cinta dalam jas putih

Surat Yang Sama



Surat Yang Sama

0Pagi sekali Nita sudah terbangun, dia tersenyum puas melihat sosok laki-laki yang tertidur pulas di sofa ruang keluarga.     

Yup, sosok yoga suaminya harus mau merasakan tertidur di sofa karena selain Nita masih belum bisa memaafkannya, ada alasan lain adalah semalam yoga sudah membuatnya malu karena ledekannya pada Nita. Walaupun dia sangat tahu yoga melakukan itu agar supaya Nita tersenyum dan melupakan sejenak hal-hal yang selalu mengganggu pikirannya.     

" Elsa " Nita menangkap nama di layar ponsel milik yoga yang berdering ketika dia memasuki ruang kerja yoga karena mendengar ponselnya terus berbunyi.     

Nita menatapi layar ponsel dengan waktu yang cukup lama, sampai akhirnya dia yang menerima panggilan tersebut walaupun ada rasa cemas dalam hatinya.     

" Yoga "     

Nita seperti enggan mengeluarkan suaranya ketika mendengar suara elsa.     

" Apa kamu mendengarkan? " Elsa memastikan yoga dapat mendengar suaranya.     

" Iya, aku dengar " Nita lalu mengucapkan kata pertamanya.     

" Nita? "     

" Ya, kamu bicara dengan Kanita "     

Dalam sekejap suasana menjadi hening dalam beberapa detik.     

" Aku harus bicara dengan yoga " suara elsa pertama yang memecah keheningan.     

" Dia masih tertidur " jawab Nita     

" Sepertinya semalam dia sangat kelelahan " sambung Nita " semalam, sepulang dari rumah sakit dia langsung menemaniku "     

Nita menutup bibirnya dengan satu tangannya, menutupi senyumannya. Dia takut tiba-tiba senyumnya menjadi tawa dan Elsa mendengarnya, itu akan menjadi penghancur kebohongan yang Nita buat.     

" Dan sekarang saya tidak tega membangunkannya " Nita melanjutkan kembali serangan kata-katanya " lebih baik hubungi lagi saja nanti, atau titipkan saja pesan "     

" Tidak usah " Elsa menjawab pendek     

Nita mendengar perubahan dari nada bicara elsa, dia seperti telah terhasut oleh kata-kata Nita dan percaya semua.     

" Aku bicara denganmu saja " Elsa tetap melanjutkan pembicaraan di telpon.     

" Kita berdua harus bicara " lanjut Elsa.     

" Iya benar, kita memang harus bicara secepatnya " Nita menyetujuinya.     

" Kamu tidak keberatan kita bicara berdua? "     

Nita tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Elsa " tentu saja tidak, aku senang kita bisa bicara berdua, mungkin itu akan mengakrabkan kita "     

" Yaa,,baguslah "     

" Apa masih ada yang akan dibicarakan? "     

" Ahh,,tidak ada, nanti aku beritahu dimana kita bicara "     

" Tidak usah " Nita memotong perkataan Elsa yang belum selesai.     

" Aku tahu kamu pasti akan menyuruh aku untuk datang kerumah lama, dan aku pastikan akan datang kesana nanti sore "     

" Tapi darimana kamu tahu? "     

Nita tersenyum " sudahlah, tidak perlu dibahas. Sepertinya sekarang aku harus membuatkan yoga sarapan, aku akan menutup telponnya jika tidak ada lagi yang harus dibicarakan "     

Nita segera memutus pembicaraannya dengan Elsa di telpon tanpa mau mendengar apakah Elsa telah selesai atau belum.     

Dia begitu terkejut begitu mendengar suara pintu, dan melihat sosok yoga yang menghampirinya di ruang kerja.     

" Kamu sedang apa? " yoga memasang wajah penuh tanda tanya melihat Nita yang berada di ruang kerjanya.     

Nita tersenyum dalam keterkejutannya, dia menyembunyikan ponsel milik yoga di belakang tubuhnya dengan satu tangannya.     

" Aku hanya akan membereskan ruangan ini saja " Nita beralasan.     

Yoga semakin menatapi Nita dengan tatapan penuh kecurigaan, tapi dia memilih tidak mengomentari jawaban Nita. Dia memilih untuk percaya dengan perkataan Nita dengan senyumannya dan berbalik berniat untuk pergi dari ruang kerjanya membiarkan Nita sendiri.     

" Oppa dokter " panggil Nita     

Yoga menghentikan langkahnya namun tidak menolehkan wajahnya ke arah Nita.     

" Maafkan aku,,," Nita bicara dengan penuh ragu " tadi itu ponselnya terus berbunyi, jadi aku lihat dan aku bicara dengan Elsa dari ponselmu "     

Yoga tersenyum dibelakang Nita, dia tahu wanita yang saat ini berada di belakangnya itu adalah wanita yang selalu membuatnya bangga dengan kejujurannya.     

Dia segera mengkoreksinya senyum diwajahnya berubah menjadi sedikit serius, dan berbalik ke arah Nita yang masih berdiri ditempatnya.     

Senyum ketakutan terlihat diwajah Nita " aku minta maaf, sudah lancang. Tapi aku tidak marah-marah dengan elsa di telpon kalau oppa dokter tidak percaya, tanyakan saja pada Elsa "     

Nita mengulurkan satu tangannya yang memegang ponsel yoga, agar supaya yoga bisa memastikan bahwa ucapannya benar.     

Dan itu membuat yoga tersenyum, melangkahkan kakinya mendekat ke arah nita. Mengambil ponsel yang berada di tangan nita dan mendaratkan satu kecupan di bibir Nita yang membuat kedua mata Nita begitu lama untuk berkedip.     

