cinta dalam jas putih

Pengakuan



Pengakuan

0Yoga yang tengah menemani axel dan menunggu nita pulang dari rumah sakit menerima telpon dari dokter andien. Dia sedikit menjauh dari axel untuk menerima telpon.     

"Dokter maaf saya mengganggu waktu istirahatnya " suara dokter andien terdengar dari ujung telpon, "saya mau memberikan laporan "     

"Laporan? " pertanyaan yoga muncul dengan satu pikirannya tertuju pada nita yang belum pulang dari rumah sakit.     

"Ada apa? " lalu yoga kembali bertanya pada dokter andien.     

"Saya mau melaporkan kematian pasien post operasi saecaria " jawabnya.     

"Kematian post operasi! " dahi yoga berkerut, "kenapa bisa terjadi? "     

"Pasien syok ketika akan dipindahkan ke meja operasi, jadi kami memperbaiki keadaan umum terlebih dahulu. Setelah melakukan penjelasan informasi yang jelas kepada suami dan dia ingin dilakukan operasi untuk mengeluarkan bayi walaupun kondisi pasien telah drop, bayinya pun intra uterin fetal death terlebih dulu "     

"IUFD? " yoga kembali bertanya, "kenapa bisa seperti itu? apa petugas ruang bersalin tidak melaporkannya terlebih dulu? tidak terlihat tanda gawat janin terlebih dulu? "     

"Sebenarnya,,, " lalu suara dokter andien menghilang sejenak, "saya tahu ini semua kesalahan saya dokter, bidan kanita pada awalnya melaporkan kondisi pasien. Saya merasa diagnosa yang dia sebutkan tadi salah, terlebih ketika melihat kondisi pasien yang stabil jadi kami fokus pada pasien eklamsi yang lebih gawat darurat "     

"Kenapa tidak kamu lakukan USG terlebih dahulu sebelum kamu memutuskan untuk mendahulukan pasien dengan eklamsi? " yoga sedang berusaha tenang, "ada dua residen tidak satupun dari kalian melakukan USG sebentar untuk menegakkan diagnosa yang nita sebutkan tadi? "     

"Apa karena yang mengatakan itu kanita jadi kamu meragukannya? " pertanyaan yoga pun memojokan dokter andien.     

"Saya mengakui kesalahan saya dokter " ucap dokter andien, "saya juga akan meminta maaf secara langsung pada bidan kanita karena tadi berkata sedikit keras "     

"Kenapa jadi begini " ucap yoga pelan, pembicaraannya terjeda ketika dia melihat sosok nita yang muncul dari balik pintu.     

Senyuman lebar terlihat diwajah cantiknya, dia semakin mendekat ke arah yoga dan memberikan satu ciuman di pipi yoga.     

"Sedang bicara dengan siapa? " tanya nita dengan suara yang sangat pelan.     

"Dokter andien " jawaban yoga pun sangat pelan sampai tidak terdengar suara.     

Nita menganggukkan kepalanya, dia lalu menunjukkan tangannya ke arah kamar mandi memberitahukan pada yoga secara tidak langsung bahwa dia akan membersihkan tubuhnya terlebih dulu.     

Yoga menganggukan kepalanya seraya tersenyum kecil ke arah nita.     

"Kamu jangan lupa untuk menulis laporan kematian ini secara lengkap " yoga melanjutkan pembicaraannya dengan dokter andien ketika nita telah masuk kedalam kamar mandi.     

"Saya benar-benar menyesal dokter, saya minta tolong sebelum nanti mengucapkan maaf secara langsung pada bidan kanita dokter bisa menyampaikan maaf saya "     

Yoga mengusap keningnya, "saya harap kamu jadikan ini sebagai pelajaran terbaik, yang perlu kamu ingat adalah walaupun kita orang terhebat karena dapat melakukan operasi tapi pengalaman kerja bidan lebih banyak dari kita secara nyata "     

"Pengalaman mereka menghadapi pasien secara langsung lebih banyak dari kita " sambung yoga, "saya mengatakan ini bukan karena nita adalah istri saya, karena saya tidak akan menyangkut pautkan kehidupan pribadi saya pada pekerjaan. Ketika di tempat bekerja semua berjalan secara profesional "     

"Saya mengerti dokter, saya benar-benar minta maaf " terdengar nada penyesalan di suara dokter andien di ucapan terakhirnya.     

"Baiklah, untuk sekarang setelah laporan selesai sebaiknya kamu beristirahat " ucap yoga.     

