Adventure World

Lv. 33 - Class Quest [2]



Lv. 33 - Class Quest [2]

0[ Memasuki bagian kedua ]     

"Hoo ... Arsley cukup tampan ternyata," gumamku sambil memandangi cermin di hadapanku. Arsley memiliki warna mata kuning keemasan, panjang rambutnya hampir melewati pinggangnya, dan sekarang ia menggunakan set jubah penyihir berwarna hitam.     

"Ars, apa kamu sudah siap?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba muncul di belakangku.     

"Baiklah tunggu sebentar."     

Sebelum aku memasuki babak cerita, sistem telah memberikan beberapa informasi tentang apa yang sudah dilalui Arsley sejauh ini.     

Dia telah berlatih selama sepuluh tahun, dan usianya sekarang sembilan belas tahun. Gadis yang bersamanya ini bernama Clara, dan masih belum pasti dia bangsawan atau bukan, karena Arsley sendiri tidak tau latar belakangnya.     

Clara ini memiliki warna surai keemasan dan berkilau, matanya bak permata berwarna hijau. Dengan tubuh yang cukup proposional, kurasa dia bisa disebut wanita yang cukup ideal dalam penampilan.     

Sekarang kami bertujuan untuk pergi ke ibukota kerajaan Twilight Star. Seharusnya keempat targetku akan muncul di sana. Kami pergi dengan mengendarai kuda liar yang aku jinakkan dengan sihir, dan kami berboncengan.     

Awalnya aku ingin mencarikan tunggangan lain untuk Clara sendiri. Tapi dia mengatakan kalau tidak bisa menunggangi kuda, dan aku tidak percaya.     

Bayangkan saja, bagaimana bisa seorang gadis yang bisa keluar masuk hutan yang penuh dengan monster, lalu mendaki sebuah tebing tidak bisa menunggangi kuda.     

"Huh, biarlah. Ngomong-ngomong soal menunggang kuda, apa mungkin karena dijinakkan dengan sihir, kurasa menunggangi kuda sungguhan tidak akan semudah ini," batinku.     

"Ne~ Ars, apa yang akan kamu lakukan saat tiba di ibu kota?" tanyanya dengan memalingkan wajahnya menatap langsung ke arahku.     

Aku sempat berpikir, dengan menatapnya balik lalu aku berkata, "Hidup normal layaknya manusia."     

"Eh? Benar-benar jawaban tak terduga dari orang yang sangat ahli dengan sihir," ucapnya dengan tawa ringan.     

"Lalu? Kau sendiri bagaimana?"     

"Aku? Tidak ada yang khusus, jujur saja aku ingin hidup dengan normal. Kalau memungkinkan," jawabnya dengan suara yang samar-samar.     

"Hm ... begitukah."     

Benar-benar jawaban yang tidak terduga dari seorang gadis periang sepertinya. Yah, pada akhirnya gadis ini memamg sangat misterius. Arsley dulu menyelamatkannya dari gerombolan monster saat 7 tahun yang lalu.     

Saat itu gadis ini juga seumuran dengan Arsley, dan mengejutkannya ternyata gadis ini cukup ahli menggunakan pedang.     

Di informasi yang diberikan sistem juga diberitahu kalau terkadang gadis ini suka menghilang, dan kembali lagi secara tiba-tiba. Arsley tidak terlalu memperdulikannya karena sibuk berlatih dan meneliti sihir.     

"Benar-benar misterius," gumamku.     

"Hm ... apanya yg misterius?" tanya Clara tiba-tiba, sesaat aku dibuat terkejut.     

"Bukan apa-apa, hanya sesuatu tentang sihir," jawabku untuk mengelak.     

Yah, karena aku berhasil memepertahankan ekspresi datar Arsley, Clara percaya begitu saja dengan ucapanku.     

....     

Setelah beberapa saat kami tiba di gerbang masuk ibukota. Dari kejauhan aku sudah bersiap mengeluarkan uang, jaga-jaga bila ada penarikan biaya untuk pendatang baru. Tapi, sesuatu yang mengejutkan terjadi.     

Kedua penjaga itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menundukkan badan. Aku sempat mengarahkan pandanganku ke segala arah mencari, apa mungkin ada bangsawan atau sesuatu yang terhormat di dekatku.     

Bahkan para pedagang dan warga yang lewat juga menundukkan tubuh mereka ke arah kami. Dan akhirnya aku menyadari, seorang gadis memasang senyuman yang memberi kesan berwibawa yang tepat di depanku adalah penyebab perilaku aneh semua orang.     

"Hei, siapa kau sebenar–" Belum selesai aku mengucapkan kalimatku dia sudah mengehentilannya dengan meletakkan jarinya di bibirku.     

"Tunggu, kita turun oke?" ucapnya dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.     

Aku pun hanya bisa meng'iya'kan ucapannya. Lalu saat kami turun, aku mengirim kudaku kembali ke hutan dengan sihir, dan tak lama pula muncul dua pria yang sepertinya mereka menjemput Clara.     

