cinta dalam jas putih

Dating plan



Dating plan

0Kedua mata nita membuka dan mendapati axel yang tertidur disampingnya, memutarkan pandangannya ke arah dimana yoga yang terlelap di sofa.     

"Dua jagoanku manis sekali! " cetus nita dalam hatinya, senyum lemahnya muncul mengetahui dirinya dijaga oleh kedua laki-laki ketika dia tertidur.     

Dia mencoba untuk bangun dan duduk di tempat tidurnya, mengusap keringat yang bercucuran di wajah dan lehernya.     

Mencoba menurunkan kedua kakinya, dan mengumpulkan semua tenaga di kedua kakinya sebelum dia beranjak dari duduknya.     

"Kamu mau kemana? " yoga terbangun ketika melihat nita yang telah terduduk.     

Dia segera bangun dari tidurnya dan beranjak menghampiri nita.     

Nita tersenyum, "aku tidak apa-apa... "     

Yoga terduduk disamping nita, mendapati wajahnya yang penuh dengan keringat. Tangannya mengusap keringat di wajah nita, dan dilehernya.     

"Demamnya sudah turun.. " diusapnya semua keringat diwajah dan leher nita.     

"Oppa dokter " panggil nita.     

"Ya.. "     

Nita berbisik ke arah yoga, "aku mau ke kamar mandi! Paracetamol infus yang di loss tadi membuat vesika aku penuh.. "     

"Aku pikir ada apa " yoga menanggapi ucapan nita dengan senyuman, dia segera membantu nita untuk berdiri dan menuntunnya ke kamar mandi.     

"Baju yang kamu pakai sepertinya dibasahi keringat! " seru yoga ketika sampai di depan pintu kamar mandi, dia memastikan nita dapat berdiri tanpa bantuannya.     

"Aku ambilkan bajumu dulu " sambungnya, "kamu tidak perlu mengunci pintunya! "     

"Iya.. " nita tersenyum menganggukan kepalanya.     

Yoga berjalan menuju ke arah lemari pakaian nita. Dia dihadapkan pada pilihan yang menurutnya teramat sulit dalam hidupnya, yaitu memilihkan satu pakaian untuk nita diantara banyaknya tumpukan-tumpukan pakaian milik istrinya tersebut.     

"Kenapa wanita itu selalu saja memiliki tumpukan baju sebanyak ini! " cetusnya seraya memandanginya, dia mencoba mencari pakaian yang nyaman untuk dipakai nita saat ini.     

"Ini... " tangannya memulai melihat pakaian nita satu persatu.     

"Yang ini saja! " tangan nita lebih cepat mengambil pakaian miliknya dari arah belakang yoga. "nanti yang ada oppa dokter acak-acak semua baju yang ada di lemari! "     

Tangan nita sudah memegang satu stel piyama yang akan dipakainya.     

Yoga tersenyum malu, "harusnya kamu beri judul diantara tumpukan baju itu, mana baju tidur, baju bermain, dan baju ke pesta! "     

Nita tertawa kecil, "memangnya mainan boneka kertas setiap baju ada tulisannya! "     

Yoga tertawa kecil tanpa suara, dia sangat tahu mainan jaman 90an yang nita sebutkan itu. Ini seperti istrinya itu membawa mereka ke memori ketika mereka masih anak-anak.     

"Infusnya boleh di aff kan sayang? "     

Yoga mengernyit mendengar panggilan sayang nita padanya, dia memandang ke arahnya tampak senyuman dan matanya yang membulat cantik.     

"Biar aku lihat dulu! " yoga menyimpan tangannya di kening nita.     

Tangan nita meraih tangan yoga yang berada di keningnya, "aku minum obat oral saja, aku janji istirahat dengan baik dan minum obat teratur.. "     

Yoga masih berpikir, dia tadi memang sengaja memasang infus pada nita ketika tiba-tiba nita pingsan dirumah dengan alasan agar supaya istrinya itu mendapatkan obat dan cairan yang cukup. Sekarang wanita manja miliknya itu telah memasang kembali wajah manis dan sikap manjanya yang memperlihatkan bahwa dia sudah sehat.     

