cinta dalam jas putih

Bermain Cantik



Bermain Cantik

0Nita segera mengakhiri pembicaraannya dengan axel ketika melihat tiga rekannya tengah berjalan menuju ke arahnya, dia masih terduduk di kursinya.     

Senyuman kecil dia perlihatkan saat ketiga rekannya itu masuk.     

"Duduklah " nita menunjuk ke arah tiga kursi yang berada di hadapannya.     

"Dinar pasti sudah memberitahu kalian kenapa saya tiba-tiba memanggil kalian? " tanya nita setelah mereka bertiga telah duduk dikursi yang telah nita siapkan.     

"Iya, kami sudah diberitahu " rasti yang menjadi ketua tim yang memberi jawaban pada nita.     

"Jadi,,, " nita menghela nafasnya dengan kedua matanya masih terlihat fokus pada rasti.     

"Apa saya bisa bertanya pada inti dari pemanggilan kalian sekarang? " tanya nita kembali, "atau mungkin ada sesuatu yang ingin kalian ceritakan terlebih dahulu sebelum saya? "     

"Tidak, bu " lagi-lagi rasti yang menjawab sebagai perwakilan dari rekannya yang lain, "ibu boleh langsung bertanya pada kami "     

"Baiklah " nita terantuk, dia mengamati rasti yang begitu bersikap tegas di hadapan nita.     

"Saya akan menyimpan berkas kematian ibu karena eklamsi, itu adalah penyakit yang memang biasanya selalu memperberat kondisi pasien " ucap nita, "tapi atonia uteri di ruang bersalin itu sepertinya aneh di dengar "     

"Saya tidak akan mengungkit apa-apa kesalahan dari tim kalian tentang atonia yang dapat kita cegah dengan cepat jika pemantauan kala empat kita tepat " nita menyambung perkataannya, "karena yang saya baca disini bukan hanya satu kasus tapi tiga! "     

"Ceritakan saja pada saya apa saja kesulitan yang kalian hadapi ketika melakukan pekerjaan " lalu dia memperlihatkan senyumannya, "kita bicara sebagai seorang sahabat saja sekarang ini, saya tahu kali ini kalian sedang menghadapi hal yang berat jadi saya ingin mencoba membantu kalian "     

Rasti dan esha saling bertatapan tanpa suara, pemikiran mereka sepertinya sama. Menyamakan sikap nita sekarang ini dengan apa yang dikatakan dinar tadi.     

"Wanita menyebalkan itu hampir saja membuatku percaya dengan kata-katanya tadi! " cetus rasti dalam hatinya dengan pandangannya pada sosok nita yang masih dengan sabar menunggunya untuk bicara.     

"Saya yang salah sebagai ketua bu " rasti lalu memutuskan untuk bicara, "saya tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat "     

Nita mengapresiasi tanggung jawab rasti sebagai ketua tim dengan senyuman tipisnya.     

"Mengambil keputusan itu adalah masalah di akhir, ada hal yang kalian lewati sebelumnya " nita menanggapi pernyataan rasti, "tolong koreksi jika saya salah, bukankah ada pematauan lima belas menit di satu jam pertama dan tiga puluh menit di jam kedua? apa observasi sudah dilakukan oleh rekan kerjamu? atau kalian bekerja masing-masing karena yang menolong partus adalah orang lain bukan kalian sendiri jadi kalian melepas tanggung jawab? "     

"Saat itu kami meminta dokter koass yang mengobservasi karena, disaat yang sama kami harus melakukan resusitasi pada pasien dengan gawat janin yang akhirnya menjadi intra uterin fetal death,, " rasti menjelaskannya secara detail.     

"Lalu jika koass yang observasi, semua orang yang berjaga mengurusi pasien dengan gawat janin tadi? " tanya nita, "berapa denyut jantung janin ketika itu? "     

"Saya konsul dengan dokter dan esha mencoba melakukan resusitasi, karlin mencoba memberikan informed consent pada keluarga " rasti memberikan  detail pekerjaan yang mereka lakukan saat itu, "pasien sedang dilakukan tindakan terminasi tiba-tiba denyut jantung janin menurun menjadi seratus sembilan kali per menit, dan setelah dilakukan resusitasi tidak ada perbaikan setelah lapor pada dokter andien denyut jantung janin semakin menurun "     

Nita mendengarkannya dengan baik dan mencoba menangkap permasalahannya.     

