Adventure World

Lv. 45 - Rencana Memetik Emas



Lv. 45 - Rencana Memetik Emas

0Di sebuah teras rumah tradisional jepang, dua anak kecil laki-laki dan perempuan berada. Si anak perempuan yang baru saja tiba mendekat, untuk melihat si anak laki-laki yang sangat sibuk dengan kegiatannya.     

"Hee~ gambaranmu bagus sekali Aa-kun."     

"...."     

Tidak ada tanggapan, gadis itu tetap berusaha berinteraksi dengan si laki-laki.     

"Apa yang pria dengan rambut hitam dan bermata merah ini Aa-kun?"     

Si anak laki-laki untuk sesaat mengehentikan gerakan tangannya dan mengangguk pelan. Lalu melanjutkan gambarannya.     

Si gadis pun senang mendapatkan tanggapan. Lalu ia menyadari kalau ada dua karakter yang sedang digambar oleh anak laki-laki itu. Penasaran dengan karakter yang satunya, ia pun menanyakannya.     

"Lalu, siapa wanita ini?" tanya si gadis dengan menunjuk karakter wanita dengan penampilan rambut biru muda dan bola mata keemasan, uniknya pakaian yanh digunakan karakter itu seperti gaun pernikahan.     

"Dia yang akan menjadi pengantinku."     

Antara terkejut atau tidak terima, pandangan si gadis kecil itu tiba-tiba menjadi kososng.     

"T-tapi Aa-kun, bukankah mustahil ada wanita yang seperti iti di dunia ini? Dilihat lagi pada bagian telinganya yang panjang, dia juga bukan manusia kan?"     

"Aku akan mencarinya."     

"T-tapi ...."     

Kehabisan kata-kata gadis kecil itu tidak bisa menjawab. Tapi sesuatu terpikirkan oleh gadis itu, dan tanpa ragu-ragu ia menyampaikannya ke laki-laki yang ada di depannya.     

"Kalau begitu Aa-kun, jika Aa-kun tidak bisa menemukan wanita itu aku yang akan menjadi pengantinmu." Dengan senyuman polos dan manis di akhir kalimat itu, si bocah laki-laki merasakan sensasi aneh pada dadanya.     

Bahkan ekspresi datar yang selalu terpasang di wajahnya berganti dengan tersipu dan tatapan terkejut.     

.     

.     

.     

"Yu ...."     

"Yuk ...."     

"YUKI!!"     

"Eh?"     

"Belakangmu."     

Dua ekor Orc yang mengangkat senjatanya bersiap menyerangnya. Dengan tenang Yuku menanggapi keadaan dan menggunakan skillnya.     

[Frozen Yard]     

Dengan cepat lingkaran sihit tersusun, dan ayunan senjata kedua Orc tersebut berhenti tepat di depan wajah Yuki.     

[Ice Javelin]     

Sebagai penutup, serangan lembing es diluncurkan untuk menghancurkan Orc yang membeku itu.     

"Astaga Yuki, bagaiamana bisa kamu melamun di tengah-tengah pertarungan."     

Dengan nada khawatir Celyn berlari mendekat ke arah Yuki. Gadis dengan busur itu tidak henti-hentinya mengomeli Yuki karena bertindak ceroboh.     

Dan dari balik topengnya, Yuki memasang senyuman karena kepedulian sahabatnya ini.     

"Berisik!"     

tuk!     

"Aduh!"     

Dari belakang Celyn muncul pria tinggi yang memukul pelan kepalanya, dari wajahnya ia terlihat seperti orang asia. Rambut hitam, mata hitam, menggunakan Hakama hitam, dan terdapat sebuah katana yang tergantung di pinggangnya.     

"Ugh~ Ken-san, kau jahat sekali memukulku tiba-tiba," keluh Celyn dengan nada murung.     

"Salahmu sendiri karena berisik."     

"Ken-san, kenapa anda ada di sini? Bukankah seharusnya and memimpin barisan depan?" tanya Yuki tiba-tiba.     

"Aku bosan, kukira kakakmu telah mencarikan Monster Nest yang kuat, tapi monster yang ada di sini terlalu lemah."     

"Lalu siapa yang memimpin barisan depan kalau begitu?" ganti tanya Celyn.     

"Kana, lagipula ini akan segera berakhir." Sesaat Ken terdiam, lalu dengan satu tarikan napas ia berteriak, "AKU INGIN LAWAN YANG KUAT!!!"     

"Ken-san?"     

"Ken-san?"     

