cinta dalam jas putih

Hipokondria



Hipokondria

0"Bidan nita " ada suara seorang perempuan yang memanggilnya ketika nita sedang mendorong blankar setelah mengantarkan pasien ke ruang operasi.     

Dia berbalik dan melihat sesosok dokter wanita tinggi semampai dengan pakaian operasi yang sudah lengkap dan masker yang menutupi wajahnya membuat nita tidak bisa mengenalnya.     

"Ini aku dokter yeslin " dia membuka masker yang menutupinya dan memperlihatkan senyumannya.     

Nita tersenyum dan membungkuk untuk menyapa dokter yeslin.     

"Dokter bukannya sedang bed rest? " nita lalu mencoba akrab dengan wanita cantik itu.     

"Sudah tidak ada flek " jawabnya, "lagi pula nanti saya tidak akan bisa lulus dengan cepat kalau terus ijin "     

"Tapi dokter harus menjaga kesehatan dokter dan kehamilan dokter juga " ucap nita.     

"Iya, tapi saya berhutang kata maaf sama kamu "      

Nita terheran, "maaf karena apa dokter? "     

"Karena beberapa hari lalu saya sudah terlalu bersikap berlebihan dengan edwin " jawabnya.     

"Tapi kamu harus tahu kalau dia sama sekali tidak akan pernah bisa di rayu " sambungnya.     

"Jangan terlalu dipikirkan dokter, saya tidak apa- apa " jelas sekali jawaban nita sangat bertentangan dengan sikapnya pada dokter edwin beberapa hari yang lalu. Yang harus menangis dan marah- marah pada suaminya itu. Semua itu semata- mata harus wajib di lakukannya untuk membedakan sikapnya di tempat kerja dan di rumah karena sebuah profesionalitas.     

"Edwin itu masih sama seperti dulu " ucap yeslin, "kalau dia sudah mempunyai satu hubungan dengan wanita, dia tidak akan pernah bisa memberikan perhatian lebih pada wanita lain "     

"Dulu sewaktu kami masih kuliah, dia itu terkenal dengan panggilan iceman karena sikap dinginnya pada semua teman wanita ataupun junior wanita yang lain "     

"Tapi kalau kami sedang berdua dia sangat manja sekali! "      

Nita terdiam ketika dokter yeslin bercerita dan seperti sedang masa lalu nya yang sangat indah dan membahagiakannya itu.     

Tapi yang di katakannya itu memang benar, tidak ada yang salah dari setiap yang dikatakan oleh yeslin tentang dokter edwin. Karena nita merasakan hal yang di sebutkan oleh yeslin padanya.     

"Maaf, kenapa aku jadi bercerita tentang masa lalu! " yeslin dengan cepat memperbaiki sikapnya ketika melihat sikap diam yang di tunjukkan oleh nita.     

"Kamu tidak cemburu kan? " yeslin memasang wajah khawatirnya sekarang di depan nita.     

Nita tersenyum, "tidak apa- apa dokter "     

"Saya justru yang harus mengucapkan terima kasih pada dokter karena sudah menjadi bagian dari masa lalu koko yang sangat terbaik " dia membungkuk dan lalu kembali melemparkan senyumannya.     

"Koko juga selalu cerita tentang tunangannya yang mengalami sebuah kecelakaan, dan juga satu wanita yang membuatnya sangat patah hati " nita lalu menceritakan sejauh mana dia mengenal suaminya itu pada yeslin.     

Semua itu dia katakan agar yeslin menyadari bahwa nita sebenarnya tahu tentang masa lalu dokter edwin, tapi dia tidak terpengaruh sedikitpun walaupun pada kenyataannya dia sangat takut akan ada yang bisa mengambil dokter edwin dari sisinya.     

"Apa masih ada yang ingin dokter sampaikan? " nita bertanya pada yeslin yang sekarang sudah di buat nya tidak bisa mengatakan apapun.     

"Tidak ada " jawabnya dengan senyuman hambarnya.     

"Kalau begitu saya permisi dulu " nita berpamitan pada yeslin dan meninggalkannya dengan wajahnya yang terlihat sedikit tidak nyaman karena nita mengingatkannya sebagai masa lalu dari dokter edwin.     

"Tadi dia panggil edwin apa? " yeslin bertanya pada dirinya sendiri sambil mengingat kembali panggilan nita pada dokter edwin.     

"Dia memanggilnya dengan sebutan koko! " gerutunya sambil memegang masker yang yang ada di tangannya dengan sangat kuat.     

Panggilan yang dulu pernah dia rencanakan berdua dengan dokter edwin jika mereka menikah nanti. Dan ternyata dia tidak bisa memakai nama itu untuk dokter edwin karena sudah ada wanita lain yang memakainya untuk memanggil dokter edwin sekarang.     

Kali ini rasa cemasnya mulai bertambah banyak dan terasa berlebihan di dalam tubuhnya.     

"Kenapa kamu yang ikut operasi? " dokter edwin bertanya pada yeslin ketika melihatnya masuk ke dalam ruangan operasi.     