"Pantas saja kalian lupa dengan pemantauan kala empat, karena fokus kalian ada pada pasien dengan gawat janin " ucap nita, "jadi sekarang kalian katakan apa yang membuat kalian kesulitan ketika berjaga dan mendapatkan kejadian yang aneh dalam waktu yang bersamaan "     

Mereka bertiga hanya terdiam, dan memandangi nita dengan penuh rasa heran. Mereka berpikir bukankah seharusnya nita marah karena kelalain mereka apapun alasannya.     

"Kenapa? " tanya nita membuyarkan sikap diam dari ketiga rekannya.     

"Kami benar-benar menyesal dengan semua kesalahan yang dilakukan " ucap rasti, "ini adalah karena saya tidak mampu sebagai ketua tim, saya sangat tahu tim kami selalu paling banyak melakukan kesalahan dari tim yang lain "     

"Benarkah " nita bicara seolah-olah menegaskan dia sedang tidak ingin cepat percaya, "tapi yang ada dalam pikiran saya berbeda sekarang ini, hanya satu yang saya yakini dari kalian semua tidak ada satupun yang memiliki niat mencelakai siapapun. Hanya waktu itu ada hal tragis yang menguji pekerjaan kalian "     

"Karena kejelekan itu lebih cepat sampai ke semua orang dengan cerita dua kali lipat lebih jelek dibandingkan prestasi kerja kalian " nita menyambungkan ucapannya.     

"Esha " dia menoleh ke arah esha, "sekarang katakan apa yang kamu tidak suka dari kepemimpinan rasti di tim kalian "     

Esha dengan wajah tegangnya melirik ke arah rasti yang duduk disampingnya, "kak rasti baik dan juga sangat bertanggung jawab dengan pekerjaan. Dia juga selalu mengajarkan saya ketika saya tidak mampu melakukan satu pekerjaan "     

Nita tersenyum mendengar pengakuan esha, "sekarang kamu sebutkan apa kesulitan yang kamu hadapi selama bekerja? "     

"Saya merasa tidak memiliki keahlian yang baru, jadi ketika kak rasti meminta saya melakukan tindakan harus dia juga yang melakukan karena keterbatasan kemampuan saya " jelas esha, "mungkin karena itu tim kami paling banyak melakukan kesalahan karena semua kak rasti yang melakukan "     

"Tapi kamu juga banyak membantu " sela rasti, "ketika saya melakukan tindakan esha banyak membantu saya "     

Nita mengernyit, "esha banyak membantumu selama ini, lalu karlin? " dia lalu mencatat hasil evaluasinya pada esha. Nita berencana akan mengajukannya untuk bisa mengikuti pelatihan kepada pihak kepegawaian.     

Kali ini dia menoleh ke arah karlin yang wajahnya tiba-tiba memerah.     

Rasti dengan cepat tertunduk ketika dia secara tiba-tiba mengatakan hal yang secara spontan keluar dari mulutnya.     

Nita berusaha lebih hati-hati ketika akan bicara dengan karlin, wanita cantik itu sepertinya memiliki sifat perasa dan sensitif. Dia menyimpan kemungkinan sifat karlin yang mudah di provokasi oleh orang lain, jadi dia harus bersikap santai.     

"Saya,,, " ucapan karlin terputus-putus, "saya tidak suka membantu kak rasti karena saya tidak menyukainya! "     

Nita salut dengan kejujuran karlin kali ini, "hal apa yang membuatmu tidak suka dengannya? "     

"Tapi saya tidak ingin ada alasan pribadi, saat ini kita sedang berada di lingkungan pekerjaan. Saya menganggap kecerdasan emosional semua rekan saya berada di atas nilai rata-rata ketika lulus seleksi masuk ke rumah sakit ini,,, " tetapi sepertinya bibir nita begitu gatal untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang berbau kesombongan untuk melihat reaksi karlin.     

"Dapat membedakan mana urusan pribadi dan pekerjaan! "      

Karlin semakin dibuat tidak nyaman dengan ucapan nita, dia menganggap kata-kata nita tadi seperti sebuah sindiran yang membuatnya merasa malu.     

