cinta dalam jas putih

Aspirasi



Aspirasi

0"Iya, sayang nanti aku usahakan selesai secepatnya "     

Dokter edwin yang sedang membaca materi yang sudah dia dapatkan pagi ini melihat sahabatnya dion yang masih sibuk dengan teleponnya. Dia tidak tahu siapa yang di telponnya cukup lama dengan panggilan sayang itu, sampai membuatnya tidak bisa konsentrasi untuk menerima materi yang pertama.     

Dokter dion melihat ke arah dokter edwin yang walaupun membaca materinya tetapi kedua matanya masih bisa melirik ke arahnya.     

"Biasa istriku mulai merajuk " ucap dokter dion setelah dia mengakhiri pembicaraannya dengan istrinya.     

"Maklum kami baru satu tahun menikah " sambungnya lagi, "jadi dia sedikit cemburuan, karena dia bukan dari profesi yang sama denganku "      

Dokter edwin hanya tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabat yang pernah satu kampus ketika sekolah kedokteran dulu dan sempat lama seklai tidak bertemu karena sahabatnya itu mendapatkan pekerjaan di rumah sakit yang berada di tempat terpencil.     

"Kalau menikah baru satu tahun itu masih sayang- sayangnya, jadi kalau pergi waktunya lama sedikit saja pasti di telpon! " dokter dion bicara dan menyelipkan tawa kecilnya sambil menggelengkan kepalanya.     

'Tapi nita tidak seperti itu,,, ' ucap dokter edwin dalam hatinya sambil tersenyum senang.     

Ternyata dia sangat beruntung menemukan wanita yang walaupun lebih muda darinya tapi dia tidak pernah bersikap merajuk seperti itu jika sedang tidak marah. Dia juga tidak pernah memperlihatkan sikap cemburunya dengan terus menghubunginya ketika sedang bekerja mengambil waktu ekstra.      

Tapi ketika wanita itu khawatir dia pasti selalu menghubunginya dan mengirimkan banyak pesan padanya, walaupun tidak pernah satupun dia jawab karena sedang sibuk tapi nita tahu itu.     

"Jangan bilang istri kecil kamu itu tidak seperti istriku? " tebak dokter dion melihat sikao dokter edwin yang terlihat sangat biasa saja mendengar ceritanya.     

"Dia bukan istri kecil " ucap dokter edwin membenarkan kata yang sahabatnya itu sebutkan untuk nita.     

"Tapi kaif bilang seperti itu "      

Dokter edwin mengerutkan dahinya sambil bergumam, "orang itu ya "     

Dia lalu menghela nafasanya, "apa yang dia bilang sama semua teman- temanku disini! "     

"Dia tidak bilang apa- apa " dokter dion menanggapi dokter edwin yang menggerutu, "dia cuma bilang kamu belum lama menikah dengan istri kamu itu, dia menyebutnya istri kecil karena usianya masih sangat muda dan kamu terlihat tergila- gila padanya "     

Dokter edwin menyipitkan kedua matanya ke arah dokter dion yang sepertinya sudah banyak tahu sekali tentang pernikahannya sekarang ini.     

"Dia tidak bilang apa- apa, tapi kamu sampai tahu begitu banyak! " cetus dokter edwin memperlihatkan wajah seriusnya, "kaif itu memang tidak bisa di percaya,,, "     

Dokter dion tertawa kecil melihat dokter edwin yang masih sama seperti ketika mereka satu kampus dulu, dia selalu malu jika membicarakan tentang pasangannya padahal mereka sudah lama sekali berteman dan satu kos. Dia itu teman yang masih tidak bisa merubah sikap kakunya, dan dia ingin sekali merubah sikapnya itu agar kehidupan cintanya berjalan dengan sangat lancar karena dari semua sahabatnya hanya dokter edwin saja yang tidak beruntung di permasalahan percintaannya.     

"Hei, kita masih ada empat puluh lima menit lagi untuk kembali kke materi " ucap dokter dion sambil mengambil modul yang sedang di baca oleh dokter edwin sekarang.     

"Apa istrimu cerewet sama seperti istriku? " tanya dokter dion, "secara dia itu masih muda pasti kalian harus beradaptasi cukup lama "     

"Dan aku pikir itu tidak akan mudah " sambungnya.     

"Kenapa kamu bilang istrimu cerewet? " dokter edwin balik bertanya sambil tersenyum tipis.     

