cinta dalam jas putih

Inspeksi yang lebih baik



Inspeksi yang lebih baik

0"Aku berangkat dulu " yoga pagi ini mencium kening nita yang sedang memakan sarapannya, hari ini dia sudah dapat keluar dari kamarnya.     

Yoga terkejut melihat kedua mata nita yang masih terlihat memerah, dia ingin menyembunyikan tawanya tapi semua begitu terlihat jelas oleh nita.     

"Jangan tertawa! " nita ketus, "aku tahu memang pantas ditertawakan,,, "     

Nita mengunyah roti miliknya dengan tidak semangat, wajah sembabnya kerena menangis semalaman semakin membuatnya seperti wanita yang telah ditinggalkan oleh pasangannya dan menjadi begitu putus asa.     

"Lain kali pilih drama yang happy ending saja " yoga memberikan saran pada nita, "kamu itu memiliki perasaan yang sangat halus, nonton drama yang endingnya sedih saja membuatmu menangis semalaman, bagaimana dulu waktu ditinggalkan mantan tunanganmu,,, "     

"Pasti lebih dari ini,  atau bahkan puasa satu minggu penuh! " yoga menyambungkan ucapannya.     

"Itulah wanita " nita menanggapi ucapan-ucapan yoga padanya dia tidak membenarkan dan juga tidak menyalahkannya wajahnya berekspresi datar, "dengan drama fiksi saja menangis, apalagi kalau kenyataan! "     

"Menangisnya lebih dari ini " sambung nita, dia memainkan roti yang dipegangnya sebelum akhirnya masuk ke dalam mulutnya.     

"Tidak perlu khawatirkan aku, oppa dokter berangkat saja " ucap nita, "dua hari lagi juga pasti sembuh dan ceria lagi "     

Yoga tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya, dia tidak akan pernah tenang meninggalkan nita dalam keadaan seperti itu. Walaupun semua tangisannya hanya gara-gara akhir yang sedih dari sebuah drama yang dia lihat semalam.     

Dia beranjak dan membuka pintu lemari pendingin yang berada tidak jauh dari ruang makan. Mengambil satu buah mentimun dan pisau lalu mengambil mangkok melamin yang berada di dapur.     

"Untuk apa itu? " nita terheran melihat yoga yang baru saja berpamitan justru duduk disampingnya dan mengiris mentimun yang dibawanya dari lemari pendingin.     

"Tadinya aku mau mengajakmu untuk USG di poli kebidanan " ucap yoga sambil terus memotong mentimun, dia tidak peduli telah berpakaian rapi untuk pergi bekerja. Semua dia lakukan demi istri manjanya itu.     

"Kamu pakai ini seperti masker di wajah dan matamu juga, supaya sembabnya berkurang " dia lalu memberikan semangkuk irisan mentimun pada nita.     

"Nanti kamu pergi ke poli kebidanan dengan pak itor " dia lalu mencium kepala nita, "setelah memakai masker itu, kamu mandi pasti berubah cantik kembali, walaupun sebenarnya sekarang pun kamu cantik tapi akan sangat indah jika tidak berwajah sedih seperti sekarang ini "     

Yoga belum melepaskan ciumannya di kepala nita, wangi dari rambut nita membuat senang berlama-lama menciumi rambutnya.     

"Aku tunggu kamu di poli kebidanan ya sayang,, " dia kembali berucap pada nita.     

Nita tersenyum malu, yoga memberinya perhatian sampai hal seperti ini. Dia tidak pernah melarang nita melakukan apa yang disukainya termasuk menonton drama korea, bahkan dia selalu memuja aktor tampan di film yang di tontonnya di hadapan yoga. Tapi dia tidak pernah sedikitpun memprotesnya, dia semakin tidak bisa lepas dari yoga jika terus diperlakukan seperti itu.     

"Bu sudah sampai di rumah sakit " ucap pak itor pada nita yang duduk di kursi belakang, "saya telepon dulu pak dokter "     

"Untuk apa pak? " nita terheran.     

"Pak dokter bilang kalau sudah sampai di depan rumah sakit harus telepon, katanya biar pak dokter yang jemput " jawabnya sudah siap dengan ponsel miliknya untuk menghubungi majikannya itu.     

Nita tertawa kecil, "tidak perlu pak, poli kebidanan tidak jauh kok! "     

"Saya jalan sendiri saja kesana " sambungnya, "takutnya pak dokter sedang sibuk harus menjemput disini "     

"Tapi, bu "     

"Tidak apa-apa " nita menyela, "nanti saya yang bilang sama pak dokter, pak itor tenang saja tidak akan dimarahi dokter "     

"Baik, bu " pak itor akhirnya menyerah jika majikannya yang memberi perintah seperti itu.     

