cinta dalam jas putih

Calon Pemberani



Calon Pemberani

0Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, bahkan jika yang kita niatkan pada awalnya adalah karena ingin menolong sesama manusia.     

Nita terdiam di dalam kantornya sendirian, dia masih begitu trauma dengan hasil laboratorium yang diberitahukan oleh perawat IBS tadi.     

"Kenapa aku bisa lupa untuk membaca statusnya lebih dulu! " Cetus Nita dalam hatinya.     

Kedua tangannya beberapa kali mengusap wajahnya, dia begitu tidak percaya dengan kejadian hari ini. Walaupun dia selalu memantapkan hatinya untuk tulus menolong semua pasiennya, ternyata untuk tertular penyakit ini dia tidak bisa menerimanya. Setulus dan sebaik apapun Nita, dia hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Ketakutannya lebih besar dalam pikirannya dibandingkan dengan niat tulusnya.     

"Aku tidak boleh hanya berdiam diri! " Cetus nita dalam hatinya kembali, dia segera beranjak dari duduknya dan mengambil beberapa buku dari lemari di kantornya.     

Dia membaca beberapa buku yang didalam daftar isinya menjelaskan tentang penyakit tersebut.     

"Wah, kali ini aku benar-benar stres berat! " Nita membaca buku pertama yang dibukanya, dia begitu serius membuka lembar demi lembar buku yang memberikannya sedikit pencerahan yang melegakan hatinya.     

"Aku hanya perlu melakukan tes setelah dua sampai empat Minggu setelah terpapar cairannya.. " nita tersenyum kecil dalam ketakutannya, walaupun selama ini dia telah mengetahui resiko pada pekerjaannya itu. Untuk pertama kalinya dia melupakan keamanan perlindungan untuk dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak mendapatkan luka ketika menangani pasien tersebut, dan merasakan bahwa kondisi sedang di tahap baik walaupun dia sedang mengandung.     

"Dan harus selalu hidup sehat supaya imunitasku baik untuk saat ini! " Dia lalu berpikir sejenak, satu tangannya tersimpan di dagunya.      

Nita bahkan tidak tahu apa yang akan dia pikirkan saat ini, sepertinya dia hanya bisa melamun untuk sekarang. Dan dia hanya dapat berharap saja, semoga tidak akan terjadi hal yang sangat dia takutkan itu.     

"Kamu sedang apa? " Suara dari arah pintu bersamaan dengan ketukan tangan seseorang di pintu kantor nita.     

Lamunan kosong nita buyar seketika, mendengar suara dan ketukan di pintunya. Lengkungan bibir membentuk senyum terlihat diwajah nita melihat yoga sudah berdiri di hadapannya. Dengan cepat nita menutup buku yang baru saja dibacanya.     

"Aku menghubungi ponselmu " ucap yoga, dia melihat beberapa buku yang tertumpuk di meja nita.     

"Tapi sepertinya bu bidan sibuk sekali sampai tidak mengangkatnya! " Lanjut yoga, dia tahu apa yang telah nita baca ketika selintas tadi dia membaca sub judul dari buku tersebut yang begitu jelas.     

"Aku lupa dimana menyimpan ponselku.. " Nita memberi jawaban mudah pada yoga supaya dia tidak memperpanjang lebar alasannya tidak mengangkat telpon dari yoga.     

"Lupa lagi! " Cetus yoga pelan, dia lalu mengeluarkan ponselnya dan dengan sengaja menghubungi nita kembali tepat di depannya.     

Wajah nita seketika memerah ketika mendapati ponselnya yang berbunyi itu berada di bawah tumpukan buku-buku yang dibawanya tadi.     

"Disini rupanya.. " nita bersuara pelan, dia sesekali melirik ke arah yoga yang menatapnya aneh dengan gelengan kepalanya, dan menyilangkan tangannya.     

Nita melihat ke arah jam tangannya, "sudah waktunya pulang! "     

Dia segera beranjak dari duduknya, memasukan ponselnya kedalam tas dan berdiri dihadapan yoga.     

"Kita pulang sekarang? " Dia memasang wajah yang teramat imut dihadapan yoga. Membuat laki-laki itu tertawa kecil, dan menghilangkan rasa khawatirnya pada nita.     

Dia tahu nita tengah khawatir dengan kejadian tadi, sampai-sampai ponsel yang berdering pun tidak dihiraukannya sama sekali. Lamunannya terlalu kuat, dan itu tentu saja membuat yoga merasakan kekhawatiran yang begitu besar padanya.     

"Mau apa dokter edwin berdiri disitu! " Nita bicara pelan, dahinya berkerut melihat sosok dokter Edwin yang berdiri di halaman parkir rumah sakit dan melambaikan tangannya ke arah nita dan yoga.     

