Adventure World

Lv. 44 - Jepang



Lv. 44 - Jepang

0[ Zen telah naik level 32 » 33 ]     

[ Luck telah naik level 31 » 32 ]     

Setelah kami berdua mendapatkan hadiah dari Origin, sang Raja Spirit. Notifikasi quest selesai muncul. Lalu kami memutuskan untuk keluar dari dunia itu.     

Dan benar-benar mengejutkan kalau kami berada tapat di puncak pohon Yggdrasil saat keluar dari Dunia Spirit. Tuan Adam mengatakan terima kasih dan kerja bagus kepada kami, lalu ia pergi menghilang begitu saja di atas Altar yang sama dengan kami.     

Di sana sempat tetjadi situaai yang sangat canggung. Tepat di depan kami terdapat keluarga kerajaan Elf dan Ratu dari kerajaan Heart. Kami tidak tahu harus memulai berbicara dari mana.     

Sampai si Raja para Elf, Oberon mengawali perbincangan. Awalnya kukira Zen akan bertingkah semaunya, tetapi dia ternyata cukup sopan jika dalam keadaan tertentu.     

Kami memutuskan untuk segera pergi dari sana secepatnya, karena Teleportation Orb yang kutaruh di pulau Mesaia pada hari sebelumnya akan hilang dalam beberapa menit.     

Para NPC penting di sana pun memahami keadaan kami. Dan sebelum kepergian kami, sebuah hadiah datang, dari kumpulan uang yang dengan semangatnya disambut oleh Zen. Lalu yang terpenting bagiku adalah Token Kerajaan dari Raja Oberon dan Ratu Agatha yang merupakan Ratu Kerajaan Heart.     

Dengan Token itu, kami dapat mengakses beberapa tempat tertentu di kerajaan mereka. Dan hal terakhir, yang juga membuatku sedikit takut pada awalnya. Kemunculan tiba-tiba Naga Yggdrasil.     

Setahuku naga ini adalah salah satu naga kuno yang ada di dunia ini. Salah satu makhluk tertua yang pernah ada di dunia Terarya.     

Naga itu sangat menempel dengan kami berdua. Dan tanpa ragu-ragu ia memotongkan salah satu dahan Pohon Yggdrasil ini untuk kami.     

Oh, ngomong-ngomong kudengar Ratu dari Kerajaan Heart sangat cantik, namun selalu menggunakan penutup mata. Dan hari ini secara kebetulan aku melihatnya tanpa penutup mata, dan .... yah dia memang salah satu NPC tercantik yang aku ketahui sejauh ini, bahkan jika dibandingkan dengan Ratu atau Putri Kerajaan Elf.     

Baiklah, untuk ringkasan yang terjadi saat di puncak Yggdrasil cukup sampai sini. Sekarang beralih ke Pulau Mesaia, tempat aku dan Zen berada saat ini.     

....     

»Mesaia Island«     

Duduk di kursi sebelah sebuah kedai, menikmati makanan sambil memperhatikan player lalu lalang. Itulah hal yang dilakukan Zen dan Luck saat ini.     

"Baiklah Luck, apa kau punya rencana untuk hal yang akan kita lakukan selanjutnya?"     

"Kita?" Luck keheranan mendengarkan kata 'kita' dari ucapan Zen, apa mereka masih akan bersama setelah quest sebelumnya?     

"Tentu saja kita ...." Untuk sesaat Zen mematung terkejut, bahkan mulutnya berhenti mengecap makanan. "Tunggu, jangan bilang kau akan pergi?" Dengan nada histeris Zen bertanya tentang kejelasan ucapan Luck sebelumnya.     

"Yah, sebenarnya aku sendiri juga bingung. Ini pertama kalinya ada player yang mengizinkanku bergabung dengan partynya tanpa memandang kekuatan."     

"Hah?" Zen terkejut, saking terkejutnya makanan yang bersarang di mulutnya berjatuhan satu persatu. "Kau serius bukan? Dilihat dari siai manapun, saat di pertarungan sebelumnya kau itu pemegang Special-Class."     

"Yah, tapi aku jarang memperlihatkannya secara langsung. Jadi, sebelum aku memberikan penjelasan mereka akan meninggalkanku begitu saja."     

"Pft– PUHAHHAHAHAHA ...."     