"Saya akan kembali kerumah "      

"Kenapa tidak menunggu pak? " nita mengerutkan dahinya, "USG hanya sebentar pak, kalau pak itor pulang sekarang nanti saya pulang dengan siapa? "     

Pak itor tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "tadi pagi pak dokter bilang kalau ibu pulang dengan pak dokter nanti, saya jadi bingung bu "     

"Owh,,, " nita menganggukkan kepalanya, "ya sudah pak itor pulang saja "     

"Hati-hati, pak! " nita lalu turun dari mobil, dan berjalan pelan menuju ruang poli kebidanan yang jaraknya tidak jauh dari tempat awalnya. Dia berjalan diantara keramaian pasien rumah sakit yang tidak pernah surut, membuatnya merasakan kerinduannya terhadap pekerjaannya.     

Dia masuk kedalam ruang poli kebidanan yang telah banyak pengunjung menunggu di kursi tunggu.     

"Nita! " teriakan edna yang histeris begitu melihat sahabatnya itu.     

"Apa kabarmu? " tanya edna pada nita, dia membantu nita untuk masuk dan duduk di sebuah kursi.     

"Baik, dokter yoga menyuruhku kesini untuk USG " jawab nita, "tapi sepertinya masih ada pasien di dalam "     

Edna mengernyit, "di dalam itu pasien yang setengah maksa! "     

"Siapa? "      

"Siapa lagi kalau bukan teman paling antik kita " jawab edna, "aline! "     

Nita tertawa tanpa suara, dia belum tahu cerita tentang kehamilan aline yang membuat edna sepertinya merasa jengkel padanya.     

"Aku beritahu dokter yoga kalau kamu sudah disini " edna beranjak dari duduknya, tapi nita menahannya dan membuat edna duduk kembali.     

"Tidak usah " ucap nita pelan, "nanti saja kalau mereka sudah selesai "     

Edna menjawabnya dengan anggukkan kepala dan senyumannya. Tapi sepertinya telepati yoga lebih kuat, merasakan kehadiran nita. Pintu ruang pemeriksaan tiba-tiba membuka dan yoga muncul dari balik pintu menghampiri nita.     

"Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah sampai? " suara yoga mengejutkan nita dan edna.     

"Istri dokter menyuruh saya untuk tidak bilang kalau dia sudah sampai " edna memperlihatkan wajah kakunya.     

"Kamu sudah bosan dinas di poli kebidanan? " pertanyaan yoga itu semakin membuat edna merasa tersudutkan.     

Nita tersenyum, yoga masih saja senang membuat ketakutan semua staf dengan ancamannya itu.     

"Sudah " dia berdiri di samping yoga, "aku yang menyuruh pak itor dan edna untuk tidak bilang kalau sudah sampai "     

"Lagipula dokter yoga sedang ada pasien di dalam " sambungnya.     

"Kamu lihat apa yang temanmu lakukan ketika aku memeriksanya " yoga meraih satu tangan nita dan membawanya untuk masuk kedalam ruang pemeriksaan.     

"Nita! " aline yang sedang tertidur di tempat tidur pemeriksaan berteriak senang melihat nita.     

Aditya yang berdiri disamping tempat tidur menoleh ke arah nita, dia melemparkan senyumannya pada nita.     

"Aku boleh lihat pemeriksaanmu? " tanya nita. "Tentu saja " aline terlihat begitu antusias dan tidak sabar menunggu yoga melakukan pemeriksaan USG padanya.     

"Apa kabar bidan kanita? " tanya aditya pada nita yang berdiri disampingnya.     

"Baik, pak adit " jawab nita, dia lalu kembali fokus pada aline yang sedang dilakukan pemeriksaan USG oleh yoga.     

"Sepertinya bayi kalian laki-laki " ucap yoga masih dengan tatapannya ke arah layar USG.     

"Apa keadaannya sehat dokter? " sepertinya aditya begitu bahagia ketika yoga memprediksi jenis kelamin calon bayi aline.     

"Sejauh ini tidak ada masalah dengan pembentukan organ-organ " jawab yoga, "dan dia tumbuh sesuai dengan usia kehamilan "     

"Dokter apa masih bisa dirubah? " celetuk aline, dia satu-satunya orang di dalam ruangan yang memperlihatkan wajah tidak senangnya.     

"Sayang " aditya memegang tangan aline, "apa yang kamu katakan itu tidak baik "     

"Maksudnya merubah? " yoga mengerutkan dahinya, dia selalu mendapatkan emosi tingkat medium ketika setiap kali melakukan USG pada istri sahabatnya, aditya.     

"Inikan masih lima bulan, jadi aku ingin anak perempuan untuk anak pertama bukan laki-laki! " ucapan aline itu tidakmencerminkan bahwa dia adalah seorang wanita yang memiliki gelar bidan, ketika dia begitu bijaksana memberikan nasehat kepada pasiennya pada kenyataannya dia tidak bisa melakukannya pada diri sendiri.      

Nita terkejut dengan keinginan aline yang terdengar aneh itu, pantas saja yoga berwajah tidak bersemangat tadi.     

