cinta dalam jas putih

Konsulenku adalah suamiku



Konsulenku adalah suamiku

0"Apa yang kamu rasakan? " tanya yoga ketika melihat nita meringis, wajahnya memucat. Dua jam telah berlalu pasca pemasangan shirodkar nita terlihat mulai merasakan sesuatu pada dirinya.     

"Sepertinya pengaruh obat narkose umumnya sudah hilang " lagi-lagi yoga berucap dengan wajahnya yang penuh kekhawatiran.     

"Apa kamu kesakitan karena shirodkarnya? " tanyanya kembali.     

Nita menggelengkan kepalanya masih dengan wajah pucatnya.     

"Sayang cepat kamu ambil stetoskopmu " nita berkata sambil memegang kuat tangan yoga.     

"Stetoskop? " yoga mengangkat kedua alisnya terheran dengan keinginan nita.     

"Iya " nita menarik yoga untuk lebih dekat dengannya, "cepat periksa bising ususku, sepertinya aku sudah kehausan karena harus puasa tadi "     

"Dan aku bukan kesakitan,,, " dia meringis, "tapi aku lapar! "     

Yoga mengernyit, dia teramat sangat terkejut ketika beranjak dari duduknya mengambil stetoskop miliknya di tas kerja pribadinya. Pipinya terlihat memerah karena harus menahan tawanya karena kelakuan lucu nita.     

Nita masih dapat tersenyum diantara kesakitannya.     

"Aku tahu pasti oppa dokter mau menertawakan " ucap nita, "tersenyum boleh tapi jangan tertawa keras! "     

"Kelaparan itu lebih menyakitkan dari kesakitan apapun! " nita akhirnya berdalih.     

"Iya,,, iya,,, " yoga menanggapinya sesuai dengan keinginan nita hanya tersenyum saja.     

"Dan aku juga sedang hamil, jadi akan mudah merasa lapar! " nita kembali membuat sebuah pengumuman pada yoga.     

Yoga tersenyum menganggukkan kepalanya, dia tidak akan bisa menang jika harus beradu argumen dengan istrinya itu. Semua kemenangan mutlak milik nita, dan dia hanya bisa menjadi pemenang ketiga saja setelah axel. Mungkin jika nanti putri kecilnya lahir dia tidak akan pernah jadi pemenang karena harus memprioritaskan semua kesayangannya.     

Dia melakukan pemeriksaan bising usus pada nita, sambil terus memandangi wajah nita kedua telinganya difokuskan pada suara yang di periksanya.     

"Kamu boleh minum dulu sedikit-sedikit " ucap yoga setelah dia selesai melakukan pemeriksaan pada nita.     

"Terima kasih " nita berbinar-binar, dia sepertinya merasakan kebahagiaan yang luar biasa diberikan ijin untuk dapat minum. Seperti seseorang yang berada di tengah-tengah gurun pasir menemukan segelas air putih menghilangkan semua dahaganya.     

"Sama-sama sayang " yoga menyodorkan sebuah air dalam gelas pada nita.     

"Pelan-pelan " ucap yoga, "hati-hati nanti kamu tersedak "     

Nita terdiam memandangi gelas yang diberikan yoga padanya, dia hanya akan meminum air itu sedikit tetapi yoga memperingatinya seolah dia akan meminum air itu seperti orang yang tidak dapat dikendalikan karena rasa haus yang besar.     

"Aku minum dua teguk saja " setelah berkata nita meminum air dalam gelas yang yoga berikan.     

"Satu teguk " ucapnya kembali setelah meminum air itu satu teguk.     

Dia tersenyum ke arah yoga sebelum kembali meneguk airnya.     

"Dua teguk " dia telah meminum air itu sesuai dengan janjinya agar perutnya dapat beradaptasi terlebih dulu setelah dia melakukan puasa, sehingga perutnya tidak akan merasakan kembung yang biasa terjadi setelah operasi.     

Yoga tertunduk menyembunyikan tawanya yang tidak dapat ditahannya.     

"Kamu ini, tidak pernah membuatku khawatir justru lebih banyak membuat hatiku lega karena kelucuanmu " dia lalu mengacak-acak rambut nita.     

