ledekan yoga dengan cubitan di pinggang yoga.     

Yoga menahan rasa sakit dan tawanya bersamaan,wajahnya saja yg terlihat meringis kesakitan.Dia menyembunyikannya dari axel.     

" Ibu,," panggil axel kemudian " memang apa artinya cinta pertama?"     

Yoga dan nita sontak saja saling berpandangan,mereka begitu terkejut dengan pertanyaan axel itu.Mata nita memberikan isyarat kemarahan pada yoga karena membawa axel menonton film yg memang bukan untuk usia axel.     

Yoga mengusap keningnya sendiri,sepertinya dia juga kebingungan menggunakan kata-kata seperti apa untuk menjawab pertanyaan axel.     

Axel melihat ke arah ayah dan ibunya yg terlihat begitu lama untuk menjawab pertanyaannya,dan mengganti pandangannya ke arah nita lalu berkata :     

" Lalu cinta pertama ibu itu,,ayahkah?"     

Kali ini mata nita memelototi ucapan axel,mulutnya begitu cepat-cepat menelan biskuit yg sedang di kunyahnya membuat nita kemudian terbatuk.     

Yoga terkejut dan segera memberikan nita air minum.     

Nita terlihat lebih bingung menjawab pertanyaan aneh pangeran kecilnya itu,terlebih lagi yoga hanya senyum-senyum melihat ke arahnya.     

Dalam kebingungannya itu,nita merasakan satu reaksi yg sangat aneh dalam perutnya.     

" Kamu tidak apa-apa?" yoga memandang aneh wajah nita yg seperti menyembunyikan sesuatu.     

" Sepertinya perutku sakit" nita menahan sakitnya,dia masih bisa berbisik ke arah yoga yg duduk disampingnya " bawa axel keluar,aku tidak mau axel melihatnya lagi,,"     

" Tunggulah,," yoga benar-benar ketakutan kali ini " tahanlah sebentar,aku akan membawamu ke rumah sakit"     

Nita menganggukan kepalanya,dia terlihat sekali menahan rasa sakitnya.Keringat-keringat di wajahnya mulai bermunculan,dia sedikit beranjak dari tempat tidurnya dan melihat bercak darah di tempat tidurnya.     

Segera menutupinya dengan selimut ketika tidak lama kemudian yoga muncul kembali,dan lalu membantunya menuju ke mobil.     

" Kamu masih kesakitan?" raut wajah yoga begitu memasang rasa ketakutannya yg besar,dia sangat tidak ingin kejadian dulu terulang kembali.     

" Pasti semuanya akan baik-baik saja,," nita mencoba menenangkan yoga meski dalam kesakitan. Wajah nita semakin memucat menahan sakitnya,keringat bercucuran di wajahnya.     

Nita menempelkan kedua tangannya sendiri diatas perutnya,dia memiliki kekuatan besar dalam hatinya dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.     

Dan lalu dia merasa matanya begitu menahan beban yg sangat berat dan tanpa nita sadari dia kemudian tertidur begitu saja.     

" Nita,,," suara terakhir yoga yg nita dengar,ketika dia merasakan rasa kantuk yg begitu besar.     

Rasa kantuk yg kemudian muncul setelah kesakitannya sedikit demi sedikit mulai menghilang dari dalam perutnya,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.