cinta dalam jas putih

Insulin



Insulin

0"Aku berangkat dulu " dokter edwin memberikan kecupan di kening nita pagi ini.     

Dia tersenyum tipis melihat wajah nita yang cemberut, karena semalam telah berhasil dia kalahkan ketika bertarung memainkan permainan game online.     

"Nanti kamu mau mengajak aku bertarung permainan apa lagi? " lalu dokter edwin melontarkan candaannya pada nita yang masih cemberut.     

"Koko! " nita merengek lalu tingkat kecemberutan di wajahnya bertingkat.     

Nita sudah tidak akan pernah berpikir lagi untuk mengajak bertarung permainan apapun karena sekarang sudah jelas jika dokter edwin memang benar- benar sangat jenius dan tidak akan pernah terkalahkan.     

Jadi dia berpikir sebaiknya bermain permainan itu sendiri saja. Sehingga dia tidak perlu mengorbankan dirinya untuk bertaruh dan harus membuat dirinya malu.     

"Kamu cantik kalau pakai gaun yang semalam " dokter edwin bicara pelan pada nita.     

Membuat wajah memerah dan membulatkan kedua matanya ke arah dokter edwin.     

"Dan seksi juga! " sambungnya terus menggoda nita yang sedang merasa malu sekarang ini.     

"Berhenti koko! " nita seketika menutup mulut dokter edwin dengan telapak tangannya.     

"Cepat berangkat sekarang, nanti terlambat! " dia lalu meminta dokter edwin untuk segera pergi ke aula dimana acara seminar yang sedang dia ikuti di selenggarakan.     

Dokter edwin menahan tawanya dan dia hanya mengangkat kedua tangannya seraya menganggukkan kepalanya berjanji pada nita tidak akan mengatakan apa- apa lagi sekarang ini.     

Nita merasa sekarang dia aman dan tidak akan lagi mendengar ucapan- ucapan nakal dokter edwin lagi.     

"Jangan pergi terlalu jauh dari hotel kalau kamu bosan " dokter edwin mengusap kepala nita dengan lembut.     

"Iya, koko cepat berangkat nanti terlambat! " cetus nita yang melihat dokter edwin yang masih berdiri di hadapannya.     

"Aku berangkat setelah mencium pipi kamu "      

Nita menghela nafasnya dan lalu mendekatkan wajahnya ke arah dokter edwin agar dia bisa memberikan ciuman di pipi nita.     

"Bye, seksi! " celetuk dokter dokter edwin setelah dia berhasil memberikan ciuman di pipi nita.     

"Mulai kan! " nita memasang wajah kesalnya dan di hendak memberikan sebuah cubitan di tangan dokter edwin tetapi dia sudah lebih cepat melesat dan pergi dari hadapan nita setelah berhasil terus menerus menggoda nita.     

"Hari ini aku tidak akan mengajaknya bermain game online! " celetuk nita kesal sambil melihat ke arah ponsel miliknya yang harus membuatnya memakai gaun malam super seksi yang membuat suaminya lama mengedipkan kedua matanya dan seketika tergiur padanya.     

"Apa itu? " nita menoleh ke arah pintu.     

Dia seperti mendengar sebuah benda yang terjatuh begitu keras.     

Dengan cepat nita berdiri tegak di atas lantai untuk merasakan apakah kali ini sedang terjadi gempa.     

"Tidak ada " ketika nita merasa dia masih bisa berdiri tegak.     

Dia lalu berjalan menuju ke arah pintu dan begitu ragu untuk melihat apa yang terjadi di luar kamar hotelny sekarang ini.     

"Aku lihat buat memastikan ada apa di luar kamar " ucap nita sambil membuka pintu kamar hotelnya.     

Nita melihat ke arah kirinya di lorong itu kosong tidak ada siapapun, dan berganti ke arah kanannya terkejut melihat seorang wanita yang sudah berpakaian sangat rapi tergeletak lemah dengan semua tas nya yang isinya sudah berhamburan karena terjatuh tadi.     

"Saya bantu, bu " nita berlari kecil untuk bisa berada di dekat wanita paruh baya yang terlihat tidak memiliki tenaga untuk bergerak sedikit pun.     

"Tunggu sebentar " dia membuka sweater yang di pakainya sekarang ini dan melipatnya agar bisa menjadi alas kepala wanita tersebut.     

"Sudah aman " setelah nita memastikan di tempat yang akan dia pakai untuk membaringkan wanita itu tidak ada benda- benda tajam agar bisa berbaring dengan aman dan menenangkan tubuhnya.     

Dia melihat nafasnya yang seperti sangat sulit sekarang ini.     

"Apa ibu penderita asma? " nita bertanya padanya melihat dadanya yang kembang kempis.     

"Maaf sebentar " karena dia tidak mempunyai stetoskop sekarang ini dia berusaha untuk bisa mendengar nafasnya.     

Dia terkejut karena tanpa stetoskop pun ada bunyi aneh setelah wanita itu menarik nafasnya.     

"Ada di sana " wanita itu bicara dengan pelan sambil menunjuk ke arah tas nya yang isinya telah berhamburan.     

Nita menganggukkan kepalanya, dia lalu merapikan semua kertas- kertas yang berhamburan dan mengambil tas milik wanita tersebut setelah semua isinya yang berhamburan tadi telah dia masukkan semuanya.     

"Dimana ibu menyimpan inhaler nya? " nita lalu bertanya.     