" Ini hukuman kecil karena sudah memakai ponselku " yoga tersenyum melihat Nita yang masih dalam keterkejutannya, dan kembali memberikan satu kecupan di bibir Nita.     

" Dan itu untuk yang berani menggodaku pagi-pagi dengan tatapan indah matanya "     

Dan yoga bergegas pergi meninggalkan Nita yang masih dalam diam dan kedua bola matanya yang membulat indah.     

" Ada apa denganku? " tetiba di wajah Nita yang masih datar terbentuk senyum, telapak tangannya tersimpan di dada merasakan satu hal yang membuat detak jantungnya begitu cepat kembali seperti pertama kali.     

" Apa kabar? " Elsa yang bertanya terlebih dulu pada Nita ketika melihatnya berdiri di depan pintu rumahnya.     

" Masuklah "     

Nita berjalan di belakang Elsa yang sudah terlebih dulu, mereka duduk saling berhadapan.     

Dia menangkap satu benda yang dipegang Elsa dalam pangkuannya, amplop yang sama persis seperti kejadian yang telah Nita alami dalam mimpinya. Dan Nita telah dapat menebak kemungkinan isi dari amplop tersebut adalah surat yang sama, surat perceraian mereka.     

Dan lalu Nita hanya melemparkan senyuman pada wanita yang begitu anggun, kecantikannya menutupi kenyataan bahwa dia sakit dan di dalam tubuhnya terdapat sel kanker yang sedang menggerogoti.     

" Aku sudah tidak perlu menjelaskan lagi kejadian waktu itu, aku hanya akan memberikanmu ini " mata Elsa tidak pernah lepas dari sosok Nita ketika menyimpan amplop coklat diatas meja yang ditunjukan pada Nita.     

" Apa ini? " Nita berpura-pura tidak mengetahuinya, dia tidak segera mengambil amplop tersebut.     

" Di dalam surat itu ada sertifikat rumah yang kami tempati sekarang " Elsa membocorkan isi dari amplop yang diberikannya " rumah itu sudah atas namamu "     

Ketenangan begitu terlihat di wajah Nita, dia hanya sedang memberikan tanda ceklis dalam otaknya. Mengsinkronkan apa yang ada di dalam mimpinya dengan apa yang dialaminya saat ini.     

" Anggap saja itu kompensasi atas kehilangan yang telah kami alami " lagi-lagi Elsa yang bicara.     

Nita tersenyum ke hadapan Elsa dia masih terdiam membiarkan wanita itu menyelesaikan semua perkataannya.     

" Aku hanya berharap kamu bisa memikirkan semua ini dengan baik untuk masa depanmu "     

Dan lalu Elsa terdiam, tatapannya masih begitu tajam pada Nita.     

" Baiklah " Nita tersenyum sambil menganggukan kepalanya dua kali " karena kamu sudah selesai, sekarang giliran aku yang bicara "     

" Aku sangat tidak suka jika kamu sebut ada sebuah kompensasi dari kehilangan seseorang "     

" Karena yang seharusnya aku terima adalah lebih dari yang kamu berikan sekarang atau mungkin bahkan belum cukup " lanjut Nita, dia masih begitu tenang hanya nada bicaranya menjadi sedikit menekankan bahwa dia marah dengan ucapan Elsa tadi.     

" Dan kenapa kamu tidak sebutkan, di dalam amplop itu selain tentang rumah di dalamnya ada juga surat yang harus aku tanda tangani, dan itu surat perceraianku "     

Wajah Elsa berubah seketika, dia sedikit terkejut dengan ucapan Nita tentang isi amplop yang belum dia sebutkan.     

" Yoga yang memberitahukannya? " tanya elsa     

" Dia tidak bicara apapun tentang ini "     

" Karena semua kamu yang mengaturnya, bukan yoga " sambung Nita seraya mengambil amplop yang tergeletak di atas meja.     

Dia beranjak dari duduknya, dan berpindah duduk di samping elsa melemparkan senyumannya.     

" Aku akan tanda tangani surat itu jika dokter yoga yang menanda tanganinya terlebih dulu "     

Nita memegang kedua tangan Elsa " Dan juga jika kamu berjanji setuju untuk dilakukan operasi supaya kamu sembuh aku akan dengan rela melepaskan yoga dan Axel "     

Elsa hanya menanggapi aneh tindakan Nita padanya berbanding terbalik dengan apa yang dia pikirkan.     

" Yakinlah kamu bisa sembuh " lagi-lagi Nita berkata " jika kamu tidak berpikir untuk sembuh bagaimana kamu akan menjaga Axel dan dokter yoga, karena aku tidak mau jika menjadi asisten rumah tangga "     

" Baiklah, aku kembalikan amplop ini " Nita menyimpan amplop tersebut di tangan Elsa dan beranjak dari duduknya.     

" Dan,, bisakah kamu sampaikan salamku pada ibu akmeela dan putrinya "     

Elsa semakin teraneh, Nita bahkan tahu dengan wanita yang menikah dengan kakak pertamanya.     

Nita tidak mempedulikan ekspresi wajah Elsa yang begitu terlihat penuh tanda tanya padanya.     

Dia melangkahkan kakinya menjauhi sosok Elsa yang masih terduduk, dan di hadapannya sudah berdiri sosok yoga yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka berdua.     

" Aku yang akan bilang sekarang, bahwa aku tidak akan melepaskanmu. Kamu harus aku beri pelajaran karena sudah menyakitiku " Nita memicingkan matanya ke arah yoga dan lalu pergi dari hadapan yoga.     

Dan yoga menanggapi semua perkataan Nita dengan senyuman.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.