cinta dalam jas putih

Sebuah Tangisan



Sebuah Tangisan

0"Maaf membuatmu lama menunggu! " seru yoga ketika nita masuk dan duduk di dalam mobil. "tadi tiba-tiba rapatnya membahas hal yang tidak di rencanakan.. "     

"Tidak apa-apa " Nita tersenyum pendek, dia melihat ke arah yoga tapi tidak berkata apapun lagi.     

"Kenapa kamu harus menunggu diluar, padahal cuaca hari ini begitu panas " yoga berucap, sambil mulai mengemudikan mobilnya sesekali melihat nita "sampai wajahmu memerah seperti itu.. "     

Nita langsung memegang kedua pipinya, dia hanya merasakan seluruh tubuhnya seperti terbakar sore ini.     

"Kamu sakit? " tanya yoga.     

Nita hanya menggelengkan kepalanya, begitu malas untuk mengeluarkan suaranya.     

Satu telapak tangan yoga menempel di pipi nita, "kamu sepertinya demam.. "     

Nita sepertinya tidak mendengarkan ucapan yoga padanya, bahkan sepertinya diapun tidak menyadari ketika satu tangan yoga yang menempel di pipinya.     

Dahi yoga berkerut memperhatikan sikap nita hari ini, dia terlihat menatap lurus ke arah jalan yang berada dihadapannya. Tatapannya begitu kosong, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu yang begitu berat. Sampai yoga yang berada disampingnya pun tidak dia hiraukan. Dan diapun tidak menggubris perkataan yoga padanya.     

"Aku tidak tahu akan seperti ini.. " yoga berbicara di dalam hatinya, "aku tidak memikirkan hal terburuk ketika menyetujui surat mutasimu.. "     

Penyesalan terlintas di benak yoga, dia yang pada awalnya percaya dengan nita yang kuat menghadapi apapun ketika melihat keadaan nita hari ini membuatnya merasa bersalah.     

Dia begitu ingin bertanya banyak pada nita, tapi sepertinya kali ini dia harus memberikan kesempatan pada nita untuk sendiri terlebih dahulu menikmati lamunannya.     

"Nita! " yoga memegang tangan nita yang masih dalam lamunannya, bahkan nita masih belum menyadari ketika mereka telah sampai di depan rumah.     

Nita terperanjat dan lalu menyadari bahwa mobil sudah terhenti di depan rumah, "aku sepertinya melamun terlalu panjang sampai tidak sadar sudah sampai rumah! "     

"Kamu bukan melamun, tapi tertidur tadi.. " yoga tersenyum seraya mengusap rambut nita, "kamu pasti kelelahan sekali hari ini "     

"Aku hanya sedikit pusing tadi dan.. " nita tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba dia merasakan mual yang membuatnya ingin muntah. Dia berusaha menahannya dengan menutup mulutnya dengan satu tangannya. Satu tangannya dengan cepat membuka pintu mobil, secepat mungkin nita keluar dari dalam mobil dan berlari menuju kamar mandi yang terletak di kamarnya.     

"Ini.. " yoga menyodorkan sebuah handuk kecil, berdiri disamping nita yang masih memuntahkan semua yang dimakannya tadi siang. Dia mengusap punggung nita, sambil sesekali memegang rambut nita yang terlepas dari ikatannya.     

"Maaf,, " nita mengusap bibirnya dengan handuk yang yoga berikan padanya, dia begitu malu karena yoga melihat dan menemaninya ketika dia muntah tadi.     

"Tidak apa-apa " yoga memegang pipi nita, dia menghapus jejak air mata di pipi nita. Dan tersenyum ke arah nita, "apa sekarang sudah lebih baik? "     

Nita menganggukan kepalanya, "aku tidak apa-apa, cuma mual saja. Aku merasa badanku dibasahi keringat, aku mandi saja.. "     

"Sebaiknya jangan, nanti sakitmu bertambah parah! " yoga melarang nita.     

"Aku baik-baik saja.. " nita memperlihatkan senyumannya ke arah yoga, kedua tangannya mendorong yoga untuk keluar dari kamar mandi.     

"Sepuluh menit saja! " seru nita pada yoga sebelum menutup pintu kamar mandinya.     

Yoga menggelengkan kepalanya dengan kedua alisnya yang terangkat, "awas saja kalau sepuluh menit tidak keluar dari kamar mandi.. "     

"Bubu kenapa yah? " axel menghampiri yoga yang terlihat masih berdiri di depan kamar mandi, "aku lihat tadi bubu seperti menangis "     

"Menangis? " suara yoga pelan, dia menyipitkan matanya menolehkan pandangannya ke pintu kamar mandi. Dan berganti ke arah axel, dia tersenyum dan mengusap rambut putranya itu. "kamu bisa bantu ayah? "     

"Iya " jawaban axel bersamaan dengan anggukan kepalanya.     

