cinta dalam jas putih

Cinderella and the knights 1



Cinderella and the knights 1

0Nita tersenyum senang ketika pagi ini dia melihat sosok teman yang pernah berada dalam mimpinya, Danti. Dia berdiri di hadapan nita dengan buku status pasien yang dipegangnya, terlihat kaku dan sedikit ketakutan.     

"Danti.. " panggil nita.     

Dia terkejut karena nita mengetahui namanya dan memandang nita dengan sedikit rasa aneh.     

"Duduklah.. " nita menarik satu kursi ditempatkan tepat disampingnya, dan menepuk kursi tersebut. Memberikan isyarat pada danti untuk duduk di kursi yang dia siapkan.     

"Terima kasih " danti masih kebingungan dengan sikap ramah Nita padanya, karena dia sama sekali tidak mengenal Nita.     

"Nita, tekanan darah pasien yang baru saja masuk siastole dua ratus dan diastolenya seratus sepuluh. Ibunya sudah mengeluh nyeri ulu hati.. "     

"Danti, lain kali pasien seperti ini senaiknya kamu bawa ke PONEK.. " nita segera beranjak dari duduknya, "kamu beritahu suami pasien kalau dia harus dirawat! "     

Danti yang ketakutan menganggukan kepalanya, segera berjalan menuju keluar dari ruangan poliklinik.     

"Na, kita harus pasang infus dan keteter untuk memasukan terapi impending eklamsi.. "     

"Kalian tidak boleh memasangkan apapun pada istri saya! " teriak seorang laki-laki dari arah pintu, dia menarik tangan nita yang sedang menyiapkan alat infus. Mendorong nita dengan penuh kekuatan, membuatnya hampir saja terjatuh namun tiba-tiba berdiri sosok aditya dibelakangnya. Menahan tubuh nita agar tidak terjatuh.     

"Bapak kan bisa bicara dengan baik-baik! " aditya berkata dengan nada keras pada laki-laki yang muncul secara tiba-tiba dengan amarahnya,"anda berhadapan dengan seorang wanita.. "     

"Kamu ajari saja pegawaimu ini tentang persetujuan tindakan medis sebelum dia melakukan tindakan apapun! " laki-laki paruh baya itu masih dalam amarahnya ketika dia membantu sang istri bangun dari tempat tidur di ruang pemeriksaan.     

Semua yang berada di dalam ruangan pemeriksaan terdiam karena keterkejutan mereka. Nita, aditya, edna dan danti tampak tidak bisa membela diri.     

Laki-laki itu menuntun sang istri yang tengah hamil tua untuk keluar dari ruang pemeriksaan. Nita memandangi wajah wanita hamil itu dengan penuh rasa cemas, matanya terus saja mengawasi langkah mereka berdua.     

Dalam hitungan ketiga langkah mereka, tiba-tiba wanita itu tergeletak pingsan di lantai dan mengalami kejang.     

"Edna, eklamsi! " teriak Nita segera menghampiri wanita itu, "na, tongue spatel! "     

"Aku cari dulu.. " edna segera berlari ke arah luar ruang pemeriksaan.     

Nita mendapati sebuah kassa hydrofil gulung yang tersimpan diatas meja yang dekat dari jangkauannya. Tangannya dengan cepat menggapai kassa tersebut, dan segera menggulungnya pada jari telunjuk dan jari manis yang dia tempelkan.     

Dengan segera memasukan kedua jarinya di mulut pasien untuk menghindari pasien menggigit lidahnya.     

"Nita! "aditya yang berada disamping nita membulatkan matanya, "apa yang kamu lakukan, itu bahaya! "     

"Danti, bantu aku siapkan infus dan kateter " nita tidak menghiraukan apa yang aditya ucapkan.     

"Ini tongue spatel! " Edna yang berlari ke arah dengan mulut yang menganga melihat nita yang menjadikan dua jarinya sebagai pengganti tongue spatel. Satu tangan nita menerima tongue spatel yang edna bawa, dengan hati-hati dia mengeluarkan dua jarinya yang tergigit oleh pasien itu dan menggantinya dengan tongue spatel.     

"Pak Adit, bisa bantu mengangkat pasien? " nita meminta pertolongan pada Aditya, dalam keadaan seperti ini dia lupa bahwa Aditya adalah wakil direktur di tempatnya bekerja.     