"Pasti mau lakukan kerusuhan lagi! " Cetus Nita dalam hatinya, dia tetap melangkahkan kakinya menuju halaman parkir dengan yoga yang berjalan disampingnya.     

"Jalannya seperti putri siput! " Cetus dokter edwin ketika nita sudah berdiri didepannya, "kebanyakan melamun, jadi jalannya berat! "     

Nita membulatkan kedua matanya dan mulutnya mengerucut, diperlihatkannya ke arah yoga. Dia berharap yoga akan membantunya kali ini, tapi ternyata yoga pun malah menertawakannya.     

"Dokter edwin berangkat dengan saya.. " tiba-tiba muncul aditya dari arah belakang nita dan yoga.      

Nita mengernyit, teraneh melihat tiga laki-laki dan hanya dia seorang perempuan telah berkumpul dihalaman parkir rumah sakit. Sosok-sosok keren mengelilingi nita, dia seketika seperti menjadi sosok geum Jan di yang selalu diikuti oleh anggota F4 yang terkenal di seantero Korea bahkan mancanegara.     

"Ada apa ini? " Tanya nita tiba-tiba, "kenapa bisa main keroyokan seperti ini! "     

Yoga dan aditya hanya tertawa kecil mendengarkan ucapan nita yang terdengar lucu.     

"Aku baru dapat pembayaran dari novelku, jadi baru hari ini bisa membayar kekalahanku! " Cetus dokter Edwin pada Nita, "bukan mau memalak kamu, karena keroyokan seperti ini! "     

Nita memiringkan mulutnya ketika dokter Edwin bicara seperti itu padanya, "wajar saja aku curiga, kaliankan tidak memberitahu aku terlebih dulu! "     

Dan kali ini dia melirik ke arah yoga, "main bawa anak perempuan, dan dipertemukan dengan pembuat huru hara! "     

"Jadi aku provokator? " Tanya dokter Edwin pada nita dengan tawa kagetnya.     

Nita menyipitkan matanya ke arah dokter edwin, "iya.. "     

"Kita berangkat sekarang.. " kali ini yoga yang menjadi penengah diantara kerusuhan yang terjadi antara dokter Edwin dan istrinya itu.     

Dia membukakan pintu mobil untuk nita. Dia terlihat menoleh ke arah dokter Edwin yang menjulurkan lidah ke arahnya, bola mata seperti akan keluar dari tempatnya di ledek seperti itu.     

Yoga tersenyum menggelengkan kepalanya, melihat tingkah keduanya yang sudah seperti anak-anak remaja yang sedang berseteru. Tapi sepertinya, dia akan membiarkan situasi kali ini seperti itu. Dia senang melihat nita walaupun sedang kesal, dia berharap istrinya itu akan melupakan sejenak kejadian tadi dengan acara hari ini.     

Yoga merasa biar dia saja yang menggantikan nita untuk menanggung beban akibat dari resiko pekerjaan yang digeluti nita.      

"Kenapa senyum-senyum seperti itu? " Tanya nita ketika berada di dalam mobil, mendapati yoga yang senyum-senyum sendiri.     

"Lucu saja! " Cetus yoga pendek, dia masih fokus dengan kemudinya.     

"Apa yang lucu? " Nita bertanya kembali, dia merasa tidak ada yang lucu saat ini.     

"Melihat kamu dan dokter Edwin yang seperti film Tom and Jerry ! " Jawab yoga, "ternyata kamu galak juga ya sama lelaki keren seperti itu.. "     

"Galak dan lelaki keren.. " nita lalu tersenyum tipis ke arah yoga, dia mencium aroma cemburu pada suaminya kali ini. Tangannya mulai menggelitik pinggang yoga ketika kebetulan mereka berhenti di saat lampu merah lalu lintas menyala.     

"Cemburu ya? " Nita terus menggencarkan aksinya itu, dengan tawa di wajahnya.     

Yoga yang berusaha melepaskan diri, tertawa geli.     

"Aku sama sekali tidak cemburu " ucap yoga dengan sedikit candaan menjulurkan lidahnya ke arah nita.     

"Manis sekali! " Pekik Nita, dia mencoba merayu yoga kali ini. Dia berusaha merubah posisi duduknya untuk lebih dekat ke arah yoga. Dia ingin membuat laki-laki itu marah padanya karena cemburu.     

Tapi yoga dengan cepat melayangkan satu sentuhan kilat di bibir nita yang berada di dekatnya.     

"Oppa dokter, kita sedang di kemacetan jalan raya! " Wajahnya memerah mendapat paket ciuman kilat dari yoga di dalam mobil ketika lampu merah menyala.     

Yoga tertawa kecil melihat wajah istrinya yang memerah seperti itu.      

"Kamu tidak usah tegang seperti itu! " Yoga menyimpan satu tangannya di kening nita dan membuat tubuhnya bersandar di kursinya, dia menghalangi penglihatan yoga pada kaca spion samping mobilnya.     

