cinta dalam jas putih

Cerita masa kecil



Cerita masa kecil

0"Kamu mau bekerja hari ini? " Yoga diberikan kejutan pagi oleh Nita yang telah berpakaian seragam di depannya. Waktu cuti istrinya masih beberapa hari lagi, tetapi sepertinya wanita pekerja itu sudah tidak bisa lagi berdiam diri di rumah.     

Nita tersenyum lebar, "iya "     

Yoga yang baru saja keluar dari kamarnya teraneh dengan istrinya itu yang tiba-tiba memajukan masa cutinya.      

Lalu terduduk di ruang makan disamping axel, sudah beberapa hari ini dia jarang sarapan bersama putranya itu karena kehadiran Elsa.     

"Ayah, kemari " panggil Axel, dia meminta ayahnya itu untuk lebih mendekatkan tubuhnya karena dia berniat akan mengatakan sesuatu.     

"Ini rahasia kita sebagai lelaki yah " bisik Axel.     

Yoga tentu saja lagi-lagi dibuat terkejut dengan perubahan sikap putranya itu, dan berusaha untuk tidak menertawakannya.     

"Bubu bilang harus bekerja hari ini supaya bisa memperhatikan ayah, katanya hari ini akan datang dokter cantik dan seksi! "     

Yoga menggosok-gosok hidungnya, menahan tawa dengan apa yang dilaporkan oleh putranya itu.     

"Sepertinya ibu takut ayah suka dengan wanita itu! " Cetusnya "bukankah bubu juga cantik yah? "     

"Atau ada yang lebih cantik dari bubu? " Pertanyaan anak berumur sembilan tahun itu cukup membuat yoga harus memutarkan otaknya agar jawabannya nanti tidak terdapat kesalahan.     

"Tapi, aku rasa bubu paling cantik yah " Axel menjawab sendiri pertanyaan yang dibuatnya tadi untuk ditujukan pada sang ayah.     

Yoga mengusap lembut rambut Axel, "memang tidak ada yang lebih cantik dari bubumu itu! " Yoga mengakuinya di depan seorang anak yang berpikiran sama sepertinya.      

Dia juga menyembunyikan rasa senangnya diperhatikan oleh nita seperti itu, sampai wanita itu rela memajukan masa cutinya.      

"Kita buat kesepakatan, bagaimana? " Yoga mengajak putranya itu bekerja sama dengannya, karena dia tahu nita pasti selalu lebih dekat dengan putranya itu.      

Dan kali ini dia sedang berusaha mengambil hati putranya itu agar bisa menjadi sahabat baik axel seperti Nita.     

"Beritahu ayah jika bubumu itu marah pada ayah, atau setiap yang kalian bicarakan harus diceritakan kembali pada ayah.. " bujuk rayu yoga di berikan olehnya pada Axel.     

Axel berpikir sejenak, "kalau bubu marah padaku nanti bagaimana? "     

"Dia tidak akan pernah marah padamu, bubu terlalu sayang padamu " yoga yang tahu pasti sifat Nita yang tidak pernah terlihat marah pada siapun, dan pada axel salah satunya.     

"Baiklah " akhirnya axel menyetujui kesepakatannya dengan sang ayah karena bujuk rayunya begitu meyakinkan.     

"Tapi ayah harus janji.. " sela Axel.     

Dia kembali berbisik di telinga ayahnya, "jangan membuat bubu sedih, atau jika ayah terlihat suka dengan wanita cantik lain ayah harus berhadapan denganku terlebih dulu. Karena aku tidak suka laki-laki yang menyakiti orang baik! "     

Yoga tertegun, mendengar ucapan terakhirnya yang terdengar seperti sebuah ancaman. Tapi dia menanggapinya dengan tawa kecil, mungkin dia hanya perlu meluruskan sedikit ucapan Axel nanti secara perlahan. Dia tahu Axel semakin besar, walaupun sikap axel di rumah dan sekolah baik dia tetap harus menyempatkan waktu untuk mengawasinya.     

Ketika diperjalanan menuju rumah sakit yoga sesekali menoleh ke arah Nita, dia begitu ragu untuk membicarakan hal ini pada istrinya itu. Tetapi dia begitu penasaran dengan Axel, dan semua hanya Nita saja yang mengetahuinya     

"Kamu merasa bahwa ucapan Axel akhir-akhir ini aneh? " Yoga bertanya pada nita ketika mereka berada di dalam mobil untuk berangkat menuju ke tempat mereka bekerja.     