"Oi kenapa kau tertawa? Apa aku terlihat sebegitu menyedihkannya?" tanya Luck dengan ekspresi kesalnya.     

"Tidak, aku tidak menertawakanmu. Aku hanya kasihan pada mereka yang tidak bisa menjadi satu tim denganmu. Menilai buku dari covernya memang tidak salah, tapi melewatkan isinya adalah kesalahan terbesar." Untuk sesaat situasi menjadi tenang setelah perkataan Zen. Keduanya berusaha menikmati suasana keadaan diantara mereka.     

"Jadi, bagaiamana? Dari pada pergi, kenapa tidak bergabung denganku? Setelah sekian lama akhirnya aku menemukan rekan yang dapat diandalakan. Kau tahu, ini lebih baik daripada sebuah guild. Dengan hanya sebuah party kita bisa pergi kemanapun dengan bebas. Dan dengan tambahan kemampuanmu, aku jadi yakin untuk mendatangi tempat-tempat yang sebelumnya mustahil bagiku."     

"Tempat yang mustahil? Sepertinya akan banyak tantangan jika bersamamu," batin Luck. "Hahh ...." Sambil menghela napas, Luck melihat langit dengan terpaan cahaya matahari yang menerpa wajahnya. Dan disusul tarikan napas jawaban darinya pun keluar, "Mohon kerja samanya untuk kedepannya."     

Dengan keadaan mata terpejam Zen menyeringai mendengar jawaban Luck. Sambil menyulurkan tangannya untuk sebuah jabat tangan, ia memberikan permintaan untuk bergabung dengan party yang kedua kalinya.     

"Kuharap kita dapat bekerja sama dengan baik."     

[ Zen Mengundang Anda Memasuki Party, Terima? ]     

"Yah, aku juga," balas Luck kepada Zen, baik untuk perkataan dan jabat tangan.     

_________________________     

Status Party:     

Zen | Manusia     

Lv. 33     

Tittle : 8     

Reputation : 5.900     

Class : Revenant     

Sub-Class : –     

___________________     

HP : 10.500     

MP : 2.050     

STR : 75     

VIT : 70     

INT : 82     

DEX : 75     

Stats Point : 55     

[Bonus class : +1 STR, +1 INT, +1 DEX tiap kenaikan level]     

[Bonus set armor :]     

- Tergantung kedekatan player dengan spirit, 1 sampai 5 spirit dengan atribut berbeda akan ikut dalam pertarungan dan membantu player.     

Luck | Elf     

Lv. 32     

Tittle : 4     

Reputation : 3.150     

Class : Magitech     

Sub-Class : Legendary Craftsman     

___________________     

HP : 7.500     

MP : 3.200     

STR : 50     

VIT : 66     

INT : 128     

DEX : 45     

Stats Point : 30     

[Bonus class : +3 INT tiap kenaikan level]     

[Bonus set armor :]     

- Saat HP dibawah 20% player akan kebal dengan serangan apapun selama 20 detik.     

- Armor meningktkan pemulihan HP dan MP sebesar 1,5 kali lipat.     

_________________________     

»Kyoto, Jepang«     

Malam hari di sebuah rumah dengan gaya tradisional jepang. Seorang pelayan pria yang sedang menyambut tuannya kembali dari dunia virtual.     

"Selamat datang Itsuki-sama."     

"Aku kembali, Kyoichi-san."     

Melihat wajah tuannya yang berseri-seri sang butler tidak bisa menahan rasa penasarannya akan apa yang telah terjadi pada tuannya saat di sisi yang lain sebelumnya.     

"Itsuki-sama, apa ada sesuatu yang membahagiakan baru saja terjadi."     

Pria tinggi dengan rambut hitam berponi sebelah itu mengalihkan pandangannya dengan ekspresi terkejut ke arah butlernya.     

"Apakah sejelas itu?" batin Itsuki. "Yah, mungkin karena aku sudah menemukan seseorang yang bisa disebut teman."     

Walaupun wajahnya menunduk, bisa dilihat kalau senyuman telah terlukis di wajah Itsuki. Sebagai butler yang telah merawat Itsuki sejak kecil, ia tahu kalau tuannya selalu di remehkan orang lain karena selalu terlihat murung.     

Bahkan yang namanya teman pun, hanya sebatas pertemanan tidak murni yang digunakan untuk mencari keuntungan satu sama lain. Dan sekarang, diumur tuannya yang ke-21 ia pertama kali melihat manik mata tuannya yang berwarna biru itu terang penuh akan kebahagiaan.     