"Bukannya kamu masih harus bed rest? "      

"Saya sudah lebih baik dan tidak ada lagi flek " jawabnya, "jadi mohon beri bimbingan untuk saya di operasi kali ini "     

"Kamu yakin? " dokter edwin memperhatikan sikap yeslin yang sangat aneh, dia melihat bahwa sekarang ini ada sesuatu yang mengganggunya dan membuatnya tidak nyaman sampai dia terlihat cemas berlebihan.     

"Kamu baik- baik saja? " dia bertanya pada yeslin ketika melihat tangannya yang bergetar saat melakukan sayatan pertama.     

"Aku baik " jawab yeslin, "dan aku akan buktikan kalau aku bisa melakukannya di depanmu hari ini "     

"Kamu tidak perlu memaksakan diri " dokter edwin memperingatkannya.     

"Aku bisa melakukannya! " yeslin meninggikan nada bicaranya pada dokter edwin yang sebagai tanda bahwa dia sedang marah pada laki- laki itu.     

Dokter edwin dan dokter kaif saling menatap dan mereka tidak bisa mengatakan apapun lagi, hanya mengawasi semua tindakan yeslin sekarang.     

"Kontraksinya menghilang dokter " seorang perawat yang melakukan observasi sepanjang operasi memberikan laporan ketika yeslin telah berhasil mengeluarkan bayi dan juga plasenta lalu menutup lukanya.     

"Oksitosin dua puluh iu dengan pospargi dua puluh tetes "      

"Dokter tapi perdarahannya sudah sangat banyak " sambil melakukan instruksi yang yeslin katakan tadi dia melihat ada banyak darah yang keluar.     

Dia melihat ke arah monitor yang menunjukkan penurunan tanda- tanda vital dari pasiennya itu.     

Yeslin tidak mengatakan apapun, tangannya terlihat masih gemetar dan melihat ada darah yang bercucuran dari atas tempat tidur pasiennya.     

Dokter edwin yang sedari tadi berada di belakangnya dan memberikan kesempatan padanya untuk memimpin operasinya lalu mengambil alih.     

"Kamu tahu pasien ini adalah pasien dengan diagnosa tambahan preeklamsia berat " ucap dokter edwin dengan tenang, "kamu juga harus lihat cairan yang masuk di infus dua jalur ini "     

"Kalau kamu tetap menjalankan cairan yang berisi obat antikonvulsan itu akan sangat mengganggu kontraksi uterus dan drip oksitosin yang kamu berikan sama sekali tidak berjalan "     

Yeslin merasakan tenggorokannya mulai mengering ketika dia melihat dengan sangat jelas kesalahannya yang fatal.     

Dia semakin tersudutkan dan itu oleh seseorang yang dulu selalu saling memberikan semangat satu sama lain dan berjanji untuk bersama.     

Mentalnya di kenai satu kata- kata yang nita ucapkan padanya tadi, walaupun yang dikatakannya itu hanya tentang sebuah panggilan saja. Dan semua itu membuat satu ancaman untuk karirnya yang sudah susah payah dia tempuh.     

"Sebaiknya kamu istirahat " ucap dokter edwin ketika dia sudah mengambil alih dan menyelesaikan masalah perdarahan pada pasiennya tadi.     

"Aku harus bicara denganmu! " yeslin mengikuti dokter edwin yang masuk ke dalam ruangannya.     

Dokter edwin terduduk di kursinya dan melihat sikap yeslin yang aneh semenjak dia masuk ke ruang operasi tadi.     

"Ada yang harus aku tanyakan " ucap yeslin.     

"Kenapa kamu membiarkan nita memanggilmu koko? " tanyanya, "bukannya itu nama yang sudah kita rencanakan kalau kita akhirnya bisa menikah nanti! "     

"Kamu membiarkan panggilan yang aku buat untuk kamu itu diambil oleh nita "     

Dokter edwin menarik nafasnya dan masih dengan sikap tenangnya memperhatikan yeslin.     

"Kamu harus paham setelah kejadian ini, kenapa ketika melakukan sebuah tindakan pada pasien sangat penting buatmu memperhatikan kondisi emosionalmu " ucap dokter edwin, "memikirkan hal bodoh yang ternyata bisa membahayakan nyawa pasien "     

Yeslin terkejut karena sekarang dokter edwin sedang mengkritik sikapnya.     

"Jangan pernah memikirkan hak yang sudah menjadi milik orang lain! " dia kembali bicara, "lagipula nita itu berhak memanggil aku apapun yang dia inginkan "     

"Jangan pernah mencampurkan semua nya dengan pekerjaan! "      

"Atau nanti aku akan kirimkan surat pergantianmu ke pusat karena tidak layak di tempat ini! " ancamnya.     

Yeslin semakin di buat tidak percaya dengan perkataan dokter edwin yang menyakiti perasaannya, padahal selama ini mereka selalu berhubungan sangat baik.     

Karena dia sedang berada di trimester pertama kehamilan yang membuat kondisi emosional berubah- ubah, yeslin kecewa dan lalu memutuskan untuk keluar dari ruangan dokter edwin dengan kekesalannya.     

Laki- laki itu telah berubah, dan kehamilannya masih sangat baik- baik saja tidak sesuai dengan harapannya.      

Di beberapa langkah kakinya dia merasa kesulitan untuk menarik nafas, tidak lama setelah itu telinganya berdengung dan lalu suasana di sekitarnya menggelap. Tubuhnya terasa ringan dan ambruk seketika...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.