Nita tersenyum, "yang mana? "     

"Itu.. " yoga menunda ucapannya, karena jika dia mengatakan padanya pastilah semua rahasianya akan terbongkar.     

"Aku merasa aneh saja anak sekecil Axel sudah bicara seperti orang dewasa " yoga akhirnya mengalihkan pembicaraannya.     

"Jaman Axel kan berbeda jaman kita dulu, pak! " Ucap Nita, "kalau dulu seusia axel itu hanya tahu nya main di lapangan, menonton acara kartun yang punya televisinya tetangga, kalau mau permainan canggih cuma ada gimbot, kita belum terkontaminasi sama yang namanya cinta monyet "     

Yoga tertawa mendengar cerita Nita semasa kecilnya, "kamu itu sebenarnya lahir di jaman siapa? Kenapa ceritanya seperti jaman dulu "     

"Aku pikir kamu lahir tahun sembilan puluh, jika melihat wajahmu yang masih imut " yoga melanjutkan ucapannya dengan menyelipkan sedikit rayuan gombal yang sering dipakai semua laki-laki.     

"Mulai deh! " Mata nita terbelalak mendengar rayuan basi dari suaminya itu.     

"Kamu pernah menonton televisi di rumah tetangga sewaktu kecil? " Yoga begitu penasaran dengan kisah kecil istrinya itu.     

"Iya " jawab Nita, "dulu kami punya rumah dan televisi, tapi karena ayah mendapat musibah karena sembarangan menerima pekerjaan yang melanggar undang-undang hak cipta. Membuatnya harus membayar dalam jumlah besar karena kalah di persidangan. Jadi nenek memutuskan untuk menjual rumah dan isinya "     

Nita kembali menjelajahkan pikirannya ke masa kecilnya, "aku hanya bisa membawa pakaian dan buku-buku saja saat itu.. "     

"Sampai nenek pun harus berjualan untuk membiayai sekolahku waktu itu, makanya semenjak itu aku berusaha untuk tidak mengeluh di hadapan nenek " dia melanjutkan cerita panjangnya.     

"Jika aku ingin melihat acara televisi, aku ikut kerumah temanku sekaligus meminjam buku pelajaran yang aku tidak bisa beli. Aku bisa membeli buku jika ada uang lebih dari hasil penjualan makanan yang nenek buat "     

Dari setiap ceritanya, Nita tidak pernah menyinggung tentang sosok sang ibu yang memang tidak pernah menemani masa kecilnya yang penuh perjuangan.     

Yoga tidak pernah tahu jika masa kecil istrinya itu tidak seindah masa kecilnya, walaupun dia bukan keluarga terpandang dan berada dia dapat dengan mudah mendapatkan fasilitas yang dia butuhkan waktu itu. Hatinya terenyuh mendengar sedikit cerita Nita, betapa harus bersyukurnya dia dulu karena Tuhan telah mempermudah kehidupannya.     

"Pantas saja kamu menjadi wanita yang hebat dan tangguh sekarang " yoga memberinya pujian atas keberhasilannya mengatur serta mengelola kehidupannya sendiri, tanpa harus berkeluh kesah dengan apa yang tidak dimilikinya dulu.      

Karena dia dengan benar tidak menjadikan kekurangannya sebagai alasan untuk tidak bisa berhasil, karena tekad dan usahanya mengalahkan semua kekurangan yang dimilikinya.     

"Jadi aku tepat sekali memilihmu menjadi ibu dari anakku " yoga kembali berkata dengan semua pujiannya yang tidak akan ada habisnya pada Nita.     

"Karena kamu hebat, anak-anakku nanti pasti hebat juga. Axel saja sekarang sudah terlihat hebat.... "     

Kedua alis Nita terangkat, dahinya pun terlihat berkerut mendengar setiap ucapan yoga yang selalu memujinya.     

"Oppa dokter memuji seperti itu pasti supaya aku mengembalikan kartu ATM yang aku sita kemarin! "     

Yoga merespon tuduhan Nita tersebut dengan tawanya, dia sama sekali tidak berpikiran seperti itu. Semua karena dia begitu hanyut terbawa perasaan karena cerita masa kecilnya dahulu yang dia tidak pernah mengalaminya.     