"Oppa dokter! " cetus nita, dia kembali merapikan rambutnya yang telah di acak-acak oleh yoga.     

Yoga kembali mengacak rambut nita setelah dia telah merapikan rambutnya.     

"Kenapa aku ingin dengar kamu panggil nama asliku ya,,, " yoga terus mengacak rambut nita, "sepertinya akan terdengar aneh kalau kamu memanggilku dengan nama saja! "     

"Atau justru akan terdengar indah sekali namaku disebut oleh orang yang aku cintai? " sambungnya.     

"Tidak " nita berusaha merapikan kembali rambutnya.     

"Ayo sebut namaku " yoga lagi-lagi mengacak rambut nita.     

"Sayang,,, " nita merengek, "jangan acak-acak rambutku! "     

"Panggil aku yoga saja " yoga memberikan satu syarat pada nita.     

"Tidak mau " nita dengan cepat menolaknya.     

"Aku acak-acak saja lagi " dia kembali memainkan rambut nita yang telah rapi.     

"Sekali saja panggil namaku " pintanya, tangannya masih terus mengacak rambut nita.     

"Tidak mau! " nita tetap pada keputusan jawabannya.     

"Kenapa? kamu takut atau merasa malu jika memanggil namaku saja ketika berdua? "      

"Sekali saja " yoga menyambungkan perkataannya.     

"Tidak bisa " nita menggelengkan kepalanya, "ini bukan perihal takut atau malu "     

"Tapi karena aku menghormatimu " jelas nita, "mungkin memang sekarang dokter yoga adalah suamiku, tapi aku tidak bisa hanya memanggil nama saja agar aku tetap menghormatimu seperti ketika aku masih menjadi staf kebidanan. Aku senang seperti itu supaya aku bisa mengingatkan diriku sendiri walaupun kita suami istri tapi aku tetap menjadikan suamiku laki-laki yang paling aku hormati walaupun sedang dirumah saja "     

Yoga tertawa kecil, dia sedikit merinding mendengarkan alasan nita tidak bisa memanggil namanya saja walau sedang berdua.     

"Kamu itu wanita yang seperti dibuat dari bayangan bidadari saja, selalu luar biasa " puji yoga seraya menempelkan dahinya pada nita.     

"Aku bantu merapikan rambutmu " yoga merapikan rambut nita dengan jari-jarinya, dengan penuh kesabaran dia merapikannya walaupun mendapat sedikit kesulitan.     

"Apa sekarang ada jadwal therapy? " nita menoleh ke arah yoga ketika mendengar pintu ruangannya diketuk dari arah luar.     

Yoga terdiam sejenak dia sedang mengingat jadwal therapy nita yang sudah dia adviskan pada perawat ruangan dengan kedua tangannya yang masih sibuk merapikan rambut nita.     

"Romantis terus " suara aline muncul dari balik pintu, setelah tadi dia mengetuknya tanpa tedeng aling-aling dia tersenyum lebar mengomentari yoga yang tengah merapikan rambut nita.     

Dia berdiri di depan pintu, beberapa menit kemudian aditya muncul.     

"Temanmu itu sudah hamil enam belas minggu! " yoga bicara pelan pada nita, ketika kedua pasangan itu berjalan ke arahnya.     

Nita tersenyum ke arah yoga, "itu sangat cepat dan diluar dugaan "     

Sebagai seorang sahabat nita tidak akan pernah mempermasalahkan hal tidak wajar yang dibuat oleh aline, karena menurutnya setiap orang bisa saja melakukan kesalahan yang sebenarnya tidak ingin dilakukannya semua muncul diluar kendali mereka.     

"Melihat ibu segar seperti ini pasti shirodkarnya sukses " aline bicara disamping nita, dia tidak peduli keberadaan yoga karena posisi laki-laki romantis itu tersingkirkan olehnya.     

Nita tersenyum, "semua karena doa teman-teman "     

"Selamat atas kehamilanmu " sambung nita.     