"Kalau begitu, saya juga ikut senang untuk anda."     

"Oh ya, Kyoichi-san aku sangat lapar. Tolong siapkan aku makanan?"     

"Baik Itsuki-sama."     

Dengan perasaan bahagia yang ia rasakan, Itsuki keluar dari kamarnya dengan sebuah gumaman, "Bisa diandalkan kah. Hehe ...."     

....     

»Tokyo, Jepang«     

Masih di negara yang sama tetapi dengan beberapa hari kedepan. Siang hari di sebuah ruangan pada gedung kantor pencakar langit.     

Tok! Tok! Tok!     

Suara ketukan pintu terdengar, si penghuni ruangan pun mempersilahkan si pengetuk pintu dengan sebuah aba-aba, "Masuklah."     

"Maaf bila aku mengganggu Nii-san." Dari luar seorang gadis dengan paras yang cantik, dengan rambut hitam panjang yang melambai-lambai di tiap langkahnya, dan dari sorot mata emas kecoklatannya memancarkan aura kedewasaan.     

"Ryoko kah, tidak masalah. Lagipula pekerjakaanku sudah selesai semua. Lalu, ada urusan apa kamu ke sini? Apa kamu tidak ada kelas mata kuliah hari ini?" Sang kakak dengan lembut membalas perkataan adiknya.     

Sama dengan adiknya yang memberikan kesan yang dewasa, sang kakak juga memiliki penampilan yang sama dari segi warna rambut dan warna mata.     

Mungkin orang-orang yang tidak terlalu mengenal mereka akan menganggap mereka saudara kembar, tapi kenyataannya sang kakak lebih tua lima tahun.     

"Aku ingin tahu bagaimana perkembangan tentang pencariannya."     

Mendengar akan hal yang ingin dibahas oleh Ryoko, Ryuto hanya bisa menghela napas. Dia berdiri dari tempat duduknya dan mendekat ke arah Ryoko. Dari mulutnya keluarlah jawaban yang ditunggu-tunggu oleh Ryoko.     

"Dia memang orang yang sama. Arka Fidelis yang menyelamatkan Cecilya, dan Arka Fidelis yang kita tahu adalah orang yang sama. Tapi sayangnya banyak hal yang janggal dengan identitasnya yang sekarang, dikatakan ia mengalami amnesia dan lupa akan keluarganya yang sudah tiada. Dan aku yakin pasti ada alasan dibalik kondisinya."     

Untuk sesaat Ryuto berhenti, ia mengambil sebatang rokok lalu mulai menghisapnya dan melanjutkan kata-katanya.     

"Lalu player A-World bernama Zen, yang kau bilang Cecilya memberitahumu kalau player itu mirip Arka Fidelis, aku bisa memastikan 80% kalau mereka juga orang yang sama. Semenjak aku mengetahui mereka dari negara yang sama."     

"Jadi, apakah aku bisa menemui Aa-kun sekarang?"     

"Jangan, pria gila itu punya telinga dan mata dimana-mana. Arka bisa dalam bahaya, kamu ingat yang terjadi pada Paman dan Bibi kan?"     

"T-tapi ...."     

"Aku tahu kalau kamu sangat merindukannya, dia juga sahabatku. Satu hal yang harus kamu sadari. Keselamatannya lebih penting, lalu juga jangan sampai Cecil mengetahui ini. Trauma lamanya bisa muncul, menemuinya dalam game juga bisa kan? Sebagai sesama player."     

Ryoko hanya bisa mengangguk. Dalam hatinya ia kecewa, tapi ia tidak bisa membantah perkataan kakaknya karena memang semuanya fakta.     

"Aku harus pergi, ada urusan lain." Melihat ekspresi adiknya yang sekarang membuatnya tidak tega, tapi mau bagaimana lagi. "Sudah janganlah bersedih, masih ada kesempatan dengan menemuinya dalam game. Dan juga ada yang membuatku penasaran, kenapa kamu tidak pernah membuka topeng avatarmu?" Menyadari adiknya tidak mau merespon lagi, ia pun pergi begitu saja.     

"Tunggulah Ryoko, saat pria gila itu tertangkap. Kau akan dapat bersama dengan Arka lagi," batin Ryuto saat meninggalkan ruangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.