"Tidak seperti itu " yoga membela diri, "kamu memang patut dipuji dan di acungi jempol, aku sama sekali tidak pernah mengalami hal seperti itu. Jadi aku seperti tidak dapat menyombongkan diri, karena perjuanganmu lebih berat dari yang aku alami.. "     

Nita tertawa tanpa suara, dia tahu yoga adalah orang yang tidak pernah memuji seseorang jika menurut pemikirannya memang tidak harus mendapat pujian. Karena sewaktu bekerja dulu pun pekerjaannya hanya mengomeli semua staf yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan arahannya.      

Terlebih lagi pada dirinya, tidak pernah sedikitpun yoga memberikan pujian. Bahkan jika dia hitung berbicara dengannya hanya satu saja yang diingatnya, yaitu ketika dia terjebak banjir bandang. Selebihnya laki-laki itu hanya memarahinya dan meledeknya karena ditinggal pergi oleh tunangannya.     

Nita tersenyum jika mengingat hal seperti ini, sangat lucu dan diluar dugaan bahwa laki-laki yang dia beri nama orang bawel dan pemarah itu menjadi suaminya.      

"Ini! " Nita meraih satu tangan yoga sebelum dia keluar dari mobil ketika telah sampai di depan rumah sakit, dia menyimpan kartu ATM milik yoga yang semalam disitanya.     

"Ingat! " Ucapan Nita sedikit bernada ancaman, "jangan dipakai untuk membelikan sesuatu pada wanita lain! Aku mengembalikannya karena aku tahu rasanya tidak membawa uang sepeser pun ketika berada diluar rumah "     

Yoga tersenyum dalam keterkejutannya, istrinya itu benar-benar tidak dapat ditebak. Kemarahannya hanya sesaat saja dan hanya untuk mengingatkannya untuk supaya memperbaiki kesalahan yang sudah dibuat.     

"Tidak perlu berterima kasih " Nita berucap sebelum membuka pintu, "aku tahu aku baik! "     

Nita meninggalkan yoga sendirian yang masih terpaku tidak bersuara dengan tindakannya, wanita itu selalu membuatnya seperti sebuah kembang api yang meletup-letup indah karena perbuatan Nita padanya.     

***     

Nita memasuki ruangan PONEK dengan seperti biasanya, mendapatkan sambutan begitu meriah dari semua rekan kerjanya.     

"Kemarin itu, apa ibu benar melakukan kuretase? " Tanya Karin keanehan melihat sosok Nita yang hanya cuti beberapa hari, datang dengan penampilan baru yang lebih segar dan cantik.     

"Semakin cantik saja! " Karin melanjutkan ucapannya.     

Nita tertawa malu, "kita harus menjadi contoh untuk semua pasien kita, bahwa semua penyakit itu ada obatnya dan merubah pikiran kita agar lebih berpikiran sehat! "     

"Akhirnya ibu masuk juga, aku sudah menyerah dengan tanggung jawab ini " keluh Karin padanya.     

"Aku salut pada ibu yang selalu semangat, akhirnya aku bisa merasakan beratnya mempunyai tanggung jawab yang besar ini! "     

"Aku juga terpaksa masuk kerja hari ini " celetuk Nita, seraya menyimpan tas miliknya di atas meja ruangannya.     

Karin mengernyit, "kenapa? "     

Nita menghampiri Karin dan lebih mendekat dengannya.     

"Kamu tahu di apel tadi pihak rumah sakit mengumumkan dokter baru? " Bisik nita.     

"Iya " jawab Karin, "dokter itu cantik dan sedikit seksi menurutku, penampilannya lebih cocok menjadi dokter aesthetic! "     

"Jangan bilang... " Karin membulatkan matanya ke arah Nita, "ada yang takut suaminya di goda wanita cantik baru ya? "     

Nita tersenyum dan menganggukan kepalanya satu kali, dia mengungkapkan alasan sebenarnya tetapi tidak memberitahukan Karin bahwa Amanda adalah mantan pacar suaminya sewaktu sekolah menengah atas dulu.     

Dia tidak harus memberitahukannya, karena sepertinya tidak baik dan mungkin akan berpengaruh pada suaminya itu.     

"Memang benar, kita harus lebih hati-hati pada suami kita! " Ucapan karin kali ini begitu menggebu-gebu.     

"Ada wanita yang lebih suka milik orang lain diluar sana! " Dan kembali menyambungkan ucapannya yang sempat terhenti tadi.     