"Kamu pikir aku tuhan! " cetus yoga berwajah datar, "kalian berdua yang membuatnya kenapa harus aku yang dibuat bingun dengan keinginan aneh itu! "     

Dan keterkejutan nita bertambah mendengar jawaban dari yoga pada aline, semuanya lucu tapi dia tidak dapat menertawakannya.     

"Sayang, kasihan anak kita " aditya dengan sabar bicara pada aline, "nanti dia merasa sedih karena kamu tidak menginginkannya! "     

"Kamu lahirkan dulu bayimu, dan langsung kalian buat kembali untuk anak perempuan " yoga memberikan saran di terakhir pemeriksaannya.     

Nita menggelengkan kepalanya, "kamu harus senang, aline. Karena anak pertama laki-laki itu selalu akan melindungi adik-adiknya nanti! "     

Aline memajukan bibirnya, tetap saja dia menginginkan bayi perempuan untuk anak pertamanya.     

Nita tersenyum tipis memperhatikan sosok sahabatnya yang terkenal keras kepala semenjak mereka masih belajar di akademi yang sama, dia terus memandangi aline yang duduk ditempat tidur dengan wajah cemberutnya.     

"Apa tidak sebaiknya oppa dokter meminta aline melakukan pemeriksaan lain " nita bicara pelan pada yoga, setelah dia tidak bisa membujuk aline.     

"Kenapa aku merasa aline begitu berat ketika mengambil nafas, tarikan dinding dadanya terlihat aneh " nita kembali berbisik pada yoga, "seingatku waktu aku hamil lima bulan tidak seperti itu "     

Yoga berbalik dan memperhatikan aline yang masih terduduk di tempat tidur, yoga seketika mengusap wajahnya seraya tersenyum ke arah nita.     

"Karena aku selalu kesal ketika memeriksanya sampai tidak memperhatikan hal seperti itu " ucap yoga, dia harus mengakui kejelian sang istri ketika kekuatan pemeriksaan inspeksinya lebih hebat darinya.     

"Terima kasih sayang " ucap yoga mengusap dengan lembut satu tangan nita.     

Nita tersenyum menganggukkan kepalanya, dia lalu memberikan isyarat dengan kedua matanya pada yoga untuk kembali melanjutkan pemeriksaannya pada aline.     

"Ibu hamil itu keinginannya memang aneh " nita bicara pada yoga, tapi kali ini aditya sepertinya dapat mendengar ucapannya.     

"Biarpun dia berkata tidak suka, tapi ketika nanti mendengar tangisan bayinya sendiri pasti hatinya akan luluh "     

Aditya menoleh ke arah nita, dia merasa kedua wanita yang sama-sama tengah mengandung itu memiliki kesabaran yang berbeda. Aditya kembali mengakui bahwa nita memang wanita yang luar biasa.     

"Kamu lebih baik melakukan pemeriksaan ke poli cardio " ucap yoga pada aline, "saya sudah membuat pengantarnya, nanti kamu lakukan EKG dan beritahu saya setelah dokter spesialis jantung membaca hasilnya "     

"Tapi dokter saya baik-baik saja,,, "     

"Lakukan saja " yoga menyela ucapan aline, "kamu pasien saya, jadi sudah tanggung jawab saya memastikan kamu baik-baik saja "     

Dia lalu menoleh ke arah aditya, "sebaiknya hari ini juga, supaya kita bisa memastikan istrimu baik-baik saja "     

"Baik dokter " aditya menganggukkan kepalanya, dia lalu beranjak dari duduknya.     

"Saya sepertinya tidak bisa ikut ke bandara karena harus mengantar aline " ucap aditya pada yoga, "sampaikan salam saya pada dokter edwin "     

"Akan saya sampaikan " jawab yoga, "semoga hasilnya baik-baik saja "     

"Terima kasih dokter "      

Ucapan terakhir aditya sebelum akhirnya mereka meninggalkan ruangan pemeriksaan, hanya tinggal yoga dan nita yang berada di dalam ruangan.     

Yoga menyimpan jas dokter miliknya, dia lalu menghampiri nita dan tersenyum ke arahnya.     

"Ayo kita pergi sekarang! " yoga meraih tangan nita.     

"Kemana? " nita bertahan di tempatnya, "katanya hari ini aku harus USG? "     

Yoga tersenyum lebar, "aku lupa kalau hari ini bukan jadwalmu, jadi karena kamu sudah berada disini aku akan bawa saja ke suatu tempat "     

Nita mengerutkan dahinya, "terus pasien yang lain bagaimana? "     

"Ada dokter andien " yoga lalu membawa nita untuk berjalan bersamanya dan keluar dari ruang pemeriksaan.     

Edna melambaikan satu tangannya pada nita ketika mereka melewatinya.     

"Pasangan paling serasi! " cetus edna menyaksikan mereka berjalan berdua keluar dari ruang poli kebidanan walau hanya memegang tangan nita dia begitu dibuat takjub oleh pasangan itu...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.