Adventure World

Lv. 34 - Class Quest [Selesai]



Lv. 34 - Class Quest [Selesai]

0"Kukira kau akan membunuh semua yang ada di sini," sindir Liliana.     

"Tidak, cukup targetku saja yang mati. Dan juga, aku cukup penasaran bagaimana kau bisa menemukanku secepat ini."     

"Tidak ada gunanya memberitahu penyihir pemula sepertimu." Liliana mengangkat tongkatnya, dan dalam satu ayunan muncul ratusan angin berbetuk pisau yang melayang ke arah Zen.     

"Astaga, benar-benar tidak sabaran," gumam Zen yang menendang tanah dan mulai melayang diudara bebas. Tapi, sayangnya serangan angin itu juga ikut mengejarnya, dan untuk itu Zen sedikit berputar-putar dan akhirnya melesat ke arah Liliana.     

"Huh, trik murahan," gumam Liliana.     

Liliana yang melihat itu tentunya tidak diam saja, di tangannya muncul sebuah lingkaran sihir yang mengeluarkan api berbentuk kepala naga.     

Serangan api berbentuk naga itu pun bertabrakan dengan serangan lainnya. Liliana menduga Zen pasti sudah mati karena tidak merasakan kehadirannya sama sekali di area serangan.     

Tapi, dari belakang muncul Zen dengan sebuh listrik hitam berbentuk cambuk dari ujung tongkatnya.     

Saat diayunkan serangan itu hampir berhasil mengenai Liliana, namun terhalang oleh sebuah barier.     

Liliana pun menjaga jarak dengan menggunakan sihir terbang yang sama dengan milik Zen.     

Dan dimulailah pertarungan sihir di udara, Liliana yang memborbardir sihir jarak jauh, sedangkan Zen selalu mencoba memotong jarak dan menggunakan sihir penghancur jarak dekat.     

....     

"Aku tahu kalau sihir teleportasimu itu punya batas pada jarak untuk berpindah. Jadi kau telah berakhir," ucap Liliana menyombongkan diri melihat keadaan.     

Saat ini keduanya masih berada di udara, namun Zen berada di kondisi yang sedikit mendesak. Sekitar ratusan lingkaran sihir yang siap menyerang mengelilingi Zen dari segala arah.     

Sadar akan kondisinya Zen hanya bisa mengangkat tangan dan berkata, "Baiklah, ini kemenanganmu. Lakukan semaumu." Kalimat itu diakhiri dengan ia menjatuhkan tongkatnya ke bawah.     

"Sampi jumpa boc–" ucapan Liliana terhenti karena ia merasakan sesuatu pada tubuhnya. Dan saat ia melihat ke bawah, sebuah besi hitam yang lancip dan tajam telah menembus perutnya, benda itu adalah tongkat sihir Zen yang sebelumnya dijatuhkan.     

Menggunakan sihir perpindahan portal, Zen mengirim tongkatnya yang jatuh langsung ke belakang tubuh Liliana. Tentunya ini tidak mudah, jika saja Liliana tetap waspada maka kemungkinan berhasilnya cara ini akan mendekati angka nol persen.     

"Uhuk– B-bagaimana bisa?" Darah mengalir langsung dari mulutnya, bahkan ia tidak bisa berpikir bagaimana bisa benda itu bersarang di tubuhnya.     

Karena konsentrasi Liliana yang terganggu, semua lingkaran sihirnya hancur. Dan Zen telah bebas, ia lalu perlahan mendekat ke arah Liliana.     

"Bagaimana? Sangat tidak terduga bukan? Kau mungkin penasaran bagaimana aku bisa, tapi ... sepertinya aku tidak perlu menjawab, penyihir hebat sepertimu pasti langsung tahu kan? KAN?" ucap Zen dengan penekanan.     

Sekali lagi Zen menghilang dan muncul kembali di belakang Liliana, kali ini Zen mencabut tongkatnya lalu disusul sebuah tendangan yang membuat Liliana terlempar ke bawah.     