Nita menertawakan ucapan karin yang begitu lucu, dan jika dia kaitkan semua kejadian ini mendapati Elsa yang tengah mendapatkan perawatan dan Amanda yang mulai hari ini resmi bekerja di rumah sakit yang sama, itu seperti terulang kembali kejadian terjadinya 'perkumpulan para mantan! '.     

Jauh dari Nita dan Karin yang sedang bercerita tentang dokter cantik baru, yoga baru selesai menghadiri rapat mingguan yang selalu diadakan oleh pihak rumah sakit.     

"Dokter " Aditya menghentikan langkah yoga yang akan beranjak dari ruang rapat.     

"Bisakah kita bicara sebentar? "     

"Ya " yoga menjawabnya dengan singkat, dan menunggu Aditya yang tampak tengah merapikan kertas-kertas berharga yang baru saja di presentasikan olehnya.     

"Maafkan membuat dokter yoga menunggu " setelah semua rapi, dia bergegas menghampiri yoga yang masih berdiri menunggunya.     

Ketika berdiri dihadapan yoga, dia terlihat merogoh sesuatu di saku jas hitam miliknya.     

"Saya baru sempat mengembalikannya " lalu Aditya menyodorkan sebuah ponsel yang begitu dia kenal, dan itu adalah ponsel milik nita.     

"Maaf, kemarin saya mendapat tugas untuk pertemuan di luar kota jadi baru hari ini saya bisa mengembalikannya "     

Yoga belum berkata apapun ketika akhirnya dia menerima ponsel yang disodorkan oleh Aditya padanya.     

"Maaf, dokter jangan salah paham.. "     

"Tidak " yoga menyela ucapan Aditya yang berusaha menjelaskan mengapa ponsel milik nita ada padanya.     

"Istriku sudah menceritakannya " ucapan yoga terdengar menegaskan tentang status nita.      

"Dan kebetulan kita bertemu disini " yoga kembali melanjutkan ucapannya.     

"Aku berterima kasih karena pak Adit dengan baik hati menolong Nita yang mengalami sedikit masalah hari itu.. "     

Aditya tersenyum, sebenarnya dia sedikit terkejut Nita menceritakan semua pada suaminya itu. Dia melihat betapa jujurnya wanita yang begitu dikaguminya itu.     

"Saya hanya kebetulan lewat waktu itu, dan melihat nita yang berpisah tujuan dengan dokter Elsa di area parkir " penjelasannya sedikit menyindir kehadiran Elsa di tengah-tengah mereka.     

"Dia lupa membawa uang dan saya mengajaknya untuk makan ketika dia menunggu dokter Elsa "     

"Ya, Nita juga bercerita seperti itu. Termasuk lomba yang pihak restoran adakan " dan perkataan yoga kali ini benar-benar membuat aditya semakin terkejut, dan itulah alasan kemarin membawa nita kembali ke tempat yang pernah dia datangi bersama Aditya. Karena ketika menceritakannya Nita seperti menyukai makanan yang disajikan, tetapi menjadi kacau karena kehadiran Amanda.     

"Saya minta maaf jika Nita menyusahkan pak adit, dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah membantunya "     

"Tentu saja Nita tidak menyusahkan saya " respon Aditya sedikit gelagapan menanggapi ucapan yoga padanya.     

"Saya rasa cukup sampai disini, maaf jika sudah mengganggu waktu dokter " Aditya akhirnya menyudahi pembicaraannya dengan yoga, sebelum dia terpojok karena telah diketahui menyimpan rasa pada istrinya.     

"Baiklah " yoga tersenyum secara melangkahkan kakinya berjalan menuju ke arah poliklinik. Dengan segera memasuki ruangannya dan mengambil ponsel dari saku kemejanya, dia terlihat menghubungi seseorang.     

"Dion " panggil yoga di sambungan telepon pada asisten perawat yang paling dia percaya.     

"Sekarang juga ke poliklinik, aku ingin kamu membelikan sebuah ponsel terbaru untuk kanita! "     

"Baik dokter, sebentar lagi saya pergi "     

"Baiklah, terima kasih "     

Yoga mengakhiri sambungan teleponnya, dan mengambil ponsel milik nita yang baru saja diberikan Aditya padanya.     

Senyuman terlihat di wajah yoga, ini seperti sebuah kesempatan baginya. Dia lalu membuka sebuah laci yang terletak di bawah meja kerjanya dan menyimpan ponsel milik nita didalamnya...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.