"Tapi dia tidak menyukai saya karena suami saya " rasti yang akhirnya menjawab.     

Karlin memandang rasti dengan tatapan sinisnya dan kedua matanya menyipit menyembunyikan kekesalannya.     

"Kalau tidak bisa menjaga suami dengan baik jangan menyalahkan orang! " cetus karlin.     

Nita mengusap keningnya dan menghela nafas beberapa kali.     

"Bukankah tadi saya bilang untuk tidak membicarakan urusan pribadi? " nita kembali mengingatkan mereka berdua.     

"Bagaimana dengan pekerjaan yang dilakukan karlin selama ini? " tanya nita pada rasti.     

Rasti terdiam untuk beberapa saat sebelum dia menjawab pertanyaan nita.     

"Tindakan yang dia lakukan semuanya sesuai dengan diagnosa " jawab rasti, "dia juga sangat cepat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan ketika menemukan masalah dan saya sedang melakukan suatu tindakan "     

Nita tersenyum tipis, ternyata dibalik sikap menyebalkan karlin dia adalah seseorang yang kecerdasannya diakui oleh rasti sendiri. Hanya saja selama ini mereka bersikukuh pada ego masing-masing yang membuat tim mereka tidak kompak.     

"Kamu dengar karlin, ketua tim mu mengakui kehebatanmu " ucap nita pada karlin, "butuh keberanian untuk mengungkapkan pujian itu, jadi apa balas budi yang akan kamu lakukan untuk membalas pujiannya? "     

Karlin terdiam menoleh ke arah rasti, dia hanya memandangi ketua tim nya yang ternyata mengakui kemampuannya.     

"Apa sekarang kalian tahu kenapa tim kalian berbeda dengan tim lain? " lalu nita bertanya pada inti apa yang sedang dia evaluasi dari tim yang dipanggilnya saat ini.     

"semua orang di tim ini hanya butuh satu saja untuk membuat kalian kompak " ucap nita kembali, "karlin pertahankan semua kemahiran yang kamu punya dan kamu buktikan pada rasti bahwa apa yang dia katakan sebagai pujian tadi adalah memang benar, dan esha kamu tidak perlu berkecil hati saya akan mendaftarkanmu untuk ikut pelatihan selanjutnya manfaatkan dengan baik kesempatan ini "     

"Tapi ada yang lebih penting dari semua itu, semahir dan sepintar apapun ketika kalian tidak dapat menghormati seseorang yang lebih senior dari kita itu adalah semua kemampuan kita sama dengan nol " nita mencoba memberikan saran pada esha dan karlin, "mereka dihormati bukan hanya karena jabatan yang dimilikinya, tapi sebagai bukti bahwa kita menghargai pengorbanannya "     

Nita tersenyum ke arah esha dan karlin, "saya minta maaf jika kalian saya panggil hanya untuk mendengarkan bualan saya yang tidak berarti, tapi semua ini karena saya menyayangi kalian walaupun kita tidak saling mengenal tapi saya merasa hati saya dapat merasakan apa yang kalian keluhkan "     

"Jadi cobalah menerima saya, kita berteman terlebih dulu. Kita tidak perlu lebih dulu membahas perubahan, tapi kita harus mencoba untuk membuka hati kita dan saling memiliki "     

"Saya sangat menerima ibu " ucap esha, "sejak awal bertemu dengan ibu saya sangat mengagumi ibu, dan kali ini pun seperti itu terima kasih karena telah memberikan kesempatan pada saya untuk belajar "     

"Saya merasa malu, karena ibu tidak menghakimi kami atas kesalahan yang kami lakukan. Kedepannya saya aka  berusaha lebih baik lagi " kali ini rasti yang berkata.     

"Kak rasti " karlin memanggil ketua tim nya yang terduduk di tengah-tengah mereka, dia tiba-tiba memeluk kakak seniornya itu.     

"Aku minta maaf, kak. Karena selama ini tidak menghormati kakak sebagai ketua tim! "     

Rasti masih terkejut tidak percaya dengan apa yang dilakukan karlin padanya, dia menoleh ke arah nita yang sedari tadi memperhatikannya. Lalu senyuman terlihat dengan anggukan di kepalanya. Nita berharap rasti menjadi seseorang yang berbesar hati mau memaafkan karlin, walaupun urusan percintaan mereka menjadi hal yang harus mereka nomor duakan.     