Zen menghampirinya sekali lagi, terlihat Liliana sedang berusaha memulihkan tubuhnya dengan sihir penyembuhan.     

"Percuma saja, saat tongkat ini mengenaimu, sebuah kutukan juga tertanam di tubuhmu. Kutukan ini membuat targetnya kehilangan energi kehidupan secara perlahan. Jadi berusaha memulihkan diri merupakan perbuatan sia-sia."     

"Cih, manusia kejam. Aku bahkan tidak tahu apa tujuanmu memulai semua hal ini."     

"Oh, kalau begitu akan kuberi tahu tujuanku yang sebenarnya. Sebelum itu perkenalkan, aku Arsley Xavierier. Seharusnya kau tahu nama itu," ucap Zen dengan nada yang dingin.     

"Xavierier? HAHAHAHAHAHA .... Jalang sialan, bahkan setelah kau mati, kau tetap saja menghalangiku."     

"Baik, karena kau sepertinya sudah gila aku akan akhiri saja." Tepat di akhir kalimat ini, puluhan energi kegelapan berbentuk pedang yang bersarang di tubuh Liliana.     

"A-Arsley? Apa hubunganmu dengan Helena Xavierier? Kenapa kalian punya nama keluarga yang sama?"     

Secara mengejutkan Clara telah terbangun dan berada tepat di belakang Zen. "Oh, dia bangun cukup cepat. Mungkin jumlah mananya yang cukup besar membuatnya punya resitensi terhadap sihir cukup baik," batin Zen.     

"Dia Masterku. Tidak, dia sudah seperti ibuku sendiri."     

"Jadi kau murid Nona Helena? Tapi kenapa kau membunuh Nona Liliana."     

"Coba kau hubungkan antara aku yang membunuhnya wanita ini dan keadaan Master yang sekarang."     

Setelah mendengar perkataan Zen seketika mata Clara membelalak. Dia hanya bisa menahan keterkejutannya dengan menahan genggaman tangannya di bibirnya.     

"Tidak mungkin? Apa itu benar?"     

"Kau sekarang sedang bertanya dengan seseorang yang melihat kejadiannya secara langsung."     

Clara hanya bisa menunduk. Baginya Helena adalah sosok yang sangat ia hormati sejak kecil.     

"Semuanya tangkap kedua penghianat itu!!!"     

Lagi-lagi teriakan seseorang muncul sekali lagi. Kali ini seorang gadis dengan penampilan yang hampir mirip dengan Liliana dan di sampingnya berdiri prajurit lebuh banyak dibandingkan yang dibawa Liliana.     

"Kakak?" ucap Clara.     

"Oh Clara, aku tidak menyangka kalau kau bekerja sama dengan seorang penghianat. Bahkan telah membunuh pemimpin penyihir kerajaan. Mati sekarang pun sepertinya tidak masalah untukmu."     

"Sial, aku merasa ada yang tidak beres," batin Zen.     

Dan di saat itu juga seorang prajutit melempar sesuatu berbetuk bola kecil ke arah Clara. Zen tidak yakin kalau akan sempat menggunakan sihir untuk melindunginya, dan karena itu berakhir dengan Zen melompat ke arah Clara untul mendorongnya.     

Saat bola itu mengenai Zen, bola itu pecah menjadi sebuah percikan dan merasuk ke tubuhnya. Zen merasakan kalau tubuhnya tiba-tiba tidak biaa bergerak sama sekali, bahkan mengangkat bibir saja sangat berat.     

Dari kejauhan terlihat kalau si tuan putri yang lain mendecakkan lidahnya karena kesal gagal mengenai Clara, lalu ia pun mengeluarkan perintah, "Semuanya, tembakkan panah dan sihir ke mereka sekarang!!"     

"T-tapi tuan putri, di sana masih ada tuan putri Clara," sela salah satu prajurit.     