Celyn dan Yuki terkejut bukan main, walaupun mereka sudah tahu seperti apa sifat pria yang ada di depan mereka ini, mereka masih sulit untuk terbiasa.     

"Hah~ lupakan yang barusan. Aku hampir lupa tujuanku yang lain mendekat ke kalian."     

"Ada apa Ken-san?"     

"Apa kau butuh sesuatu dari kami?"     

Diawali dengan Yuki yang bertanya disusul dengan pertanyaan Celyn.     

"Aku ingin kalian ikut aku. Ryu– maksudku Hiro menyuruhku untuk menghadiri pelelangan yang akan diadakan di Mesaia dalam waktu dekat. Katanya di sana ada banyak barang berharga yang dijual oleh player misterius."     

"Jika kakak sampai berkata seperti itu berarti memang benar, baiklah aku ikut."     

"Kalau Yuki ikut, aku juga ikut."     

"Bagus, kalau begitu aku menghubungi kalian nanti."     

"Hiro bilang kalau item yang dilelang kali ini benar-benar berharga tidak main-main. Aku penasaran apa akan ada konflik yang terjadi setelahnya nanti, gehehehe."     

Di dalam hatinya Ken memang memikirkan sesuatu yang serius. Tapi dari luar, Yuki dan Celyn melihatnya seperti sedang merencanakan rencana jahat, apalagi tawanya di akhir sangat mencurigakan.     

....     

beberapa hari sebelum pengumuman pelelangan. Dan juga beberapa hari setelah pengumuman kembalinya akses dunia spirit selesai diumumkan. Awalnya banyak yang tidak terlalu peduli, namun setelah mengetahui apa itu Spirit Realm, kabarnya banyak player yang berbondong-bondong pergi ke Lakemist Town, atau langsung ke Kerajaan Ostorarianya untuk bisa mengunjungi dunia itu.     

»Mesaia Island«     

"Kau terlihat sangat kelelahan, apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Luck dengan nada heran.     

"Yah~ kau tahu, aku baru saja menghajar beberapa orang di arena," jawab Zen.     

Mengalihkan pandangannya dari tampang kelelahan Zen ke arah sekitar, Luck menyadari kalau mereka ada tepat di depan Arena.     

Mungkin terdengar aneh tapi sebelum berada tepat di depan Zen, Luck berada di Labolatoriumnya. Labolatorium tersebut merupakan salah satu kill yang ua dapat dari special-classnya.     

Dengan memiliki skill ini, ia menjadi tidak khawatir kekurangan fasilitas untuk melakukan sesuatu. Cara kerja skill ini adalah mrmbuat si pemilik dapat memasuki tempat itu dimana saja, asalkan diluar pertarungan.     

Dan ia dapat keluar di titik mana saja asalkan ia sudah pernah melewatinya. Yah mungkin ada beberapa tempat yang memang mustahil untuk dijadikan tujuan keluar.     

Luck sebelumnya menggunakan Zen sebagai titik keluarnya, dan hal yang terjadi sekarang adalah lanjutan hal yang terjadi.     

"Baiklah, kalau begitu kita cari tempat istirahat untuk dirimu terlebih dahulu."     

"Oho, baiklah ...."     

....     

»Triple Sweets«     

"Serius, kenapa harus ke kafe seperti ini Zen?"     

Dekorasi penuh dengan warna pink dan warna lembut lainnya. Motif hati, dan hal imut lainnya terpajang dimana-mana. Lalu pengunjung wanita yang lalu lalang.     

Benar, mereka sekarang berada di sebuah kafe yang menonjolkan sisi feminin, dan ditujukan untuk para wanita.     

"Makanan manis di game ini adalah pemulih bar stamina yang paling baik," jawab Zen dengan sendokan ice cream ke mulutnya.     

"Tapi, bukankah kau bisa meminum sesuatu seperti susu, teh, atau kopi di kafe yang lebih normal? Kenapa harus parfait? Kau memang tidak peduli, tapi aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Apalagi tempat duduk kita tepat di pusat."     

"Ayolah, ini tidak akan lama. Sebentar lagi parfaitku akan habis."     

"Yah, yah, segera habiskan."     

"Hei-hei, bukankah player elf dengan rambut merah itu terlihat keren?"     

"Dari armornya terlihat seperti dia juga player yang cukup kaya."     

"Lalu pria yang berambut hitam itu, bukankah ia terlihat imut dengan tingkahnya?"     

"Yah, dia seperti anak kecil yang sangat menikmati manisannya."     