Kedua tangan rasti pun mengusap punggung karlin, dia memang telah berusaha menerima kenyataan bahwa wanita yang memeluknya itu adalah pilihan dari mantan suaminya. Awalnya begitu sulit, tetapi kali ini nita yang membuatnya tersadar tidak ada gunanya memaksakan hal sudah tidak dapat dipertahankan lagi.     

Ternyata bermain cantik seperti yang ibu mertuanya katakan tadi sangat bermanfaat kali ini.     

Rasti masih berada di ruangan nita ketika karlin dan esha sudah lebih dulu keluar.     

"Terima kasih,  bu " ucap rasti, "saya merasa bahwa sekarang ini ada orang-orang yang peduli dengan saya "     

Nita tersenyum, "berusahalah untuk hidup lebih baik, jodoh mungkin belum berpihak padamu sekarang ini tapi yakinlah sesuatu yang akan tuhan hadirkan yang lebih baik setelah ini. Dunia belum berakhir disini, perjalananmu masih panjang walaupun kamu sendirian mengasuh anak-anakmu "     

"Benar, bu. Terima kasih " ucapnya, "bolehkah saya memberitahu ibu agar ibu harus berhati-hati pada dinar? "     

Nita menghampiri rasti dan memberikannya pelukan, membuatnya terkejut dengan perlakuan nita.     

"Saya suka memeluk semua rekan kerja saya ketika saya bahagia, dan terima kasih juga karena sudah memberitahuku tentang dinar " ucap nita seraya melepaskan pelukannya dan tersenyum ke arah rasti. Dia terkaku tidak dapat mengatakan hal apapun karena rasa haru bercampur ketidak percayaannya menjadi satu.     

Nita akhirnya bisa bernafas lega ketika usahanya mempersatukan tim rasti sepertinya berhasil, dia hanya perlu melakukan observasi dan melakukan evaluasi setelah beberapa minggu mendatang.     

Siang ini dia berjalan pelan menuju ke depan gerbang rumah sakit karena axel dan ibu mertuanya sudah menunggunya.     

"Sayang " tiba-tiba yoga muncul dan berdiri di hadapannya membuat langkah nita terhenti.     

"Kenapa kamu mematikan ponselmu dan tidak membaca pesan dariku? "      

Nita terdiam memandangi wajah yoga yang tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.     

"Tadi itu aku kesal karena tidak tahu ada kasus besar seperti ini tidak ada satupun yang memberitahuku! " nita terlihat menggerutu pada yoga, tetapi wajahnya terlihat manja membuat yoga tidak dapat menahan rasa gemasnya.     

"Aku minta maaf karena sudah membuat khawatir " ucap nita, "aku sudah membuat suamiku memiliki beban tambahan ketika rapat "     

Yoga menarik nafasnya, dia tidak dapat marah pada wanita yang berada di hadapannya itu. Karena menurutnya wanita yang meminta maaf lebih dulu karena mengakui kesalahannya adalah seseorang yang empat puluh persen dari dirinya adalah manusia dan enam puluh persen adalah dia menunjukan bahwa dia seorang bidadari.     

"Jangan pernah lakukan itu lagi! " yoga memberikannya kesempatan, "aku memaafkanmu sekarang, karena aku masih ada rapat jadi aku akan menghukummu ketika dirumah nanti! "     

Nita memajukan bibirnya, "katanya dimaafkan tapi dihukum juga! "     

Yoga tertawa kecil seraya meraih tangan nita, "kamu harus diberi hukuman karena sudah membuat aku harus menunda rapat beberapa menit dan memperpanjang waktunya! "     

Dia membawa nita berjalan bersamanya menuju ke arah gerbang.     

"Aku akan mengantarmu sampai depan mobil dan memastikan kamu baik-baik saja sekarang! " yoga berucap kembali.     

"Iya baiklah aku terima saja, karena aku tahu aku salah,,, " nita akhirnya menuruti semua yang dikatakan yoga sambil terus tersenyum memperhatikan suaminya itu yang sampai harus mengorbankan waktunya hanya untuk memastikan nita baik-baik saja.     

Laki-laki yang selalu membuatnya merasakan bahwa dirinya telah menjadi sangat cinta...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.