"Karena kalian akan membutuhkan banyak energi untuk menjelaskannya padaku secara rinci ketika aku selesai cuti! "     

Dia segera mengakhiri pembicaraannya dengan dokter andien, waktunya begitu pas dengan nita yang telah selesai membersihkan tubuhnya.     

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini? " yoga meraih tangan nita dan membawanya untuk duduk disampingnya diatas tempat tidur.     

"Padahal tidak sampai satu hari, tapi aku kesepian sekali " yoga berucap seraya memijit dengan lembut pundak nita, dia tidak menghiraukan luka di tangannya itu.     

Nita tersenyum penuh dengan tanda tanya mendapatkan perlakuan manis dari yoga kali ini.     

"Pekerjaanku baik-baik saja, hari ini berjalan lancar " ucap nita, "aku juga bertemu dengan tim baru yang belum aku kenal dan hasilnya mengejutkan "     

"Kenapa? "     

Nita berbalik dan kali ini mereka saling berhadapan, "menurut penilaianku, ada yang salah dengan kinerja ruang bersalin sekarang ini. Mereka ternyata saling mengandalkan di jalur yang salah! "     

Yoga menngernyit, "aku selama ini kurang memperhatikan mereka secara satu persatu, karena selama ini aku hanya melihat mereka dalam bentuk tim "     

Nita tertawa kecil, "pantas saja dulu siapa yang melakukan kesalahan, aku tetap kena marahnya juga! "     

Yoga pun ikut tertawa, "itukan dulu sayang, kenapa kamu tidak bisa melupakannya "     

"Bagaimana bisa lupa " ucap nita, "kamu marah tepat di depan wajah dengan tatapan yang tajam, dan marah seperti itu hanya padaku! karena setelah diperhatikan teman-temanku yang lain tidak separah aku "     

yoga semakin dibuat nita tertawa, "itu karena kamu spesial, teman-temanmu tidak seperti kamu yang selalu mau belajar dari kesalahan. Dan kamu pasti lupa aku seperti itu hanya sedang membuat pertahanan supaya aku tidak mengakui kalau aku tertarik padamu! "     

"Owh, manisnya,,, " nita memegang kedua pipi yoga, "suamiku pintar sekali mengucapkan kata-kata manis "     

"Bagaimana dengan axel? " lalu nita melontarkan pertanyaan untuk menghentikan rayuan yoga.     

"Akhir pekan besok aku berencana membawanya pada elsa " jawab nita, dia memberi pelukan dari arah belakang dan menciumi wangi tubuh nita.     

"Itu rencana yang bagus " nita menanggapi rencana yoga dengan sangat baik, dan dia tidak akan pernah menghalanginya jika itu untuk kebaikan axel.     

"Andien tadi memintaku menyampaikan permintaan maafnya padamu " lalu yoga kembali berucap dan kali ini pundak nita yanh dia berikan ciuman.     

"Maaf karena hal apa? " nita bertanya dengan wajahnya yang terlihat kebingungan.     

Yoga tersenyum tipis, istrinya itu memang memiliki hati yang begitu baik sehingga kesalahan yang andien lakukan pun tidak pernah dia ambil kedalam hatinya.     

"Dia tadi mengatakan bahwa ketika kamu melaporkan pasien dengan solusio plasenta dia justru memarahimu dan menganggapmu sombong "     

"Ahh, iya laporan tadi " nita menganggukan kepalanya, "aku ingat dokter andien yang tiba-tiba memarahiku karena aku melakukan kesalahan mendiagnosa pasien "     

"Kamu kan tidak salah, justru diagnosamu benar " dahi yoga berkerut mendengar justru nita yang mengaku bersalah.     

Nita tersenyum kecil, "iya mungkin saja diagnosa yang saya sebutkan benar, tapi sesuai peraturan selain dokter penanggung jawab tidak boleh mendiagnosa pasien "     

"Seharusnya tadi itu pakai suspek dan yang menentukan diagnosa pastinya dokter andien " nita melanjutkan ucapannya.     

"Lihat kerugian andien akibat tidak mendengarkanmu terlebih dulu karena kesombongannya " yoga mengomentari, "dia tidak tahu saja kalau istriku ini bukan orang sembarangan, dia paling pintar dari siapapun! "     

"Mulai lagi ngegombal! " cetus nita dengan tawanya, "tapi kenapa tiba-tiba dokter andien meminta maaf seperti itu? "     

"Karena pasiennya meninggal setelah operasi! " yoga menjawab dengan datar.     