Mendengar semua omongan yang muncul dari segala arah, Luck hanya bisa berusaha mengabaikan semua itu dengan segelas jus di tangannya. Dan Zen seakan-akan tidak mendengar apapun dan tetap menikmati parfaitnya.     

....     

"Akhirnya kita keluar," gumam Luck.     

"Jadi, kemana kita sekarang akan pergi?"     

"Sebelum itu, terima ini."     

Sesaat Luck berhenti berjalan dan mengotak-atik sesuatu. Bunyi notifikasi muncul dari kotak pesan Zen. Tentunya ia membuka hal itu, dan tetnyata berisi beberapa item yang dikirim oleh Luck.     

"Bukankah ini sedikit berlebihan?"     

"Tidak perlu khawatir, Spirit Ore yang kudapat sangat banyak. Dan aku juga telah membuat sekitar 7 set item itu."     

"Oh, pantas saja. Apa tujuanmu sesuai yang kupikirkan, setelah kau menyinggung pelelangan saat percakapan kita di kafe sebelumnya?"     

"Yup, apa kau tidak tertarik menjual sesuatu juga? Bukannya kau sudah membuat sesuatu dari Dust of Life?"     

"Oh tentu, coba kau lihat ini."     

Luck sampai menjatuhkan rahangnya karena saking terkejutnya, dan Zen yang melihat itu habya bisa tersenyun bangga akan dirinya sendiri.     

"Tunggu, apa dari awal ada potion yang seperti ini?"     

"Tentu, jika tidak kenapa bisa ada di katalogku?     

"Berapa banyak Dust of Life yang dibutuhkan untuk membuat satu botol."     

"Lima ratus gram, jadi maksimal yang bisa kubuat saat benih Dust of Life penuh adalah 20 botol. Karena saat pertama kali aku mendapatkan benihnya sudah dalam keadaan penuh, jadi aku menggunakan semuanya. Jika untuk dijual, mungkin aku hanya akan menjual 5 botol. Dan sisanya akan kita gunakan di suatu tempat," jelas Zen tentang rencana dadakannya.     

"Astaga Zen, kau kira akan seribut apa para player jika mengetahui potion seperti ini benar-benar ada."     

"Haha, aku penasaran apa akan ada Alchemist yang berani menggunakan Research untuk mengetahui resep dari potion ini. Karena dia sendiri akan rugi, potion yang dipecah untuk mengetahui resepnya akan menghilang, dan dia sendiri akan putus asa karena mengetahui kalau bahan untuk membuat satu botol hampir mustahil di dadpatkan," ucap Zen dengan tawa jahat menyertainya.     

"Yah, aku juga berpikir seperti itu. Pada akhirnya mungkin jika ada Alchemist yang melakukan itu, yang bisa ia jual hanyalah resepnya saja. Dan juga, mengumpulkan 100 gram Dust of Life itu saja sangat susah, apalagi 500 gram."     

"Benar, karena stock yang dijual kemungkinan maksimal cuma 10 sampai 50 gram. Ahahahaha, aku tidak sabar untuk panen uang."     

"Kau benar-benar mata duitan." Semakin lama Luck semakin terbiasa dengan sifat Zen yang satu ini.     

"Karena aku manusia tentunya."     

Mendengar pernyataan Zen, Luck hanya bisa tertawa garing dan menghela napas di akhir.     

....     

»Trade House: Octa Gold«     

"Baiklah tuan-tuan dan nyonya-nyonya saya Jheras Rich, tuan rumah dari Trade House Octa Gold ini, akan menjadi Host yang menemani kalian pada pelelangan spesial hari ini."     

Pria gendut dan tinggi dengan rambut pendek berwarna silver, membawa tongkat emas dengan ujung tumpukan koin emas berjumlah delapan. Itulah ciri khas dari pemilik Trade House yang biasa digunakan para player saat berada di Mesaia Island.     

Jarang-jarang sang pemilik menjadi Host untuk sebuah pelelangan, terhitung kalau ini adalah ketiga kalinya. Dan para player tahu jika si pemilik sendiri yang memimpin jalannya pelelangan, maka benda yang dilelang tidak akan biasa.     

"Tuan dan Nyonya, siapkan seluruh koin emas Zist kalian. Karena benda yang akan saya umumkan akan benar-benar menguras kalian."     

Dengan membungkuk sekali lagi ia memberi hormat kepada para tamu yang menghadiri pelelangannya. Dan dengan ini pelelangan dimulai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.