cinta dalam jas putih

Sewa Laptop



Sewa Laptop

0Nita pagi ini mendapati ponselnya yang sengaja tidak dia aktifkan nada deringnya agar bunyinya tidak menarik perhatian dokter edwin.     

"Ini nomor siapa? " tanya nita sambil terus memandangi nomor ponsel tersebut.     

Dia hanya terus melihat layar ponselnya yang terus berdering tanpa mengangkatnya karena dia merasa tidak mengenal nomor tersebut.     

"Kenapa malah dilihat bukan di jawab! " suara dokter edwin yang muncul dari arah belakang nita membuatnya terperanjat.     

"Itu ada telpon di ponselmu " dia memberitahukan lagi pada nita.     

Nita memperlihatkan senyumannya yang terpaksa dan mencoba bersikap biasa saja supaya tidak di curigai.     

"Halo " nita menjawabnya dengan suara pelan.     

Kedua matanya terus mengawasi soso dokter edwin yang sedang merapikan kemeja yang dipakainya.     

"Nita ini aku "     

Kedua alis nita terangkat, "aku, siapa ya? "     

"Kika!! "     

"Ahhh... " tawa kecil nita muncul, "maaf "     

"Kamu sudah dapat email dari kampus? "     

Nita menggelengkan kepalanya, "belum buka email "     

"Cepat buka, siapa tahu kamu lulus tahap administrasi "     

"Iya nanti aku buka "     

Dia sesekali berbalik ke arah belakang untuk memastikan tidak diketahui oleh dokter edwin sedang berbicara di telepon dengan kika.     

'Aku nekat sekali mendaftar ' ucap nita dalam hatinya.     

'Nanti kalau biayanya mahal gimana?? '     

"Nita!!! "     

"Malah diam " suara kika sedikit tinggi, "jangan-jangan kamu sama dokter edwin lagi... "     

Mulut nita menganga, "lagi apa??? "     

Dia seketika merasa malu mendengar ucapan kika yang belum selesai.     

"Jangan aneh-aneh " sambung nita.     

Terdengar suara tawa kika di ujung telepon begitu keras.     

"Sudah biasa kalau pagi-pagi pasangan suami istri olahraga "     

"Olahraga dia bilang... " gerutu nita pelan.     

Dari beberapa teman kerja yang nita kenal baru kika yang berani bicara seperti ini.     

Dia seperti kawan dekat yang tidak melihat siapa yang ada di samping nita.     

"Kamu lagi bicara dengan siapa??? "     

Kedua mata nita membulat karena tiba-tiba melihat sosok dokter edwin yang sudah berdiri di belakangnya.     

Dengan cepat nita memutuskan pembicaraannya di telepon dengan kika.     

"Selingkuhan! " nita dengan reflek menjawab pertanyaan dokter edwin.     

Dahi dokter edwin berkerut sambil menahan tawa.     

"Selingkuhan siapa? "     

Wajah nita terlihat tegang ketika dokter edwin terus memandanginya dengan lekat.     

"Sampai kamu sembunyi di balik tirai jendela "     

"Soalnya kika nggak mau ada orang lain yang dengar " jawab nita gelagapan.     

Senyuman tipis terlihat di wajah dokter edwin.     

"Jangan tersenyum seperti itu " nita mengeluarkan juruk andalannya memasang wajah merajuk.     

"Jangan-jangan kamu bicara sama laki-laki lain "     

Nita terlihat sekali begitu salah tingkah dan mulai kebingungan jawaban apa lagi yang akan dia katakan pada dokter edwin.     

"Ini kika " akhirnya dia memperlihatkan layar ponsel sebuah nama terakhir yang menghubunginya.     

"Dia curhat, tentang selingkuhannya " sambung nita.     

Dia lalu merasa lemas seketika setelah berbohong. Karena detak jantungnya bekerja lebih cepat begitu juga dengan nafasnya ditambah lagi dengan rasa bersalahnya karena telah berbohong.     

Dokter edwin tersenyum, dia lalu mengusap kepala nita dengan lembut.     

"Ya sudah aku percaya " ucapnya.     

"Jadi sekarang kamu keluar dari persembunyian kamu, ini sudah waktunya berangkat "      

Nita tersenyum dengan wajahnya yang masih tegang dan dia keluar dari tirai yang dipakainya untuk bersembunyi untuk bicara dengan kika.     

"Koko " nita menarik ujung lengan kemeja dokter edwin yang berjalan di depannya.     

Langkah dokter edwin terhenti, dan lalu berbalik ke arah nita.     

"Ada apa? "     

Nita terlihat ragu untuk bicara, "itu... "     

Dokter edwin masih terus memperhatikan nita yang masih belum melanjutkan perkataannya.     

'Aku kalau dilihat seperti itu jadi ragu buat berbohong! ' celetuk nita dalam hatinya.     

"Apa boleh pinjam laptopnya untuk satu hari ini? "     

"Aku pikir mau minta apa sampai harus berpikir keras seperti itu " ucap dokter edwin sambil tertawa kecil.     