"Selamat datang tuan putri," ucap kedua pria itu bersamaan dengan posiai berlutut.     

"Huh ... pantas saja, ternyata kau seorang putri," ucapku dengan menghela napas.     

"Yup, aku Clara de Nightfall. Putri kedua kerajaan Twilight Star, sekali lagi senang bertemu denganmu Arsley," ucap Clara dengan anggun, walaupun tidak menggunakan gaun, aku bisa mersakan kalau dia seorang putri sekarang.     

Salah satu dari pria yang ada di belakangnya tiba-tiba membisikkan sesuatu ke Clara. Senyuman yang terukir di wajahnya seketika berubah menjadi ekspresi yang sangat serius.     

"Maaf Arsley, sebenarnya aku ingin mengajakmu berkeliling. Tapi, kondisiku sepertinya tidak memungkinkan."     

"Tidak, anda tidak perlu minta maaf tuan putri. Saya tidak apa-apa sendirian."     

"Hmph ...." Tiba-tiba Clara memalingkan wajahnya dan ia terlihat keasal. Apa aku salah bicara?     

"Apa ada yang salah?"     

"Ya, dan itu cara bicaramu. Aku lebih suka Ars yang biasanya."     

Begitukah ... ya mau bagaimana lagi, kedua pria itu menatapku dengan tatapan yang tajam. Aku harus memperhatikan ucapanku mau tidak mau.     

"Baiklah-baiklah aku akan bicara seperti biasa, Clara."     

"Nah, begitu lebih baik. Kalau begitu sampai jumpa Ars."     

"Yah, sampai jumpa."     

Kalau begitu, waktunya memulai misi. Pertama, mari ketempat dimana informasi berkemungkinan mengalir.     

....     

"Hei nak, aku tidak pernah melihat wajahmu, apa kau baru di tempat ini?"     

"Begitulah, aku baru saja tiba di kota ini."     

"Kalau begitu apa ada seauatu yang ingin kau pesan?"     

"Sesuatu yang ringan."     

"Baiklah."     

Suasana yang tenang dan bau alkohol yang menyengat. Saat ini Arsley atau lebih tepatnya Zen berada di sebuah bar ternama ibukota. Karena masih siang, tidak banyak orang di sekitarnya.     

"Kurasa aku akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mencari petunjuk keberadaan target," gumam Zen.     

Brak!!!     

"Oi siapkan minuman terbaik untukku!!"     

Dari pintu masuk terdengar suara dobrakan dan teriakan seseorang. Zen hanya menghela napas, ia tidak mengira kalau akan ada orang yang minum-minum di tengah hari.     

Tidak, bukan itu intinya. Suara dari orang yang masuk itu sangat familiar, walaupun sedikit berbeda Zen yakin kalau itu orang yang sama. Dia salah satu dari ajudan Liliana.     

"Owner, bisa kutanya sesuatu?"     

Pemilik bar yang tengah mengelap gelas tiba-tiba berhenti dan menatap Zen cukup lama sampai ia berkata, "Kau tahu aturannya kan?"     

"Tentu," ucap Zen sambil menggeser beberapa koin emas ke arah pemilik bar. Zen cukup beruntung karena Arsley memiliki persediaan uang cukup banyak di sakunya.     

"Katakan."     

"Pria yang baru saja masuk itu, siapa dia?"     

"Salah satu dari kesatria kerajaan dengan pangkat yang cukup tinggi, dia bernama Astle. Biasanya dia akan datang bersama kedua rekannya, tapi tidak jarang juga dia datang sendirian. Mereka adalah kelompok khusus yang berada di bawah perintah penyihir kerajaan terkuat, Liliana Scarlet. Hanya itu yang bisa kusampaikan."     

"Terima kasih."     

Lalu di sisa hari Zen mengikuti orang yang bernama Astle itu.     

....     

Seorang pria mabuk berjalan sendirian di malam hari dengan sempoyongan. Lalu dari balik kegelapan muncul pria lain yang menggunakan pakaian dengan penuh warna hitam.     

"Ho-oi jang-an menghal-angi jalan ku!!" teriak pria mabuk itu.     

Zen masih diam tidak merespon. Lalu si pria mabuk ini mulai mengeluarkan pedangnya dan berkata, "Minggir k-au sii-alan, ata-au kute-tebas kepal-lamu."     

"Huh ...." Zen hanya menghela napas, lalu dengan satu hentakan tongkat sihirnya, lengan pria mabuk yang memegang pedang itu terpotong.     

"AAAAAAAAAAGHHH."     

Pria itu berteriak sangat keras sambil berguling-guling di tanah.     

"Berisik." Sekali lagi Zen mengehentakkan tongkatnya dan kali ini leher pria itu yang terpotong.     

