cinta dalam jas putih

Wakil direktur yg sangat tampan



Wakil direktur yg sangat tampan

0"edna!! "nita tersenang melihat sosok temannya itu"kenapa sudah masuk?inikan baru 2 bulan"     

"inikan anak ketiga sayangku"jawabnya     

Ah, iya walaupun kami satu usia tapi dia sudah lama menikah.     

"Apa aku bisa pindah lagi ke ruang bersalin? "     

Melihat nita yg begitu senang, edna hanya berkata"tanyakan saja pada dokter yoga"     

Wajah nita berubah seketika, dia tahu pasti yoga tidak akan memberikannya ijin.Diakan sudah diberi hukuman untuk lebih lama di poliklinik karena kejadian dulu, sewaktu yoga melihatnya dirayu oleh residen azka.     

"Nit, tadi aku dapat telpon dari kepegawaian. Katanya hari ini ada kunjungan wakil direktur yg baru, dia masih muda, lulusan kampus luar negri juga"     

"Pasti dia keren"celetuk nita     

Mata edna melotot"kok,kamu tau? kamu udah liat? "     

"Bukankah semua orang yg kuliah di luar negri itu pasti orang keren? "     

Edna memukul kecil"aku pikir sudah lihat"     

Yah, apalagi yg dibicarakan dua orang wanita kalau bukan barang-barang baru yg mereka beli, pastilah cowok keren.     

Suara ketukan pintu dari luar membuat gosip mereka terhenti.Masuklah pak dion yg nita kenal sebagai kepala kepegawaian.     

"Selamat pagi"sapa nita ramah     

"pagi"pak dion menjawab"saya kesini mau mengantar bapak wakil direktur yg baru,beliau ingin menyapa seluruh pegawainya"     

Nita dan edna tersenyum ramah, dan tidak sabar melihat wakil direktur yg baru.Yang menurut gosip tersebar dia orang yg keren dan ramah.     

"Ini bapak aditya nugroho wakil direktur baru kita"     

Sosok bernama aditya nugroho itu tersenyum ke arah nita dan edna.     

"Saya aditya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik untuk kemajuan rumah sakit ini"     

Nita terkejut bukan main, wakil direktur itu ternyata adit! pria yg beberapa hari yg lalu hampir menabraknya.     

Dia menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan dirinya,.Dia sudah tidak sopan sudah berani menumpang di mobilnya waktu itu, ke rumah sakit pula.     

Argh, teriak nita dalam hati. Kenapa aku selalu bodoh seperti ini?     

"Bidan nita"panggil pak dion     

"iya"nita menjawab dengan nada terkejut     

"Pak wadir, meminta kamu yg antar dia keliling ke setiap ruangan"     

"sa.. saya? " suara nita pelan"Tapi pasien sudah berdatangan pak"     

"pasien biar aku saja yg urus"edna mendorong nita perlahan, dia melihat wajah nita yg memberinya kode untuk menghentikannya, tapi edna malah mengedipkan matanya.     

Nita menarik napas dalam-dalam,dia geram dengan edna yg menumbalkannya.     

Kali ini nita bertanya-tanya apalagi yg akan terjadi di hidupnya.     

" nita,kamu sudah berapa lama bekerja di rumah sakit ini? "pak wadir memulai pembicaraan sambil berjalan menyusuri koridor rumah sakit.     

"itu, kurang lebih 7 tahun, pak"     

Dalam hitungan detik suasana menjadi sepi     

"Panggil saja adit, kalau tidak ada orang disekitar kita"     

Senyum nita terpaksakan"mana boleh seperti itu, bapak atasan saya"     

Sosok wadir itu tersenyum seraya menatap lekat ke arah nita.     

"Begitu ya, tapi apa aku masih bisa menagih janji kamu yg mau antar aku berkeliling kota ini ? "     

Nita baru mengingat janjinya waktu itu     

"Ah, iya. saya waktu itu janji sama bapak"     

"Bagaimana kalau besok selesai kamu bekerja, aku mau kamu mengantar ke toko buku terlengkap disini"     

Nita terdiam untuk berpikir, toko buku paling lengkap di kota ini jaraknya lumayan jauh. Itu akan memakan waktu, dia bisa terlambat menjemput axel yg sudah memulai kegiatan ekskulnya hari ini.     

"Ada apa? "suaranya mengagetkan nita     

"Saya akan usahakan,pak"tentu saja dia tidak bisa menolaknya, selain dia yg berjanji dan orang dia janjikan itu wakil direktur pula.     

Seperti yg nita pikirkan selama perjalanan menuju tiap ruangan, mata-mata tajam setiap orang diruangan menatapnya sinis. Kali ini pasti tersebar lagi gosip yg lebih kejam dibandingkan dari pernikahanku yg dilakukan diam-diam.     

Dan kali ini dia sudah bersiap menghadapi gosip-gosip tentangnya, karena dia sendiri menyadari mengantar wadir keliling ruangan itu hal yg berlebihan,mereka pasti berpikir aku yg sengaja mencari perhatiannya.     

"Kamu darimana? "setibanya di ruang poliklinik nita sudah diintrogasi oleh yoga.     

Kalau harus jujur nita sangat tidak ingin menjawabnya, tapi pasti yoga akan marah.     

"tadi itu, aku disuruh pak dion mengantar wadir baru kita ke seluruh ruangan"     

Yoga menyeringai"apa,di rumah sakit sudah kekurangan orang, sampai-sampai harus kamu yg antar? "     

Nita sudah memprediksi yoga pasti akan berkata seperti itu. Dan sepertinya jalan satu-satunya dia harus jujur.     

"Sewaktu kamu pergi jemput axel keluar kota, aku hampir tertabrak mobil yg dikemudikannya.Waktu itu dia antar aku sampai rumah sakit, karena dia bilang baru disini,sebagai rasa terima kasih,aku menjanjikan mengantarnya keliling kota"     

Nita menceritakan semua, dia sangat tidak bisa menyembunyikan sesuatu apapun dari yoga.     

"Tapi, beneran aku gak tau dia itu wadir baru disini"     

Untuk sesaat yoga terdiam     

"kamu ini.. "yoga mengetuk-ngetuk kening nita dengan jarinya"apa aku harus tulis disini, kalau kamu itu istriku! supaya tidak ada yg macam-macam sama kamu"     

"Itu.. "suara nita pelan     

"Kalau sampai wadir itu merayumu, kamu harus bilang kalau kamu sudah menikah"     

Mendengar kata-katanya,nita tertawa kecil. Dia itu cemburu sekaligus khawatir denganku. Sepertinya yoga sudah terang-terangan memperlihatkan kecemburuannya.     

Kali ini dia harus berpikir keras dengan cara apa dia membujuk yoga supaya mengijinkannya besok. Dia berpikir jika sudah memenuhi janjinya pasti pak wadir itu tidak akan menagih janjinya lagi.     

Pertama aku harus membujuk axel, dan kedua adalah yoga, rencananya.     

Dia juga harus sudah menyiapkan kata-kata untuk pak wadir,kalau yoga ternyata tidak memberinya ijin.     

Dan kali ini nita bertanya dalam hatinya,kenapa hidupnya selalu saja ada rencana-rencana yg memusingkannya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.