"Tolong beritahu mba mumu untuk membuatkan teh jahe untuk bubu "     

"Baik yah.. " axel dengan segera berlari, dengan cepat dia melakukan apa yang sudah diperintahkan oleh ayahnya itu.     

Yoga berjalan menuju lemari pakaian milik nita, walaupun dia tidak berpengalaman memilihkan pakaian untuk seorang wanita yoga memaksakan dirinya untuk bisa memilih satu pakaian diantara banyaknya tumpukan pakaian. Dan matanya hanya tertuju pada piyama berlengan panjang berwarna navy, dia mengambil dan menyimpannya diatas tempat tidur.     

"Dia bilang sepuluh menit! " cetus yoga melihat ke arah jam di dindingnya, dia terlihat mondar-mandir di depan pintu kamar mandi. Yoga mencoba mengingat sudah berapa lama nita berada didalam kamar mandi. "dia aneh sekali hari ini! "     

Yoga mencoba tenang, memberikan lima menit waktu tambahan untuk nita. Dia sedang merasa cemas saat ini, karena sudah hampir 30 menit nita berada didalam kamar mandi.     

"Dia membuatku cemas.. " yoga akhirnya memutuskan akan masuk kedalam kamar mandi, karena waktu tambahan yang diberikannya sudah berakhir.     

"Nita, apa kamu baik-baik saja... " yoga membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci, dan masuk ke dalam.     

Yoga terkejut melihat sosok nita tergeletak pingsan, yang masih dengan seragam yang dipakainya. Basah kuyup karena guyuran air dari shower yang menyala.     

Yoga mengambil handuk dan segera menghampiri nita, "nita,,, "     

Dia menghentikan aliran air dari shower dan membuka pakaian nita basah dan menutupi tubuh nita dengan handuk yang dibawanya, mengangkat tubuh nita yang masih tidak sadarkan diri.     

"Ada apa denganmu! " yoga segera mengeringkan tubuh nita, dan memakaikan pakaian yang diambilnya tadi. Dan menyelimutinya agar tidak kedinginan, mengambil ponselnya dan menghubungi seorang sahabatnya yang juga berprofesi sebagai dokter untuk datang secepatnya.     

"Tidak apa-apa " ucap sahabat yoga yang bernama Arya, setelah melakukan pemeriksaan pada nita, "mungkin hormon serotonin dan adrenalinnya terganggu, bukankah kamu bilang istrimu itu tidak pernah mengeluh apapun "     

Dahi yoga berkerut mendengar ucapan sahabatnya itu, secara tidak langsung dia menyebut hormon yang menyebabkan stres.     

"Istirahat beberapa hari, dan aku akan berikan obat untuk pencernaannya " dia memberikan yoga selembar kertas resep.     

Pundak yoga ditepuknya, "semoga istrimu cepat sembuh, supaya dia bisa melihat langsung ketika kamu serah terima jabatan sebagai kepala OBGYN nanti.. "     

"Terima kasih " yoga tersenyum dan lalu mengantar arya sampai kedepan rumah.     

Dia menghampiri nita yang setelah diberi suntikan obat, tengah tertidur. Di duduk disamping nita, dan mencium satu tangannya.     

Nita dapat merasakannya, matanya yang terpejam perlahan membuka. "maaf sudah merepotkan oppa dokter.. " suara nita serak.     

Yoga tersenyum, menyimpan tangan nita yang dipegangnya di satu sisi pipinya. "ini harus jadi yang terakhir kamu seperti ini lagi,,, aku sangat ketakutan tadi! "     

Nita tersenyum lemah, "maafkan aku sudah membuatmu khawatir.. "     

Yoga menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kecil, dia menciumi tangan nita bertubi-tubi untuk menyembunyikan rasa sedihnya.     

"Bubu,,, " axel yang muncul dari balik pintu menghampiri nita di tempat tidurnya. "apa sekarang bubu sudah baikan? "     

Yoga tersenyum meraih tangan axel untuk duduk di pangkuannya.     

"Bubu tidak apa-apa " nita memegang tangan axel, "kenapa belum tidur? besok harus sekolah.. "     

"Aku akan tidur setelah memastikan bubu baik-baik saja.. " jawab axel.     

"Aku antarkan axel ke kamarnya " sela yoga.     