"LAKUKAN SAJA PERINTAHKU SIALAN!!" ucapnya dengan bentakan.     

Dan seketika ratusan anak panah dan sihir melayang ke arah Zen dan Clara. Zen mengira kalau questnya telah berakhir, tapi sepertinya malah berakhir dengan kacau.     

Ia sedikit heran kenapa saat ia berhasil membunuh Liliana, tidak ada pemberitahuan apapun tentang kelanjutan. Bukankah itu tujuan terakhir Arsley, untuk membunuh penyebab kematian masternya.     

Tiba-tiba perhatian Zen teralihkan ke Clara yang berusaha melindunginya, dengan memunggungi arah dari serangan yang datang dengan senyuman di wajahnya.     

"Sial, jika ekspresimu seperti itu ... itu hanya akan membuatku semakin kesal. Tunggu, jangan-jangan ...," batin Zen. Tiba-tiba terselipkan sebuah pengelihatan di kepala Zen, hal ini sama seperti saat kematian master arsley datang.     

"Jadi begitu, penyesalan Arsley yang sebenarnya adalah gagal melindungi Clara. Jadi begitu ...," batin Zen. "Kalau begitu selamatkan dia sekarang sialan, aku ingin mengucapkan ini sejak awal, kau menyukai dia kan Arsley? Kalau begitu bangkit!!" Zen berusaha meneriaki tubuh Arsley dari dalam hati, dan sesuatu merespon ....     

Zen merasa degup jantungnya semakin kuat dan cepat, di sekujur tubuhnya muncul sebuah garis hitam yang seperti retakan.     

Lalu saat seluruh serangan telah tiba Zen berkata, "Akhirnya bisa." Seluruh serangan itu terhalang oleh sebuah barier tak terlihat, dan yang melakukannya tentu saja Zen.     

Ia berdiri lalu menarik Clara ke pelukannya dan berkata, "Maaf telah menarikmu ke dalam masalah."     

Clara mulai menangis, dan saat masih terisak ia menjawab, "Tidak, aku sudah tahu kalau hal seperti ini akan segera terjadi, sejak ibu dan nona Helena meninggal. Aku sadar kalau sudah tidak ada yang bisa kupercaya, bahkan sang Raja pun sama saja."     

"Baiklah Arsley kau harus mengatakannya," ucap Zen dalam hati yang kemudian membuatnya tiba-tiba terlempar keluar dari tubuh Arsley. "Woah aku seperti hantu."     

"Kalau begitu ... ikutlah denganku. Kita akan pergi ke suatu tempat yang jauh, dimana tidak ada yang mengenal kita. Dan tentunya kita akan menjadi sebuah keluarga," ucap Arsley, yang kali ini benar-benar Arsley.     

Clara sempat melihat wajah Arsley dan kali ini bukan wajah dingin yang seperti biasanya, melainkan sebuah senyuman yang hangat dan menenangkan. Ia hanya menanamkan wajahnya ke dada Arsley dan mengangguk.     

"Bagus-bagus, itulah yang harus dilakukan seorang pria," ucap Zen sambil mengacungkan ibu jarinya.     

[ Selamat player telah menyelesaikan kisah dari Arsley sang Ahli Sihir Malapetaka ]     

....     

Hah ... lama-lama aku mulai terbiasa dengan tempat gelap seperti ini. Sepertinya quest itu benar-benar telah selesai. Queat ini memang sedikit agak panjang dan kompleks, tapi aku merasa seperti melakukam sebuah speedrun pada game lain. Alurnya benar-benar bergerak sangat cepat.     

Tap! Tap! Tap!     

Suara langkah kaki? Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki, dan saat aku memalingkan pandanganku ke sumber suara, terlihat seorang pria tua sedang berjalan mendekat.     

Tunggu, seorang pria tua? Huh, mau dilihat dari mana pun sudah jelas kalau dia Arsley. Saat ini kami berdiri saling berhadapan, dia terlihat sangat tenang.     