"Tentu saja.. " Aditya dengan sigap bersiap di samping pasien.     

"Bapak juga ikut bantu pindahkan istri bapak ke tempat tidur.. " nita memberikan instruksi kepada suami pasien.     

Dengan cekatan dan tenang nita menyimpan bantalan kecil di leher pasien untuk membebaskan jalan napas.     

"Danti, tolong pegang kakinya.. " nita bicara ketika dia fokus memasang infus, "na, tolong siapkan MGSO4 10cc suntikan bolus pelan setelah aku pasang kateter.. "     

"Urine 100cc, masukan MGSO4 nya.. " lanjut Nita, ketika edna yang menyuntikan obat secara perlahan, kejang pasien mereda walaupun belum sadarkan diri, terdengar suara seperti dengkuran pada pasien karena terhambatnya jalan napas.     

"Tolong selamatkan istri saya.. " laki-laki yang pada awalnya begitu emosi dan kasar pada nita memegang tangan nita dengan mata yang berkaca-kaca.     

"Saya sedang berusaha, pak. " jawab nita "bapak bantu dengan doa, semoga istri bapak dan bayi yang dikandungnya baik-baik saja.. "     

"Nita, bunyi jantung bayi seratus enam puluh delapan " Edna melaporkan pemeriksaannya pada Nita.     

"Na, telpon dokter yoga sekarang pasien masih gravida aterm belum ada pembukaan "     

"Siap! " edna segera melaksanakan apa yang nita perintahkan tadi.     

Dia dan edna segera mengantarkan pasien ke ruang operasi setelah mendapatkan advis melalui telpon tadi.     

"Nita tanganmu.. " aditya segera menggapai tangan nita dan memastikan aksi heroik yang dilakukannya tadi tidak berdampak buruk pada nita sendiri.     

Nita terkejut melihat Aditya yang tiba-tiba memegang tangannya di luar ruang operasi.     

"Tidak apa-apa, pak.. " nita menarik tangannya, wajahnya seketika memerah karena malu dan takut yang bercampur. Terlebih mereka masih berada di luar ruang operasi, masih di lingkungan tempatnya bekerja. Nita tidak mau jika tiba-tiba besok pagi dia kembali menjadi trending topik semua pegawai karena terlihat begitu dekat dengan wakil direktur setelah menjadi simpanan dokter yoga. Menurutnya itu akan lebih menyakitkan dibanding rasa sakit pada kedua jarinya.     

Disudut lain ada sepasang mata yang menatap tajam nita dan aditya. Yoga yang telah siap dengan pakaian operasi berwarna hijau lengkap dengan Surgeon cap, yang pada awalnya berniat masuk ke ruang operasi, berbelok ke arah nita yang berdiri di ruang informasi.     

"Kenapa kamu masih disini? " yoga mengagetkan nita dengan nada suaranya yang sedikit ketus.     

"Aku tunggu edna.. " jawab nita pelan, dia menundukkan kepalanya tidak mempunyai keberanian menatap mata yoga.     

Yoga tidak menghiraukan jawaban dari Nita, setelah memperlihatkan wajah marahnya pada nita segera saja yoga melangkahkan kakinya meninggalkan Nita yang masih ditemani oleh aditya.     

"Pak Adit, saya ucapkan terima kasih karena bapak mau membantu kami tadi.. " nita baru teringat untuk mengucapkan terima kasih.     

Lengkungan bibir membentuk senyuman dengan ciri khas lesung pipi terlihat di wajah aditya. "tadi aku kebetulan lewat dan mendengar teriakan seseorang dari arah luar poli kebidanan, tiba-tiba mengkhawatirkanmu.. "     

Nita terlihat salah tingkah setelah mendengar bahwa dirinya dikhawatirkan seseorang, "sepertinya saya harus kembali ke poliklinik "     

"Baiklah, hati-hati "     

Aditya masih terus mengawasi nita yang berjalan semakin menjauh darinya."kamu selalu saja mengorbankan dirimu sendiri demi orang lain! "     

Yoga berjalan keluar dari ruang operasi setelah hampir dua jam lamanya dia berada di ruangan tersebut.     