Nita terdiam sejenak, dan menarik tangan yoga. "axel tidur disini saja boleh? kita tidur bertiga disini.. "     

Yoga berpikir sejenak, awalnya dia merasa bahwa axel akan mengganggunya. Tapi sepertinya nita membutuhkan teman untuk menemaninya.     

"Iya " yoga menyetujuinya, dia akan mengikuti semua permintaan istrinya itu.     

Axel telah tertidur disamping nita, ketika yoga masih sibuk dengan laptopnya. Dia terduduk di sofa yang berada di sudut jendela kamar, sesekali dia melihat ke arah nita yang tertidur lelap.     

Tangannya terhenti ketika mendengar suara tangisan, yoga memastikannya lebih jelas bahwa dia mendengar seseorang yang menangis.     

Dia berjalan mendekati nita yang tertidur miring, terlihat oleh yoga nita yang menangis tersedu-sedu, tetapi matanya masih terpejam.     

"Apa kamu bermimpi buruk.. " suara yoga begitu pelan agar tidak membangunkan nita, dia membaringkan tubuhnya disamping nita memberikannya pelukan dan usapan lembut di rambutnya.     

"Aku tidak mau pergi.. " nita mengeluarkan ucapannya dalam tangisnya, "aku harus bisa menghadapi mereka.. "     

Yoga menghapus tiap tetesan air mata yang muncul di ujung mata nita, dia menjadi merasa bersalah melihat nita seperti sekarang ini.     

"Ibu tidak boleh membawaku pergi.. " dan suara nita yang terakhir ini tidak terdengar oleh yoga, dia sudah terlelap memeluk nita. Hari inipun dia merasakan kelelahan, karena jabatan baru yang di dapatnya membuatnya menjadi lebih sibuk di tempatnya bekerja.     

"Selamat pagi,,, " yoga melihat nita pagi ini sudah terduduk di tempat tidurnya, wajahnya terlihat lebih segar dari kemarin malam. Hanya matanya terlihat sedikit bengkak karena menangis semalaman dalam tidurnya.     

"Kamu mau kemana? " suara yoga sedikit tinggi melihat nita yang akan beranjak, terhenti karena yoga bertanya padanya.     

"Ke kamar mandi " jawab nita.     

"Mau apa? kamu kan harus istirahat. Jadi hari ini tidak bekerja! "     

Nita melihat ke arah yoga yang sudah berpakaian rapi, "tapi, aku... "     

"Tidak ada tapi! " yoga menyela, "kamu harus menuruti perkataanku "     

"Iya aku tidak akan pergi bekerja " Nita menuruti perkataan yoga, "aku hanya pergi ke kamar mandi, karena aku merasa tidak nyaman tidak memakai pakaian dalam! apa aku harus pakai didepan pak dokter? inikan hal yang tidak perlu dikatakan... "     

Yoga mencoba menahan tawanya, wajahnya menjadi memerah karena malu. Kemarin itu dia terlalu ketakutan melihat nita yang pingsan dengan pakaian basah, lagipula dia tidak mengetahui lebih detail pakaian dalam wanita walaupun sering melihat nita memakainya.     

"Aku berangkat bekerja dulu " yoga mencium pipi nita, "tidak apa-apa tidak memakai pakaian dalam juga, toh cuma aku yang bisa melihatnya! "     

"Pak dokter " nita merengek karena yoga masih saja melontarkan candaan padanya walaupun nita sedang sakit.     

Yoga tersenyum lebar, kali ini kening nita yang mendapat ciumannya. "kamu harus makan sarapan yang aku bawakan.     

"Iya.. " nita menganggukan kepalanya, "hati-hati di perjalanan "     

Dia mencium punggung tangan kanan yoga, melihatnya melangkahkan kakinya menjauh darinya.     

"Pak dokter " nita memanggilnya ketika yoga sampai tepat di pintu kamarnya.     

Langkah yoga terhenti dan menoleh ke arahnya.     

"Aku lupa bilang selamat atas jabatan baru oppa dokter menjadi kepala SMF.. "     

Yoga tersenyum malu, karena nita sudah mengetahuinya sebelum dia mengatakannya.     

"Terima kasih sayang.. "     

Pagi ini sebagian karyawan telah berdiri untuk mengikuti apel pagi di halaman rumah sakit, ini untuk pertama kalinya yoga dapat menyempatkan waktunya untuk mengikuti apel hari ini. Karena pihak rumah sakit akan mengumumkan kenaikan jabatannya agar diketahui seluruh pegawai rumah sakit...     

Next_     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.