cinta dalam jas putih

Jam Dan Permen Kapas



Jam Dan Permen Kapas

0"Ini sambungannya pak dokter " ada seorang teknisi yang memberikan sebuah alat untuk menyambungkan langsung laptop dokter edwin dengan layar in fokus.     

Semua orang masih berada di luar sebagian sebelum melihat laporan yang akan dia presentasikan.     

"Sudah selesai dokter " ucapnya.     

"Wah, istri kamu cantik dan masih muda sekali " ucap sahabatnya yang duduk di sebelah dokter edwin melihat ke arah layar in fokus.     

Dokter edwin mengerutkan dahinya, dan lalu dia memeriksa layar laptopnya. Senyumannya muncul karena ternyata dia sama sekali tidak tahu kalau nita sudah mengganti gambar layarnya dengan foto nita dan key.     

"Anak sudah sebesar itu, tapi istrimu masih terlihat muda dan cantik " ucapnya lagi, "kita harus punya tubuh kuat! "     

Dokter edwin tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya mendengar celotehan sahabatnya itu.     

"Sepertinya hari ini akan lebih cepat selesai " ucapnya lagi ketika dokter edwin masih fokus dengan laptopnya.     

"Aku dengar tidak jauh dari hotel ini ada pusat perbelanjaan yang menjual banyak barang bagus " sambungnya, "aku berniat membawa istriku untuk berbelanja disana "     

Dokter edwin berhenti dari aktifitasnya setelah mendengar sahabatnya itu memberitahukannya bahwa dia akan membawa istrinya untuk pergi berbelanja di tempat itu.     

"Aku belum pernah mengajak nita pergi berbelanja selama ini " ucap dokter dalam hatinya.     

Seketika dia merasa bersemangat untuk segera menyelesaikan semuanya sekarang ini supaya bisa membawa nita pergi berjalan- jalan nanti dan membelikan semua barang yang ingin dia beli.     

"Jangan pakai itu " dokter edwin melihat nita yang memakai dres berbahan kaos selutut berwarna maroon.     

"Kenapa? kita kan mau main ke luar bukan mau ke undangan " tanya nita.     

Dia melihat ke arah dokter edwin, "koko juga pakai kaos, jadi aku pakai kaos juga "     

"Tapi ini terlalu terbuka di bagian pundaknya " dokter edwin menjawabnya sambil menunjuk ke arah pundak nita.     

"Ini modelnya memang begini,,, " ucap nita lagi.     

"Aku tidak mau orang- orang melihat kulit istriku yang cantik ini! " cetus dokter edwin sambil berjalan ke arah belakang nita.     

Dia memeluk nita dari belakang, tapi kemudia tanpa mengatakannya lebih dulu dia mencium leher nita.     

"Koko!!! " nita dengan cepat melepaskan dirinya dari pelukan dokter edwin dan segera melihat dirinya di cermin.     

Dokter edwin tersenyum lebar, "kalau seperti itu kamu masih mau pakai baju itu? "     

"Jahat tau! " nita memperlihatkan wajahnya yang kesal ke arah dokter edwin setelah melihat tanda merah di leher bawahnya karena dokter edwin sengaja menggigitnya tadi.     

Dia dengan langkah kesalnya mencari baju lain untuk di ganti dan menutupi tanda merah itu.     

"Nah, itu bagus " dokter edwin mengacungkan kedua ibu jarinya melihat nita yang memakai collar dress dengan aksesoris kerah dan lengan panjang berwarna abu tua tua itu cocok sekali di pakainya.     

"Sepertinya nanti aku harus mendapatkan vaksin karena sering di gigit! " celetuk nita ketika mereka sedang berjalan menuju ke sebuh lift untuk keluar dari hotel sore ini.     

Dokter edwin tertawa kecil, "vaksin rabies? "     

"Kalau begitu nanti selain menggigit aku juga harus bisa menjilat! " sambungnya sambil terlihat menahan tawanya karena nita sudah memulai pembicaraan yang selalu bisa dia pakai untuk menyerang balik dan membuatnya terlihat malu.     

"Jangan bicarakan itu lagi, aku merinding mendengar dan memikirkannya " ucap nita tanpa melihat ke arah dokter edwin.     

"Tidak perlu di bayangkan " bisik dokter edwin ke arah nita, "nanti kita praktekan! "     

"Koko! " nita menghentak- hentakan kedua kakinya seperti seorang anak kecil kali ini.     

"Berhenti menggodaku! " dia merengek.     

Dokter edwin merasa senang karena lagi- lagi berhasil menang dari nita lagi sekarang.     

Mereka telah sampai di pusat perbelanjaan yang di bicarakan oleh sahabatnya tadi pagi dan ternyata memang sangat ramai dan ada banyak toko- toko yang menjual barang- barang mewah.     

"Kita lihat jam tangan disana " dokter edwin mengajak nita untuk masuk ke dalam sebuah toko jam tangan yang terlihat dari penampilan luar tempat yang menjualnya saja nita sudah bisa memastikan jam yang akan di tawarkan bukan harga yang biasa dia beli.     

Yang harganya tidak boleh lebih dari dua ratus ribu. Dia selalu mencoba melakukan penawaran pada pedagangnya sampai di titik harga terendah sampai akhirnya dia bisa mendapatkan jam tersebut.     

"Disini mana bisa di tawar! " cetus nita dalam hatinya sambil tertawa yang sangat keras tapu tentu saja itu hanya di dalam hati nita.     