"Hah ... aku berlebihan. Walaupun sistem sudah meminimalisir efek berdarahnya, ini masih tidak nyaman untuk di lihat," batin Zen.     

Zen pun mulai mendekat ke arah mayat pria itu, atau lebih tepatnya ia bertujuan mengambil kepalanya.     

"Mumpung Arsley punya sihir seperti ini, aku ingin mencobanya. [Memoreize] ...."     

Seketika tangan Zen yang menyentuh kepala mayat itu bercahaya untuk beberapa saat, dan berakhir meredup sampai mati.     

"Jadi begitu, sepertinya mereka telah berhenti menjadi ajudan Liliana, ini semakin memudahkanku," gumam Zen sambil memegang dagunya, lalu ia mengalihkan pandangannya ke langit malam dan berkata, "Ini akan menjadi malam yang panjang."     

....     

Di pagi hari ibukota mengalami keributan, ditemukan tiga mayat tanpa kepala tergantung di pusat kota. Dan di dalam kediaman penyihir Liliana juga ditemukan sebuah karung yang dalamnya terdapat kepala dari tiga mayat sebelumnya.     

"Sepertinya ada yang ingin mencari gara-gara denganku," ucap Liliana geram.     

Dan di tempat Zen berada. Ia sedang terduduk tenang menikmati hamparan angin sepoi-sepoi yang bertiup. "Huh ... andai saja di pulau Mesaia ada tempat seperti ini, pasti akan jadi favoritku," ucap Zen yang memandangi keseluruhan kota dari puncak menara lonceng.     

Dari kejauhan Zen bisa melihat kalau banyak prajurit yang berpatroli lalu lalang, terlihat kalau mereka semakin meningkatkan keamanan. Secara kebetulan Zen juga melihat seseorang yang tengah berlari terburu-buru di tengah kerumunan, ia terlihat mencari sesuatu.     

"Apa dia mencariku? Bagaimana kalau kuhampiri saja," gumam Zen yang disusul lompatan langsung kebawah. Tentu ia menggunakan sihir, dan sihir itu membuatnya tampak berselancar di udara.     

....     

"Ayolah, dimana dia? Bagaimana bisa dia menghilang di waktu yang genting ini?" di tengah keramaian Clara terengah-engah karena lelah berlari mencari seseorang.     

"Apa kau mencariku?" sapa seorang pria yang muncul tiba-tiba dari atas.     

"Ah! Ars!" Clara terkejut karena kemunculan Zen dan reflek memeluknya.     

"Ugh ... aku tahu yang ia peluk itu Arsley, bukan aku," batin Zen. "Clara, bisa kau lepaskan aku? Kita ada di tengah kota sekarang." Clara yang menyadarinya langsung melepaskan pelukannya dan tersipu malu.     

"Yah, dia cukup imut kurasa kalau bersikap seperti ini, mengingatkanku pada seseorang." batin Zen melihat sikap Clara.     

"Semuanya menyingkir!!!"     

"Menyingkir dari jalan!!"     

Tiba-tiba teriakan bergemuruh di seluruh sudut jalan, seluruh warga yang ada mulai berlarian satu persatu. Teriakan itu berasal dari kumpulan prajurit yang muncul tepat di dekat Zen dan Clara.     

Dan dari kerumunan itu muncul seorang wanita dengan penampilan cukup mewah dan juga ia membawa sebuah tongkat sihir. Rambut merahnya membuatnya tampil paling mencolok diantara semua orang.     

"Oh astaga, tuan putri Clara bagaimana bisa anda bersama seorang pembunuh di tengah-tengah kota?" ucap wanita itu, ia juga memberikan tatapan tajam ke arah Zen.     

"Apa maksudmu Liliana? Siapa yang kau maksud pembunuh?" tanya Clara keheranan.     

"Siapa lagi kalau bukan pria di samping anda, seharusnya anda tahu kan, kalau ketiga mantan bawahanku itu kemarin baru saja terbunuh. Dan pria di samping anda adalah pelakunya."     

Clara yang mendengar hal itu lantas tidak percaya, ia melihat wajah Zen yang nampak biasa-biasa saja. Lalu Clara bertanya, "Arsley, itu tidak benar kan?" Zen tidak menjawab, ia hanya menatap wajah khawatir Clara sebentar dan kembali menatap sekumpulan prajurit dan seorang target di depannya.     

"Maafkan aku Clara," ucapan Zen kali ini membuat Clara semakin kebingungan. Zen pun menghentakkan tongkatnya, sebuah gelombang muncul dan membuat seluruh orang di sekelilingnya pingsan.     

Tentu saja Clara termasuk, dan Zen sudah memindahkannya ke tempat yang aman. "Sesuai dugaanku, kau akan bertahan," ucap Zen yang melihat Liliana masih baik-baik saja.     

Situasi kali ini benar-benar tidak terduga, Zen tidak menyangka kalau di bagian kedua cerita Arsley ini akan berjalan dengan tempo yang sangat cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.