cinta dalam jas putih

Wanita Dan Makanan



Wanita Dan Makanan

0Nita masuk ke dalam mobil dimana sudah ada dokter edwin yang menunggunya dengan wajahnya yang sumringah dia perlihatkan ke arah nita.     

"Sepertinya sedang senang? " nita membuat sebuah tebakan.     

Setelah duduk di kursi di samping dokter edwin pun nita masih mengawasinya.     

"Ada apa? " lalu dia bertanya.     

"Tidak ada " jawab dokter edwin dengan senyumannya yang lebar.     

"Sedang senang saja " sambungnya.     

Nita merasa ada yang aneh dengan jawaban dokter dan semakin mencurigakan.     

"Senang itu ada yang dapat hadiah atau ketemu dengan wanita cantik! " ucap nita, "atau ketemu seseorang dari bagian masa lalu lagi! "     

"Itu fitnah namanya " dokter edwin bicara seraya tertawa kecil mendengar ucapan nita.     

Dia sedang senang sekali setelah tadi ada seseorang yang menghubunginya dan mengatakan sesuatu yang sedang dia usahakan untuk menjadi rahasia sampai nanti waktunya telah tiba.     

"Kalau begitu bilang senangnya kenapa koko? " rengek nita.     

Dia sudah sangat penasaran dengan apa yang sudah membuat dokter edwin memperlihatkan wajah sumringahnya.     

Nita mengerucutkan bibirnya ketika dokter edwin memberikan sebuah jawaban dengan gelengan kepalanya.     

"Koko gak asik main rahasia-rahasiaan! " ketus nita, "sama seperti mereka semua... "     

"Mereka siapa? "     

Dokter edwin sesekali menoleh ke arah nita yang sedang berada dalam mood yang tidak menyenangkan kali ini.     

"Ada apa? " tanya dokter edwin.     

"Apa pekerjaan hari ini membuatmu kesulitan? " tanyanya lagi.     

Nita menggelengkan kepalanya, dia tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun dan kembali fokus pada pandangannya di depan.     

Senyuman kecil terlihat diwajah dokter edwin melihat nita yang memang sedang berada di situasi yang sangat tidak baik itu.     

Dia melihat persimpangan jalan yang akan membuat mereka lebih cepat sampai ke rumah, tetapi dia memutuskan untuk memilih jalan lain dan membawa istrinya ke tempat yang dia yakin akan membuat nita melupakan kekesalannya itu.     

Setelah beberapa lama di perjalanan nita baru menyadari jika jalan yang dilihatnya sekarang ini berbeda dengan jalan yang biasaya mereka lewati.     

"Koko, ini sepertinya bukan jalan pulang " ucap nita.     

"Memang " jawab dokter edwin.     

"Kita mau kemana? " tanya nita.     

Dokter edwin memperlihatkan senyumannya sebelum dia menjawab pertanyaan nita.     

"Aku baru ingat kalau cici sekarang sedang membuka tempat baru di tempat festival kota " jawabnya, "kebetulan hari ini jadwal operasiku sudah selesai, jadi kita mampir kesana "     

"Key pasti sudah di rumah " nita lagi- lagi terlihat tidak bersemangat.     

"Nanti kita bawakan makanannya untuk key "     

Nita hanya mengangkat kedua bahunya lalu kembali menatap kosong jalan yang ada di hadapannya.     

Setelah beberapa menit mereka sampai di sebuah tempat dengan nuansa berwarna merah dan emas di semua tempat.      

"Nanti juga kamu lupa dengan kekesalan kamu disini "      

Dokter edwin berucap seraya meraih satu tangan nita untuk dia ajak berjalan di sampingnya, sambil sesekali mengawasi wajah nita yang masih terlihat tidak senang dan itu sangat berbanding terbalik dengan suasana hatinya saat ini.     

Mereka sampai di sebuah tempat makan yang pengunjungnya sangat ramai dengan semua pekerjanya yang terlihat begitu sibuk.     

Dokter edwin melambaikan satu tangannya ke arah tepat di depan mereka, dan membawa nita untuk duduk di kursi yang kosong.     

"Kamu mau makan apa? " tanya dokter edwin.     

Nita melihat buku menu yang ada di atas meja, lalu menarik nafasnya dalam-dalam.     

"Terserah koko saja "     

"Tidak ada menu terserah disini " ucap dokter edwin.     

Jika dia dulu sering mendengar cerita sahabatnya yang dibuat bingung oleh pasangan mereka yang senang mengatakan sebuah kata ajaib 'terserah ', kali ini dia sendiri yang mengalaminya.     

Setelah terlalu lama sendiri, dan kali ini dia harus dihadapkan dengan pasangan usianya sangat terpaut jauh dengannya. Dia harus berusaha untuk membuat gudang kesabaran agar bisa mengerti istri kecilnya itu.     

Nita lalu menunjuk ke sebuah menu, "ini saja "     

Kedua mata dokter edwin melihat ke arah menu yang nita pilih kali ini.     

"Tapi itu ada daging yang tidak boleh kamu makan " dia memberitahukan pada nita.     

Nita mengerutkan dahi dan menyipitkan kedua matanya dengan bibirnya yanng tertutup rapat, lagi- lagi menarik nafasnya dalam-dalam.     

"Makanya aku bilang terserah koko saja tadi! " ketus nita.     

"Aku kan tidak tahu arti tulisan menunya... " dan keluarlah jurus rengekan nita kali ini.     