Dia mengikuti langkah dokter edwin yang masih terus melihat jam tangan yang terpajang.     

"Itu bagus " nita menunjuk ke sebuah jam tangan pria, "desainnya tidak terlalu rumit tapi mewah, warnanya juga pasti akan cocok dengan warna baju apapun "     

"Kulit koko putih jadi pasti bagus kalau pakai itu " sambungnya lagi.     

Dokter edwin lalu meraih jam tangan yang di tunjuk oleh nita dan mencobanya.     

"Bagus " puji nita melihat dokter edwin dari cermin yang memperlihatkan jam yang sedang di cobanya itu.     

"Karena ini pilihan kamu jadi aku beli saja " ucap dokter edwin.     

Nita terkejut ketika dokter edwin akhirnya membeli jam tangan yang sudah nita tunjukkan tadi.     

Dia mengerutkan dahinya, "jam tangan apa yang harganya sama persis dengan harga motor miliknya "     

"Kamu beli juga jam tangan " ucap dokter edwin pada nita yang masih terkejut karena melihat harga fantastis sebuah jam tangan sekarang ini.     

Dia menggelengkan kepalanya, "aku tidak suka pakai jam tangan "     

"Aku bisa lihat waktu dari ponsel saja " sambungnya, "atau aku lihat saja ke langit "     

Dokter edwin memang tidak pernah melihat nita memakai jam tangan selama ini jadi dia tidak memaksa nita. Karena pikirnya mungkin nita akan membeli tas atau perhiasan yang bisa di tunjukkan pada teman- temannya di tempat kerja nanti. Pikirnya wanita itu tidak pernah banyak bicara untuk membuat orang iri, cukup dengan memperlihatkan merek barang yang dipakainya.     

"Kamu mau beli tas? " tanya dokter edwin berhenti di depan sebuah toko yang tas.     

Nita menggelengkan kepalanya, "tas miliku masih bagus "     

"Sepatu? " tanyanya lagi.     

"Sepatuku sudah banyak " jawab nita lagi.     

Dokter edwin menunjuk ke sebuah toko yang pengunjungnya.     

"Atau beli perhiasan? " tanyanya lagi.     

Nita malah mengerucutkan bibirnya, dan meminta dokter edwin untuk melanjutkan langkahnya.     

"Di luar sana ada acara apa? " tanya nita sambil menunjuk ke arah luar.     

Dokter edwin melihat ke arah di dekat lapangan parkir berdiri tenda- tenda kecil.     

"Ayo kita lihat " nita mengajak dokter edwin untuk keluar dan melihat apa yang ada di tenda- tenda itu.     

"Aku mengajak kamu kesini untuk berbelanja, tapi kenapa malah aku yang membeli jam tangan " ucap dokter edwin.     

Nita tersenyum, "tidak apa- apa, bukan masalah besar "     

"Tidak selalu kalau koko membeli barang aku juga harus beli " sambungnya.     

"Koko membeli itu untuk menunjang pekerjaan koko " ucap nita lagi, "kalau aku belum membutuhkan itu "     

"Membeli itu harus berdasarkan kebutuhan " ucap nita sambil berjalan dengan penuh semangat menuju ke arah tenda- tenda kecil yang ternyata sedang mengadakan sebuah festival kuliner sekarang ini.     

"Ayo beli gula- gula kapas itu! " nita menunjuk ke arah penjual gula- gula kapas yang dengan warna- warni cantik dan berbentuk sebuah bunga.     

"Kenapa gula- gula kapas sekarang cantik- cantik dan harganya mahal! " nita duduk di sebuah kursi setelah berhasil mendapatkan yang diinginkannya.     

"Harganya berpuluh kali lipat dari gula- gula kapas yang di jual di pasar! " bisik nita pada dokter edwin.     

"Dan masih jauh dari harga jam tangan yang aku beli! " dokter edwin melihat ke arah bingkisan jam tangan yang di pegangnya sekarang ini.     

Dia begitu merasa bersalah karena justru dia membelanjakan uang dengan harga yang menurutnya lebih fantastis jika di bandingkan dengan gula- gula kapas yang di beli oleh nita.     

Dulu dia tidak merasa masalah membeli semua barang- barang mahal, tetapi setelah ada nita dia menjadi orang yang banyak memiliki perasaan bersalah yang teramat besar jika dia membeli sesuatu tetapi istrinya tidak membeli apapun     

"Ternyata mudah sekali untuk membuatmu bahagia " ucap dokter edwin melihat wajah senang nita yang mencubit gula- gula kapas yang di belinya dan lalu memasukkannya ke dalam mulut.     

"Dengan permen kapas saja kamu sudah seperti mendapatkan barang yang luar biasa menyenangkan " ucapnya lagi sambil tersenyum memandangi wajah nita.     

Dia lalu ikut mengambil sedikit gula- gula itu dan lalu di tempelkan di hidung nita.     

"Supaya hidung kamu juga manis nanti " ucap dokter edwin lagi- lagi melayangkan candaan pada nita.     

"Koko tidak suka gula- gula? " tanya nita menyodorkan gula- gula miliknya agar dokter edwin bisa mencicipinya.     

"Nanti saja " jawab dokter edwin menggelengkan kepalanya, "aku coba langsung dari bibir kamu saja supaya gulanya tidak terlalu manis "     

Nita mengerutkan dahinya sambil mengambil kembali gula- gula miliknya. Dan lalu tawa kecilnya muncul seraya menjulurkan lidahnya ke arah dokter edwin yang terus saja memandanginya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.