"Terima kasih atas bantuanmu," ucapnya yang tiba-tiba.     

"Tidak masalah, lagipula aku cukup menikmatinya."     

"Yah, kulihat kau memang seperti menikmatinya. Bahkan kau melakukannya dengan cara tercepat, bahkan sampai akhir kau membuatku terkejut."     

"Hehe, ya~ begitulah."     

Arsley mengulurkan tangannya yang seerti menggenggam seduatu dan berkata, "Aku tidak ingin berlama-lama, terimalah hadiahmu." Saat genggamannya terbuka, muncul sepercik cahaya yang merasuk ke dalam avatarku.     

»Class Quest: Awakening Magic - Selesai«     

Dalam rangka untuk mengendalikan Revenant, player harus menjalankan tes. Dan tes pertama adalah, membangkitkan kekuatan sihir.     

- Hadiah: Doom Legacy     

[ Skill Magic Mastery mengalami metamorfosis menjadi Doom Sovereign, apa anda akan menerimanya? ]     

Hoo ... aku pernah melihatnya di guide, jadi ini yang namanya metamorfosis skill. Seperti namanya ini bisa diartikan sebagai perkembangan sebuah skill.     

Contohnya, saat player mengambil class mage mereka akan mendapatlan skill mastery juga yang bernama Mana Manipulation. Dan saat mereka meningkatkan class mereka ke advance-class mereka juga harus melakukan metamorfosis skill di suatu tempat.     

Dari skill Mana Manipulation, mereka biaa mengubahnya menjadi Phyromancy jika menjadi Red Mage, Aeromancy jika menjadi Green Mage, dan lain-lain.     

Tentunya bukan hanya skill sihir yang bisa melakukan metamorfosis, skill lain pun bisa. Misalnya skill berpedang, yang pada dasarnya hanya skill dasar saja. Jika player mempelajari sebuah aliran, skill mastery mereka akan berubah. Dan skill serangan mereka juga bisa berubah, dari skill dasar menjadi teknik yang lain.     

"Ya, lakukan."     

[ Magic Mastery » Doom Sovereign ]     

» Doom Sovereign – [M] [1%] [Passive]     

Ket : Mewarisi kemampuan pengendalian energi sihir malapetaka dari Arsley Xavierier.     

- Regenerasi mana dua kali lebih cepat.     

- Setiap 10 INT memberikan bonus (Magic Defense +5%, Magic Damage +2,5%, Magic Penetration +2,5%)     

[Basic Attack] sama halnya dengan penyihir lain, tiap 10 detik sirkulasi sihir dalam tubuh akan mengolah mana menjadi 5 buah serangan siap pakai. Player dapat menembakkan serangan tersebut kapan saja asalkan sudah siap, tiap serangan memberikan kerusakan (20% Magic Power).     

"Skill sihir yang sebenarnya memang luar biasa."     

[ Anda mendapatkan lima kesempatan melakukan metamorfosis skill sihir ]     

"Lagi? Kurasa ini waktu yang tepat mempelajari skill magic," gumamku.     

"Aku masih punya sesuatu untukmu," ucap Arsley bersamaan dengan ia menyerahkan sesuatu seperti kunci kepadaku. "Anggap ini bonus karena akhir dari cerita yang kau berikan sangat memuaskan, lagipula benda itu sudah tidak berguna bagiku."     

•Underworld Gate Key - [S]•     

Ket : Kunci yang dapat digunakan untuk membuka gerbang akses ke dunia bawah. Hanya yang terpilih yang bisa memilikinya.     

"I-ini ... terima kasih, aku akan menyimpannya."     

"Baguslah, kuharap itu akan berguna untukmu di suatu hari nanti."     

Item Rank S huh ... aku penasaran kapan akan bisa menggunakannya. Dunia bawah sepertinya tempat yang cukup berbahaya, atau mungkin menyenangkan, hehe ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.