Berbeda dengan ekspresi nita yang terkejut dan membulatkan kedua matanya, "pasien tadi meninggal? kenapa? "     

"Itu bisa saja terjadi, karena solusio plasenta menyebabkan rongga uterus yang tadinya dipenuhi oleh darah setelah dikeluarkan terjadi atonia karena pastilah pasien anemis. Dan ketika atonia uteri tekanan darah pasien drop mengakibatkan syok "     

"Kasihan sekali pasien itu " nita lalu berwajah sedih, "maafkan aku karena sepertinya tadi terlambat melaporkan keadaan pasien "     

"Kenapa harus kamu yang meminta maaf, yang sudah kamu lakukan itu sangat sesuai prosedur. Aku menilai bukan karena aku adalah suamimu! "     

"Bukan kamu yang harus bertanggung jawab " yoga mengusap dengan lembut pipi nita, "tapi andien sendiri yang harus belajar bertanggung jawab atas keteledorannya kali ini, tidak peduli siapapun dia jika dia bersalah harus mau menerima konsekuensinya "     

"Pasti ini akan akan menjadi audit " ucap nita memajukan bibirnya.     

"Tidak perlu dipikirkan " yoga memeluk nita, "kalau hal seperti ini adalah bagianku, semua biar nanti aku yang hadapi "     

"Manis sekali! " pekik nita, dia berkata dengan nada yang begitu manja.     

Yoga tertawa kecil sambil terus memeluk nita, "aku manis kan? "     

"Iya "     

"Keren juga kan? "     

"Tentu saja " jawaban nita bersamaan dengan tawa kecilnya.     

"Apa kamu lelah setelah seharian bekerja? " lagi-lagi yoga melontarkan pertanyaan pada nita.     

Kedua alis nita terangkat, "tidak, kenapa memangnya? "     

"Apa kamu senang ketika bekerja? "     

"Iya,,, " jawaban nita kali ini dengan wajahnya yang kebingungan.     

"Hari ini aku merasa jenuh, karena tidak bisa melakukan pekerjaanku karena cuti " ucap yoga, "karena aku senang jika sedang bekerja "     

"Apalagi bekerja denganmu " sambung yoga.     

Nita mengernyit, "bekerja denganku? dimana? "     

Yoga tersenyum lebar mendekatkan bibirnya di telinga nita, "di,,, tempat tidur! "     

Kedua mata nita membulat, seketika wajahnya memerah dengan tawa-tawa kecilnya yang begitu dipaksakan.     

"Jangan aneh-aneh deh! " cetus nita.     

Yoga semakin sengaja menyimpan pipinya di pundak nita.     

"Ayolah sayang,,, " rengek yoga, "beri aku pekerjaan, sejak kemarin aku terus saja melihat wajah cantikmu dan sekarang aku tidak bisa menahannya,,, "     

Nita terlihat menahan tawanya, yoga mengatakan hal seperti itu sangat lucu. Layaknya seorang pengangguran yang sedang melamar pekerjaan dan nita yang menjadi atasannya.     

"Iya, baiklah " nita mengusap pipi yoga yang menempel di pundaknya.     

Mendengar jawaban yang begitu menyenangkan yoga melebarkan senyumannya, dia mencium pundak nita yang lalu berpindah di lehernya dan lalu ke telinga nita, membuatnya tidak dapat menahan rasa geli merubah warna wajahnya menjadi memerah.     

"Sepertinya sebentar lagi perutmu yang semakin membesar akan membuat kita harus merubah posisi yang biasa kita lakukan "      

"Sayang! " cetus nita seraya memukul kecil yoga, "body shaming itu dilarang! "     

Yoga tertawa tanpa suara, "iya, maaf aku lupa " dia lalu mencium bibir nita agar wanita itu tidak dapat mengeluarkan suara dan dia dapat menyelesaikan pekerjaannya.     

"Sayang " nita mengelak dari ciuman yoga ketika mendengar sesuatu, "bukankah itu bunyi ponselmu? "     

"Aku bisa menerimanya nanti " jawab yoga, "sekarang aku harus menyelesaikan pekerjaanku denganmu lebih dulu "     

Dia kembali memberikan ciuman di bibir nita bertubi-tubi dan melanjutkan rencana pekerjaannya bersama nita di atas tempat tidur mereka.     

Ponsel yoga yang sedari tadi berdering pun tidak dihiraukannya, sepertinya saat ini hal yang paling utama adalah melakukan apa yang yoga sebut pekerjaan itu.      

Sampai beberapa waktu, ponselnya yang terus saja berdering akhirnya terhenti dan hening tanpa suara yang meninggalkan sebuah tulisan panggilan tidak terjawab dari seseorang bernama 'elsa' .     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.