"Kita kan bukan sedang pacaran! " Ledeknya.     

"Pak dokter! " Yoga membuat nita menjadi salah tingkah karena ucapannya, dia hanya merasa aneh saja. Mendapat ciuman di saat lampu merah menyala itu seperti dalam sebuah film-film romantis saja.     

.....     

Aditya dan dokter Edwin yang telah sampai lebih dulu melambaikan tangannya ke arah yoga.     

"Kamu suka makanan Korea? " Yoga berjalan disamping nita menghampiri dokter Edwin dan aditya yang telah memesan tempat paling ujung.     

"Sedikit " nita melebarkan senyumannya ke arah yoga, sebenarnya dia lebih suka jika mereka makan nasi goreng yang berada di seberang rumah sakit karena sesuai dengan lidah Indonesianya. Tapi karena dia hanya mendapat traktiran dari seseorang jadi dia harus menerimanya saja.     

"Akhirnya makananmu datang! " Cetus dokter Edwin ke arah nita.     

"Makananku? " Nita baru saja duduk, telah mendapati pegawai restoran telah menyimpan begitu banyak makanan sampai memenuhi meja yang mereka pesan.     

Matanya memelototi semua makanan yang telah tersaji dihadapannya, aroma yang menggiurkan membuat nita tidak dapat menahan untuk menelan air liurnya bulat-bulat.     

"Ini pesanan siapa? " Tanya nita tanpa memalingkan pandangannya dari makanan yang telah tersaji di depannya.     

Makanan dihadapannya lebih menarik saat ini dibandingkan ketiga laki-laki keren yang menemaninya.     

"Kamu! "      

Nita mendengar dengan begitu jelas ketiga lelaki itu menjawabnya dengan sangat kompak dan bersamaan.     

"Kompak sekali! " Mata nita lalu secara bergantian menatap ketiga laki-laki aneh itu dengan tawanya.     

"Ini namanya bunuh diri karena kesenangan! " Cetus Nita membuat mereka semua tertawa, karena sejak tadi apa yang dikatakannya terdengar lucu dan membuat mereka tertawa.     

"Aku hanya mau ramyeon! " Mata nita sudah memburu ramen kesukaannya.     

"Untukmu ini saja! " Yoga mengetahui dengan pasti makanan apa yang diincar istrinya itu, dengan cepat dia menyimpan miyeok guk sup rumput laut khas Korea dan japchae dekat Nita.     

Wanita itu melirik kesal ke arah yoga, dia tidak membiarkannya merasakan ramen favoritnya itu karena tidak akan memberikan nutrisi baik untuk kehamilannya.     

Dari ujung bola matanya dia dapat melihat dokter Edwin dan aditya yang menertawakannya. Dia kembali bersikap biasa untuk menutupi malunya dihadapan kedua laki-laki yang dikatakannya tadi dapat membuat huru-hara.     

"Semua orang memperhatikanku! " Ketika nita memasukan makanannya kedalam mulutnya, dia selalu dipandangi oleh orang-orang.     

"Kenapa kalian tidak membawa pasangan kalian sekarang! " Celetuk nita di tengah-tengah kefokusan mereka menyantap makanan. Membuat dokter edwin dan aditya tersedak oleh bulgogi yang dimakannya.     

"Semua orang melihatku karena aku satu-satunya wanita diantara kalian.. "     

Yoga tertawa kecil, dia memberikan isyarat pada nita dengan sikutannya, nita yang terduduk disampingnya menoleh ke arahnya.     

Bola mata yoga bergerak ke arah dihadapan nita, yang terduduk Aditya dan dokter edwin.     

Nita tertawa malu melihat mereka berdua yang memandanginya tanpa kata-kata.     

"Maaf.. " dia baru menyadari bahwa dia sedang berbicara dengan kedua atasannya, "lanjutkan saja.. "     

Wajahnya memerah, dia kembali menoleh ke arah yoga yang sedari tadi menggosok-gosok hidungnya. Dia berusaha menahan tawanya melihat tingkah nita, sepertinya calon bayi nanti akan menjadi sosok yang pemberani, tebak yoga.     

"Kamu jahat sekali! " Dokter Edwin memasang wajah sedihnya ketika yang dibicrakan Nita itu adalah sesosok pasangan.     

Sedangkan Aditya hanya bisa tersenyum saja, dia tipe lelaki dengan pembawaannya yang tenang dan tidak banyak bicara.     

"Aku kan sudah bilang maaf tadi! " Nita tersenyum lebar kearah mereka berdua, lalu mengambil satu irisan daging dengan sumpit yang dipegangnya. Dia menyimpannya kedalam mangkuk ketiga laki-laki yang sedang memandanginya karena ucapannya yang memprovokasi jiwa dua orang yang masih betah hidup menyendiri...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.