"Apa saya boleh mencarinya di tas milik ibu? " dia meminta ijin lebih dulu pada si pemilik tas sebelum mencari obat yang pasti selalu di bawanya kemanapun.     

Setelah mendapatkan ijin dengan memperlihatkan anggukkan kepalanya, nita lalu kembali mencari obat yang bisa meringankan gejala asma yang sedang dalam serangan itu.     

"Ini " nita berhasil menemukannya dan lalu memberikannya pada wanita itu.     

Dia membantu wanita itu untuk duduk dan bersandar di dinding.     

"Pakai ini " dia lalu mengambil sweater yang tadi dipakainya untuk menjadi alas kepala dan kali ini dipakai untuk menutupi kakinya.     

Melihatnya memakai sebuah pakaian formal dengan rok selutut itu membuat nita berpikir bahwa wanita yang sedang di tolongnya kali ini dia sedang bekerja ketika mendapatkan serangan yang tiba- tiba.     

"Apa sudah membaik? " nita lalu bertanya setelah melihat nafasnya mulai teratur.     

Wanita itu tersenyum lemah dengan keringat yang terlihat muncul di wajahnya.     

"Ada apa lagi? " nita kebingungan ketika wanita itu tiba- tiba menjatuhkan inhaler yang dipegangnya tadi.     

Sepertinya tangan yang di pakainya untuk memegang benda tadi tidak memiliki tenaga sedikitpun untuk memegang sebuah barang ringan pun.     

"Aku lupa menyuntikan insulin pagi ini " ucap nya dengan sangat pelan.     

Dia seperti sangat kelelahan dan tidak bisa melakukan apapun bahkan bicara pun.     

"Insulin! " cetus nita.     

Dia lalu dengan cepat mencari obat yang di katakan oleh wanita tersebut.     

"Di tempat pensil berwarna hitam " dia memberi tahukan tempatnya pada nita.     

"Ketemu " nita bisa dengan cepat menemukan kotak pensil yang di sebutkannya dan melihat sebuah alat sebesar pena.     

"Berapa dosis yang harus di suntikan? " lalu dia bertanya pada wanita itu.     

"Dua puluh,,, "      

Nita mengangguk dan memutar ujung alatnya sampai angkanya menunjuk ke angka dua puluh sesuai dengan dosis yang selalu di pakainya setiap hari.     

"Saya suntikan sekarang " setelah nita membuka ujung lain dari tersebut yang terlihat seperti jarum kecil yang kedalamannya sudah di sesuaikan untuk memasukan obatnya.     

Dia menyuntikannya di lengan bagian atas, sambil terus melihat keadaan umum wanita tersebut.     

"Saya akan telpon petugas hotel untuk membawa bantuan kesini agar ibu bisa mendapatkan perawatan selanjutnya " ucap nita sambil memegang satu tangan wanita itu yang masih terasa dingin.     

"Itu kamar hotel saya " dia menunjuk ke arah samping kiri wanita itu, "saya telpon petugas hotel dari kamar "     

"Apa ibu bisa saya tinggalkan sebentar untuk menghubungi petugas hotel? " dia memastikan lebih dulu pada wanita tersebut sebelum meninggalkannya untuk bisa menghubungi pihak hotel.     

"Saya bisa " dia menjawab pada nita dan memperlihatkan padanya jika nita bisa meninggalkannya sebentar untuk menghubungi pihak hotel.     

"Saya akan segera kembali " nita dengan cepat beranjak dari duduknya dan lalu berlari ke arah kamar hotelnya untuk meminta bantuan.     

Tidak lama setelah itu dia kembali untuk menemani wanita itu sampai pertolongan datang.     

"Kamu petugas kesehatan? " tanyanya pada nita.     

Nita tersenyum, "sewaktu dinas di pedalaman saya pernah menyuntikkan obat itu juga pada pasien "     

"Kamu dokter? " tanyanya lagi.     

Nita tersenyum tipis, "bukan, saya cuma bidan "     

Wanita itu walaupun masih dalam keadaan lemah tetapi dia berusaha memperlihatkan senyumannya.     

"Kenapa memangnya kalau bidan? " dia berkata pada nita, "kemampuan menolongmu sangat hebat "     

"Tidak sehebat itu, bu " nita merasa malu, "kebetulan saja saya tahu "     

Dia lalu melihat sudah ada beberapa petugas hotel yang akan membantu nita membawa wanita itu dengan membawa sebuah kursi roda.     

"Ibu pakai ini saja " nita lalu memakaikan sweater miliknya untuk menutupi kaki wanita itu sekarang.     

Dia sudah berhasil duduk di kursi roda dan nita menutupi bagian kakinya karena rok yang dipakainya itu tidak menutupi semua kakinya.     

"Terima kasih nona " ucapnya sambil memegang satu tangan nita.     

"Siapa namamu? " tanyanya.     

"Nita "      

Dia tersenyum ke arah nita, "terima kasih nita "     

Nita mengangguk seraya tersenyum, "semoga ibu cepat sehat "     

Setelah mengatakan itu dia melepas tangan nita dan membiarkan para petugas hotel membawanya ke fasilitas medis yang lebih lengkap dan mendapatkan perawatan selanjutnya.     

Nita lega sekali setelah akhirnya melihat wanita itu akhirnya bisa dengan cepat mendapatkan pertolongan, dan memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya sekarang...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.