"Iya karena dia itu selalu mengomel padaku " jawab dokter dion, "hal sepele saja sampai bisa membuatnya marah besar apalagi kesalahan yang sangat besar "     

"Padahal ketika kami pacaran, dia itu selalu bicara lemah lembut padaku " ucapnya lagi, "tidak pernah dia marah padaku "     

"Sekarang itu dia suah seperti singa yang mengaung jika di usik oleh orang lain termasuk suaminya sendiri "     

Dokter edwin tidak bisa menahan tawanya kali ini karena sahabatnya itu sama sekali tidak pernah malu untuk membicarakan tentang istrinya sendiri padanya. Tapi mungkin karena dia sudah merasa percaya dengannya sejak dulu.     

"Itu bukan cerewet, tapi kamu nya saja yang menyebalkan " dokter edwin menanggapi perkataan sahabatnya itu.     

"Kamu punya kebiasaan yang tidak sama dengan istrimu sepertinya " sambung dokter edwin.     

Dokter dion menganggukkan kepalanya, "mungkin "     

"Aku selalu kena omel cuma gara- gara menyimpan handuk basah yang sudah pakai di atas tempat tidur " jelasnya, "harus pakai sepatu di halaman depan dan membuka juga "     

"Tidak boleh makan di ruangan lain selain ruang makan apalagi sambil nonton televisi "     

Dia lalu terlihat menarik nafasnya dalam- dalam seperti sedang menghadapi cobaan hidup paling berat dalam hidupnya setelah bertahun- tahun harus menyelesaikan sekolah spesialisnya dan harus belajar menghadapi kehidupan rumah tangga yang lebih rumit dari semua pelajaran ujian sekolah yang pernah di laluinya.     

"Apa istrimu tidak seperti itu? " tanyanya pada dokter edwin.     

"Bagaimana ya,,, " jawab dokter edwin ragu- ragu, dia terlihat mengusap keningnya sekarang ini.     

Dokter dion tahu sudah bisa tahu jawabannya dari sikap sahabatnya itu dan lalu tersenyum.     

"Beruntung sekali masih bisa merasakan manisnya pernikahan " dia menepuk pelan pundak dokter edwin.     

'Aku masih beruntung sekarang ' ucap dokter edwin sambil tersenyum tipis mendengarkan perkataan dokter dion.      

Tapi kemudian dia berpikir apa mereka baik- baik saja sekarang ini karena pernikahan mereka masih terbilang baru seperti yang di katakan oleh sahabatnya itu.      

Sambil terus memikirkan itu dia mengambil gelas berisi air di depannya itu dan meminumnya, entah kenapa dia merasa sangat haus padahal yang sejak tadi mengoceh adalah sahabatnya itu.     

"Sepertinya asalkan mereka senang ketika di tempat tidur pasti mereka tidak akan pernah marah! "      

Dokter edwin hampir tersedak ketika dokter dion mengatakan hal vulgar ketika mereka sedang membicarakan kemarahan istrinya yang lalu menjurus ke hal yang berbau adegan dewasa.     

Dia malah menertawakan dokter edwin yang hampir tersedak itu, "aku baru bicara sedikit tentang itu kamu sudah aspirasi! "     

"Berhenti bicara tentang istrimu atau aku akan pindah tempat duduk! " cetus dokter edwin memberikan sebuah ancaman pada sahabatnya itu.     

"Baiklah, aku tidak akan membicarakan lagi tentang istriku " dia terllihat mengangkat kedua tangannya sambil memperlihatkan tawa kecilnya itu pada dokter edwin.     

"Tapi kamu mau tahu sifat wanita yang aslinya itu hanya dengan membuat mereka marah! " bisiknya pada dokter edwin.     

Dan dokter hanya menanggapinya dengan gelengan kepalanya dan tidak lagi menghiraukan perkataan dokter dion, dia mencoba kembali fokus pada materi yang sedang dia pelajari sekarang ini karena waktu istirahat mereka akhirnya telah habis terpakai untuk menceritakan hal yang menurutnya sangat tidak penting.     

Tapi tiba- tiba dia merasa ada sesuatu yang sangat mengganggunya, dokter edwin terhasut oleh perkataan sahabatnya yang mengatakan jika dia ingin melihat sifat asli dari wanitanya itu hanya dengan membuatnya marah saja.     

'Aku tidak pernah melihat nita marah ' ucapnya di dalam hatinya.     

'Selama ini dia hanya bersikap manja saja padaku jika sedang menginginkan sesuatu ' dia lagi- lagi berkata dalam hatinya.     

'Sial, dion dan kaif itu memang selalu bisa membuat pikiranku kaca seperti ini! ' cetusnya mulai sedikit kesal karena akhirnya dia tidak bisa memfokuskan pikirannya sekarang ini.     

Sejak pembicaraan mereka pikiran dokter edwin mulai bermain- main ke tempat lain dan tidak bisa memusatkan perhatiannya pada materi yang sedang di pelajarinya kali ini...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.