"Dokter " suara laki-laki memanggil yoga dari arah belakang, membuat langkah yoga terhenti dan berbalik.     

"Terima kasih sudah menyelamatkan istri saya.. "     

Yoga tersenyum kecil, "bapak berterima kasihlah pada bidan yang bertugas di poliklinik tadi, mereka begitu cepat memberikan penanganan pada istri bapak.. "     

Wajah penyesalan terlihat di wajah laki-laki paruh baya itu, "padahal tadi itu saya sempat memaki dan mendorong bidan yang berwajah cantik itu, tapi dia justru menolong istri saya sampai jarinya terluka ketika istri saya kejang-kejang tadi.. "     

Raut wajah yoga seketika berubah, mendengarkan perkataan laki-laki yang berada dihadapannya itu. Dia menarik napasnya sebelum berkata, "bapak berdoa saja semoga istri bapak baik-baik saja setelah operasi.. "     

Mungkin manusiawi jika yoga merasa kesal ketika mendengar orang yang telah ditolongnya itu telah memaki istrinya. Akan tetapi dengan cepat yoga membuang kekesalannya itu.     

"Terima kasih dokter "     

Nita berdiri tepat di depan mobil milik yoga di halaman parkir rumah sakit. Sepuluh menit yang lalu, ketika nita bersiap-siap untuk pulang yoga menelponnya agar menunggunya di halaman parkir.     

"Sudah lama menunggu? " suara yoga mengejutkan nita yang sedang melihat jarinya yang terluka.     

"Tidak.. " dengan cepat nita masuk kedalam mobil, dan memberi peringatan pada dirinya sendiri untuk tidak memperlihatkan jarinya yang terluka.     

Yoga tidak segera menyalakan mesin mobilnya, dia memandangi nita dan begitu lama untuk mengedipkan matanya.     

Dipandangi yoga seperti itu membuat nita salah tingkah, "ada yang aneh ya dengan seragamku? "     

Nita memeriksa pakaian yang dikenakannya.     

Yoga seperti mengambil sesuatu dari dalam tasnya, "perlihatkan jarimu yang terluka tadi.. "     

"Tidak terluka oppa dokter.. " nita tidak melanjutkan perkataannya ketika yoga memasang wajah marahnya dan tangannya menarik satu tangan Nita.     

"Yang seperti ini kamu bilang tidak terluka! " dari nada bicara yoga menunjukan kekesalannya, tapi tak urung membuat yoga mengoleskan antiseptik dan menutup luka bekas gigitan di kedua jari nita dengan transparant adhesive bandage.     

Nita tersenyum, dia tahu yoga marah padanya karena mengkhawatirkannya. Dan itu terlihat menakjubkan di matanya.     

"Oppa dokter kenapa tahu kalau jariku yang terluka di sebelah kanan? " tanya Nita.     

"Aku lihat tadi aditya memegang tangan kananmu.. " jawab yoga."lain kali seperti ini lagi, aku akan meminta rumah sakit menyediakan ratusan tongue spatel! "     

Nita tertawa kecil "oppa dokter manis sekali.. "     

dia bersikap manja pada yoga menyandarkan kepalanya di bahu yoga.     

"Jika kamu mengulanginya lagi, aku benar-benar akan memindahkan pekerjaanmu ke bagian keuangan.. " yoga mengucapkan satu candaan pada Nita dengan wajah datar.     

Lagi-lagi ucapan yoga membuat nita tertawa dan mencubit kecil pipi yoga, "iya janji "     

'Nita itu seperti sebuah kisah Cinderella semakin dia tersakiti, semakin banyak bermunculan para kesatria yang berdiri untuk melindunginya, dan itu semakin membuat posisi yoga terancam!'     

Yoga tersenyum menanggapi narasi hatinya tentang nita...     

lampiran :     

Ponek : bagian kebidanan di instalasi gawat darurat.     

MGSO4: terapi berbentuk cairan yang diberikan pada pasien hamil dengan tekanan darah tinggi.     

Eklamsi : keadaan ibu hamil dengan tekanan darah tinggi disertai kejang dan penurunan kesadaran.     

Surgeon cap : penutup kepala khusus di ruang operasi.     

transparant adhesive bandage: plester transparan.     

next_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.