"Tunggu sebentar " yoga beranjak mengambil kapas alkohol yang tersimpan di lemari kecil disudut ruangan kamarnya.     

"Sakit? " tanya yoga ketika dia melepaskan jarum infus yang menempel di tangannya.     

"Lumayan " jawab nita tersenyum tipis, matanya memandangi yoga yang membersihkan darah yang mengering di area tusukan jarum.     

"Jangan melihatku seperti itu! " seru yoga, dia masih fokus pada luka ditangan nita. "aku tahu kamu cinta mati dengan oppa doktermu ini! "     

Kedua alis nita terangkat, dia terkekeh. "aku tidak salah dengar? bukannya oppa dokter yang cinta mati sama bidan yang ditinggal nikah tunangannya! "     

"Mantan pacar keponakannya juga! " celetuk yoga.     

Nita tersenyum malu, "sudah jangan diungkit yang itu.. "     

Yoga tertawa geli, "kamu pasti belum tahu kalau wildan sudah bercerai dengan istrinya? "     

Nita mengernyit, tidak memberikan komentar apapun. Tangannya sibuk membuka kancing-kancing bajunya.     

"Sepertinya dia masih memendam cinta masa sekolahnya dulu! " lanjut yoga.     

"Laki-laki kok nggak move on sih! " cetus nita.     

Dia tidak memasukan semua perkataan yoga dengan serius, "kalau mantan itu harus disimpan pada tempatnya.. "     

Yoga tertawa kecil, dia menjadi fokus pada nita yang melepaskan semua pakaiannya dihadapannya "kamu seksi sekali, sudah berani tidak berpakaian dihadapanku! ditambah membicarakan mantan pacar di malam hari.. "     

Nita terkekeh, dia dengan cepat memakai pakaiannya. Dia memang sengaja melakukannya supaya yoga berhenti membicarakan tentang Wildan dan fokus pada tubuhnya saja.     

"Aku baru sadar ternyata jika tidak berpakaian seperti tadi kamu seperti model! " yoga mendekat ke arah nita dan membantunya mengancingkan piyama yang nita pakai, dan mengikatkan rambut nita yang terurai.     

Nita tersenyum tipis, "baru sadar oppa dokter? kemarin-kemarin kalau kita tidur pasti matanya tertutup! "     

Yoga mencubit kecil pipi nita, "memangnya kamu kalau tidur dengan mata terbuka? "     

Dia membawa nita untuk berbaring di atas tempat tidurnya bersama axel yang sudah terlelap. Dia pun ikut berbaring disamping nita, dan memeluknya.     

"Kita harus mengganti tempat tidurnya " ucap yoga.     

"Kenapa? inikan masih bagus.. "     

"Nanti kalau sudah ada satu anak lagi, aku pasti tidur di sofa itu! "     

Kedua alis nita terangkat, bibirnya melengkung membentuk senyuman. Jari-jarinya bermain di dada yoga.     

"Aku hampir lupa! " yoga menyambung ucapannya, "tadi siang selesai test, dokter Kim menghubungiku. Dia mengundang kita makan malam dirumahnya "     

"Dalam rangka apa? " nita teraneh.     

"Aku juga tidak tahu " jawab yoga, "dia memang sering mengadakan acara seperti itu dengan semua keluarga dokter rumah sakit.. "     

Nita terdiam sejenak, dia merasa belum menyiapkan dirinya untuk bisa bergabung di komunitas suaminya itu. Nita selalu merasa jika dia ikut bergabung justru akan membuat yoga malu.     

"Kalau kamu tidak mau, kita tidak perlu datang ke acara itu! " seru yoga, dia dapat mengambil kesimpulan dari diamnya nita.     