Mendengar perkataan nita tawa dokter edwin hampir saja membludak tapi dia sedang berusaha menahannya atau nanti dia akan melihat kekesalan nita yang semakin panjang.     

"Kamu tunggu disini, aku pesankan yang paling enak " dokter edwin beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat dimana pemilik tempat makan tersebut sedang sibuk.     

"Sebentar lagi makanannya datang "     

Nita menganggukkan kepalanya dan tersenyum ke arah kakak laki- laki dokter edwin yang menjadi pemilik tempat makan yang mereka datangi.     

"Dimana cici? " tanya nita.     

"Kehamilannya semakin besar jadi kakinya bengkak-bengkak, mungkin harus istirahat di rumah "     

Dokter edwin mengerutkan dahinya, "cici tidak pernah kasih tahu kalau kakinya bengkak-bengkak "     

"Kamukan tahu kalau kakakmu itu takut sama adiknya yang dokter kandungan "     

"Tapi cici harus rutin diperiksa " ucap dokter edwin.     

"Nanti kamu saja yang kerumah "     

Nita dan dokter edwin saling memandang mendengar sebuah jawaban dari kakak laki- lakinya itu.     

"Ternyata benar, kesulitan paling besar petugas kesehatan itu adalah meyakinkan keluarganya sendiri! " celetuk nita setelah kakak iparnya pergi.     

Dokter edwin tertegun mendengar ucapan nita yang secara tidak langsung tertuju padanya.     

"Dulu waktu sudah jadi bidan, bibi memilih persalinan oleh dukun daripada keponakannya yang bidan " ucap nita lagi, "koko tahu alasannya apa? "     

"Bibi bilang aku itu masih baru jadi bidan belum pernah melahirkan jadi tidak punya pengalaman seperti dukun beranak yang kebanyakan sudah berusia tua dan punya anak! "     

Tawa kecil dokter edwin muncul mendengar cerita nita tentang kehidupannya dulu.     

Tapi memang seperti itu kenyataannya dan yang nita katakan benar.     

"Makanan kamu sudah datang " ucap dokter edwin.     

Nita terkejut dan kesulitan untuk menutup mulutnya melihat porsi kuah pangsit yang dokter edwin pesankan untuknya.     

"Koko ini banyak sekali!!! "     

"Tidak apa- apa kalau tidak habis? " tanya nita, "tadi di kantin sudah makan juga "     

"Tidak apa-apa " jawab dokter edwin dengan senyuman.     

Dia memberikan kesempatan pada nita untuk menikmati makanannya dengan tidak mengatakan apapun dan menikmati kopi yang di pesannya.     

Kedua matanya mengawasi nita yang dari wajahnya terlihat sekali jika dia sedang memikirkan sesuatu, bahkan nita tidak sedikitpun melihat ke arahnya dan hanya fokus pada sesuatu tidak seperti biasanya.     

"Bukannya tadi kamu bilang sudah makan di kantin? " tanya dokter edwin ketika melihat mangkuk pangsit kuah itu tidak tersisa sedikitpun.     

"Kamu mau aku pesankan lagi? "      

Nita menggelengkan kepalanya, dia belum mengatakan apapun karena tengah meneguk air di gelasnya.     

"Makanannya enak, jadi sayang kalau tidak habis " jawab nita.     

Senyuman dokter edwin muncul seraya menganggukkan kepalanya, jawaban nita menurutnya sangat lucu.     

"Jadi... " ucapan dokter edwin terhenti sejenak, "bagaimana pekerjaanmu hari ini? "     

"Baik, seperti biasanya " jawab nita.     

"Tapi... "     

Nita sebenarnya tidak ingin mengatakan hal yang mengganggu pikirannya karena dia takut justru itu akan membebani dokter edwin, tapi jika dia sudah bertanya maka nita harus mengatakannya. Karena terlihat sekali dokter edwin ada sesuatu yang membuatnya kesal.     

"Selama ini mereka semua baik karena aku istri koko " nita bicara pelan, "padahal aku juga belum melanjutkan sekolah seperti mereka "     

"Tapi sikap mereka sedikit mengecewakan pada orang yang tidak sama statusnya dan tidak memiliki kerabat siapapun di tempat kerja "     

Dokter edwin tersenyum tipis, "memang seperti itu kenyataannya "     

"Kamu tahu hal seperti itu bertahun- tahun aku rasakan " sambungnya, "dan itu tidak boleh dirasakan oleh kalian "     

"Kamu dan key "     

"Tidak apa kalau kamu sudah tahu ada sebagian dari mereka tidak tulus " lagi-lagi dokter edwin berkata pada nita.     

"Semakin banyak kamu bertemu dengan banyak orang, itu akan membuat kamu belajar mengenal karakter orang lain "     

Dia menarik nafasnya sebelum melanjutkan perkataannya, "makanya kamu harus melanjutkan sekolah "     

Nita mengerutkan dahinya dan berkata dalam hatinya, "jangan bilang dulu nita!! "     

"Kalau kamu tidak lulus nanti akan membuat malu koko! "     

"Aku pikir-pikir lagi nanti " ucap nita pada dokter edwin dengan senyuman lebarnya.     

"Sampai kapan? "     

"Aku dijebak sepertinya! " cetus nita dalam hatinya.     

Dia tidak menjawab pertanyaan dokter edwin sambil memperlihatkan senyumannya.     

"Aku harus belajar dengan benar " ucap nita pada dirinya sendiri, "aku harus bisa lulus tes supaya tidak membuat koko malu! "     

Tekadnya sudah sangat kuat walaupun dia tidak yakin kalau dia bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan dokter edwin...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.