"Barang di rumah ini juga semua milik kamu, tinggal kamu pakai tanpa harus ijin lebih dulu " sambungnya.     

"Tapi kan laptop itu barang pribadi, jangan asal pakai... " ucap nita pelan.     

Dokter edwin tersenyum, lalu mencubit kecil pipi nita.     

"Tidak ada rahasia di laptopnya, kamu tenang saja. Memangnya kamu yang suka merahasiakan sesuatu "     

Kedua mata nita berkedip dengan cepat, dia mulai tersudut karena ucapan dokter edwin sudah menyindirnya dan itu adalah kenyataan.     

"Bukan rahasia juga koko.. " ucap nita lagi, "cuma belum waktunya saja untuk di bicarakan "     

"Laptopnya ada di mobil " dokter edwin tidak bisa lagi menahan tawanya yang sejak tadi dia tahan melihat raut wajah nita yang polos dan menyenangkan untuk dia berikan candaan.     

Nita memukul-mukul kecil dadanya dengan telapak tangannya.     

"Tenang nita, kamu memang tidak bisa berbohong tapi ini demi kebaikan! " ucapnya.     

Dia lalu menyusul langkah dokter edwin yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.     

Dia melihat di depan rumahnya ada dua orang laki-laki yang berbicara dengan dokter edwin serius membuatnya penasaran.     

"Mereka siapa? " tanya nita.     

"Kenapa koko kasih kunci rumah? "     

"Ada ruangan yang bermasalah di dekat kamar tidur kita " jawab dokter edwin.     

Dia membukakan pintu mobilnya untuk nita yang sepertinya masih kebingungan dengan dua orang yang masuk ke dalam rumah.     

"Itukan ruang kerja koko " ucap nita lagi ketika mereka berdua sudah berada di dalam mobil.     

"Iya, harus sedikit di rubah " jawab dokter edwin.     

Dia lalu memberikan tas berisi laptop miliknya pada nita.     

"Nanti kita beli untuk kamu "     

"Jangan koko " nita dengan cepat menolaknya, dia sudah tidak mau membuat dokter edwin harus mengeluarkan banyak uang untuknya.     

"Ini di sewa saja satu hari " ucap nita lagi sambil memperlihatkan ujung bibirnya yang membentuk sebuah senyuman.     

"Sewa?? " kedua alis dokter edwin terangkat.     

Nita menganggukkan kepalanya, "iya anggap saja sewa "     

"Kalau sewa berarti kamu harus bayar! " celetuk dokter edwin.     

"Apa?? " nita terkejut dan seketika dia melihat ke arah dokter edwin yang sengaja menghindari tatapannya.     

Dia harus menarik nafasnya dalam dan pelan, karena selalu saja bicara tanpa berpikir panjang.     

"Koko mau aku bayar sewa laptopnya berapa? "      

Terlihat oleh nita wajah dokter edwin yang memerah karena dia pasti ingin sekali menertawakan nita.     

"Itu laptop mahal lho " ucap dokter edwin.     

"Iya tahu " tanggap nita dengan nada lemas.     

"Koko bilang saja berapa "      

Dokter edwin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.     

"Pinjam satu hari, dibayar satu malam bagaimana? "     

Nita mengernyit, "satu malam apa? "     

"Pijit atau bikin tugas punya koko? "     

"Eummm... " dokter edwin memasang wajah genitnya ke arah nita.     

Nita tersenyum dengan terpaksa, "kalau yang itu nggak pinjam laptop juga kan selalu koko minta! "     

Tawa dokter edwin seketika mencuat mendengar semua yang nita katakan.     

"Habisnya kamu pakai bilang sewa segala " ucap dokter edwin dalam tawanya.     

"Aneh, masa pinjam barang suami aja harus sewa! "     

Dia masih terus menertawakan nita yang masih terus memperhatikannya.     

Nita tersenyum lebar, "tapi koko jadi tertawa kan! "     

"Kalau koko tertawa seperti itu terlihat keren dan manis "      

"Coba ingat kapan terakhir koko tertawa lepas seperti itu "     

Dipuji seperti itu oleh nita, seketika membuat wajahnya memerah dan tawanya perlahan memelan.     

Apalagi sekarang ini nita masih terus mengawasinya dengan tatapan yang lekat dan senyuman yang tidak memudar.     

Dia benar, karena tawa lepasnya pernah dia rasakan ketika dulu selalu mendengar perkataan kanita.     

Lalu teringat ketika dia mengunjungi negara jepang dan berada di sebuah kuil yang banyak dikunjungi orang.     

Ada seorang biksu yang memberikannya air suci untuk dia minum dan memberikannya sebuah kesempatan untuk membuat sebuah permintaan.     

Satu kata yang selalu diingatnya permintaan yang dikatakannya.     

"Jika memang bukan kanita, pertemukanlah dengan seseorang yang memang memiliki semua kesamaan dengannya "     

Permintaan yang dia sendiri pun tahu itu sangat konyol, tetapi ternyata telah dikabulkan setelah sekian waktu dan wanita itu berada di sampingnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.