Nita tersenyum pendek, "kapan acaranya? "     

"Akhir pekan besok " jawabnya, "kalau kamu tidak suka hal-hal seperti itu, aku juga tidak akan memaksamu untuk ikut "     

"Aku ikut oppa dokter saja " jawab nita, "lagipula ini acara yang sudah rutin, jadi aku akan ikut "     

"Apa kita bisa bawa Axel? " sambungnya.     

Yoga tersenyum dan menempelkan bibirnya di telinga nita, "bagaimana kalau untuk akhir pekan besok kita pergi berdua saja, setelah pulang dari acara itu aku akan mengajakmu kencan, dan kita menginap di hotel satu malam saja.. "     

"Axel pasti tidak akan marah " yoga melanjutkan perkataannya, "aku tidak pernah mengajakmu kencan, jadi aku merencanakan kencan setelah menikah ini dengan sangat baik! "     

Nita tersenyum lebar tidak pernah menyangka yoga mengajaknya kencan.     

"Baiklah, aku ikut saja! " nita mengusap pipi yoga, "kenapa tiba-tiba mengajakku kencan? "     

Yoga memeluk dengan erat tubuh nita, dan mengusap rambutnya.     

"Aku menikahimu dulu tidak dengan cara yang istimewa yang banyak pasangan lain lakukan, bahkan setelah menikah pun aku hanya sibuk mengurusi pekerjaanku sendiri. Aku semakin membebanimu karena harus merawat axel yang bukan putramu sendiri " ucap yoga, "aku tidak pernah memberikanmu kesan romantis seperti yang para wanita inginkan "     

Nita tersenyum mendengar perkataan yoga padanya, karena untuk saat ini dia sama sekali tidak mempermasalahkan semua yang diucapkan yoga. Baginya, pernikahan itu tidak hanya dilihat dari acara yang mewah saja. Tapi bagaimana nita bisa menjadikan latar belakang mereka yang berbeda menjadi sebuah keunikan dalam menjalani sebuah hubungan, sehingga membuat mereka tidak akan pernah merasa jenuh dengan pasangan.     

"Jadi aku memutuskan akhir pekan besok kita buat kencan yang spesial! " seru yoga, "dan ini juga sebagai hadiah dari pengangkatanmu sebagai kepala ruangan.. "     

"Terima kasih sebelumnya, oppa sayang " nita memberikan satu ciuman di pipi yoga, "karena sudah begitu memberiku banyak keistimewaan.. "     

"Apapun yang oppa dokter lakukan untukku, walaupun menurut orang lain hal biasa, aku selalu menganggapnya begitu istimewa.. "     

Yoga tersenyum mencium kening nita, mengusap rambut nita yang terlepas dari ikatannya.     

"Tapi bagaimana kita bilang pada Axel? " nita lalu bertanya mengenai axel kembali, "aku tidak tega jika harus meninggalkannya sendiri "     

Yoga menarik nafasnya, nita selalu tidak bisa diajak melakukan sebuah kompromi dengannya jika harus meninggalkan axel.     

"Aku pasti akan ingat axel terus nanti.. " sambungnya.     

"Satu malam saja.. " ucapan yoga memelas pada nita, "hanya satu hari saja kita pergi berdua, aku janji kita akan buat acara selanjutnya membawa Axel! "     

"Ada mba mumu dan pak itor yang menemani axel " yoga mencoba meyakinkan nita untuk setuju dengan rencananya.     

Nita terdiam sejenak, memikirkan sesuatu dalam waktu beberapa detik dan lalu tersenyum ke arah yoga sebelum menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju.     

Yoga tersenyum senang ketika nita setuju dengan apa yang sudah direncanakannya.     

"Baiklah, sekarang saatnya tidur! " yoga mencium kening Nita.     

Dan diapun sudah membayangkan hal apa saja yang dia lakukan bersama nita di acara kencan yang dia rencanakan nanti...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.