Aline tersenyum lebar, "aku banyak merasakan hal aneh, tidak bisa makan enak tidak tidur nyenyak dan tidak suka dengan suamiku yang terlalu dekat dengan sahabatnya "     

"Sahabatnya,,, " ucap nita pelan, "kia maksudmu? "     

Aline mengernyit, dia berbisik ke arah nita "kamu tahu sahabat pak adit itu lebih cantik, bicaranya penuh percaya diri aku saja sampai terkagum padanya! "     

Nita tersenyum tipis, "wanita hamil memang lebih sensitif "     

"Tapi jangan sampai membuatmu terlalu berlebihan menanggapinya, kamu tahu tidak semua wanita cantik disukai oleh laki-laki. Tapi kalau kamu terus mencurigai dan terus saja mengungkit kedekatan mereka itu akan menjadi peluang besar untuk berpaling "     

Nita memegang satu tangan aline, "walaupun kamu tidak bisa menjadi seperti kia, kamu hanya tinggal menggunakan calon bayimu saja agar pak adit tidak bisa lepas darimu! "     

Aline memajukan bibirnya, "iya, dia perhatian sekali karena aku sedang hamil "     

"Jadi nanti setelah melahirkan hamil lagi! " nita menyela.     

Aline membulatkan kedua matanya, "kapan aku bisa mempunyai waktu untuk diriku sendiri kalau terus hamil dan melahirkan lalu mengurus anak-anak! "     

"Aku bisa cepat tua! "     

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu " nita berkata dengan sedikit marah, "kamu harus bisa menerima kehidupan seperti itu "     

Aline tidak menanggapi apapun dia hanya mengangkat kedua pundaknya, karena dia dan nita memiliki sifat yang sangat berbeda.     

"Saya sudah mengurus surat cuti bidan kanita seperti yang dokter minta " aditya bicara dengan yoga di sudut ruangan, dia dan yoga tidak ingin mengganggu dua wanita yang sedang berbicara serius.     

"Apa dokter yakin shirodkarnya akan berhasil sampai usia kehamilannya cukup baik untuk melahirkan bayinya? " tanya aditya pada yoga yang sepertinya masih memikirkan sesuatu.     

"Sebenarnya angka keberhasilannya hanya lima tujuh puluh lima persen, tapi nita memang harus istirahat agar dia tidak kelelahan "     

"Saya sedang berusaha agar berat badan bayi sudah mencapai dua ribu lebih ketika shirodkarnya tidak mencapai usia kehamilan aterm " sambung yoga.     

"Semoga semuanya berjalan dengan baik sesuai rencana dokter " aditya memberikan sebuah doa.     

"Terima kasih " ucap yoga.     

"Dan untuk sementara bidan dinar yang akan menggantikannya di ruang bersalin " aditya lalu memberitahukan hal terpenting pada yoga.     

"Bidan dinar " ucap yoga sambil memikirkan sesuatu.     

Melihat reaksi yoga yang terlihat tidak menyukai keputusannya itu membuatnya begitu penasaran.     

"Apa ada yang salah dokter? " tanya aditya.     

"Sebenarnya ada sedikit masalah antara nita dengan dinar " yoga menjawab dengan ragu.     

"Tidak apa, bicarakan saja pada saya " aditya memastikan bahwa apa yang dibicarakan yoga tentang bidan dinar itu akan menjadi sebuah referensi baginya.     

"Masalahnya hanya dia tidak menerima keberadaan nita sebagai kepala ruangan, mungkin karena mereka satu angkatan dan dia sudah lebih lama di ruang bersalin " yoga menjelaskan, "atau mungkin hanya perasaan saya saja,,, "     

Aditya terdiam sejenak, "jadi dia meragukan kompetensi orang yang dipilih oleh pihak kepegawaian "     

"Saya tidak menyimpulkan seperti itu " ucap yoga, " ini hanya persaingan kerja saja "     

"Iya benar dokter " ucap aditya.     

Dia lalu secara diam-diam menoleh ke arah nita yang terduduk di tempat tidur ruang perawatan tengah bicara bersama aline dengan senyumannya yang tidak pernah hilang walaupun telah mengalami kejadian yang menyakiti dirinya sendiri,,,     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.