Adventure World

Lv. 36 - Lantai Kedua



Lv. 36 - Lantai Kedua

0»2nd Floor: Green Swamp«     

Seperti namanya, pada dasarnya lantai kedua adalah rawa-rawa. Sebuah daratan yang penuh dengan genangan air dan kumpulan pohon yang tidak terlalu lebat.     

Di tempat ini monster yang mendominasi adalah ular, lebih tepatnya ular hijau. Padahal setelah melihat kata rawa kukira monster ini kan sejenis dengan buaya, ternyata dugaanku salah.     

Walaupun namanya sangat sederhana Green Serpent, tapi ukurannya berbeda dengan ular biasa. Panjang mereka kira-kira 10 meter, dengan diameter tubuh sekitar setengah meter.     

Cukup besar memang, setelah bertarung beberapa kali dengan mereka, bisa kupastikan ular-ular ini tidak memiliki racun. Tapi satu hal yang harus di waspadai, yaitu sisik mereka sangat keras dan tajam, jika sampai terlilit pasti akan gawat.     

•Green Serpent•     

Beast | ☆     

Lv. 22     

"Astaga, mau berapa lagi yang akan muncul? Kukira karena berjenis ular, mereka tidak akan berkelompok. Tapi mereka benar-benar datang bersamaan," ucap Zen dengan helaan napas di akhir. "Sepertinya aku sangat disambut di lantai ini," lanjut ucapnya.     

....     

"Guts, bukankah dia cukup lama? Sebelumnya di bilang kalau berada di lantai satu bukan?"     

"Ya, kupikir juga begitu. Apa kau benar-benar mengiriminya lokasi yang benar?" jawab Guts meragukan.     

"Tentu saja! Aku sudah mengiriminya lokasi yang benar!" jawab Ein ngotot.     

"Sepertinya dia mengalami sedikit kesulitan di jalan. Schwartz, Schattein," panggil Guts ke seseorang.     

"Apa ada sesuatu Guts?" tanya Schwartz.     

"Ya, ya, jarang sekali kau memanggil kami berdua bersamaan," lanjut dengan Schattein.     

Dua player kembar yang tampan, dengan ras yang sama yaitu Beastkin berjenis kucing. Schwartz memiliki warna rambut biru tua dan rambut Schattein berwarna biru muda. Mereka berdua memiliki warna mata yang sama, yaitu hijau gelap.     

Mereka juga mengenakan equipment yang hampir sama dan keduanya membawa dua dagger. Dari hal itu juga bisa diketahui kalau mereka adalah player Rogue, yang kemungkinan telah mendapatkan advance class Assassin.     

"Sebelumnya kami mengundang seseorang untuk bergabung dalam Raid. Dan dia belum sampai juga dari tadi, ada kemungkinan dia tersesat. Karena itu, apa kalian bisa menjemputnya di Starting Zone?"     

"Eeee ... apa itu alasan kita menunggu dari tadi?" tanya Schatten dengan ekspresi berlebihnya.     

"Yah, karena itulah kami ingin bantuan kalian," jawab Ein.     

"Apa dia sangat penting untuk kelangsungan raid ini?" tanya Schwartz, terlihat kalau ia ragu-ragu dengan player yang diundang oleh Guts dan Ein.     

"Kau akan tahu saat menemuinya, Dia cukup hebat lo, mungkin melebihi aku dan Guts," ucap Ein dengan tawanya.     

"Huh, aku ingin menyangkalnya tapi yang dikatakan oleh Ein benar. Kehadirannya pasti akan memberikan banyak dorongan."     

Pada dasarnya yang dikatakan oleh Ein dan Guts bukanlah pujian semata. Mereka berdua memang benar-benar mengakui kekuatan Zen sejak Event ARC City berakhir.     

Ekspresi Schwartz dan Schattein berubah seketika. Mereka berdua tahu kalau dua player di depan mereka ini termasuk dari beberapa yang terbaik dalam game saat ini. Dan dengan mudahnya mereka bilang kalau ada player lain yang kemungkinan melebihi mereka.     

"Itu benar-benar ucapan tak terduga dari kalian berdua," ucap Schwatz dengan wajah yang masih datar.     

"Haha, kalau begitu tunggu apalagi yang kau tunggu Schwa? Ayo kita pergi," ucap Schattein yang melesat begitu saja.     

"Kalau begitu aku pergi dulu Guts, Ein." Lalu Schwartz pun menyusul langkah Schattein.     

"Apa mereka kan baik-baik saja?" tanya Ein.     

"Kau tidak perlu khawatir. Mereka adalah Assassin terkuat di guildku, aku sudah kenal lama mereka, bahkan di dunia nyata. Schwartz sangat bisa diandalakan, apalagi dia selalu tenang. Dan Schattein juga, walaupun dia terkadang kekanak-kanakan, saat serius dia akan berbeda," jawab Guts dengan penuh keyakinan.     

"Tunggu, penampilan dan nama mereka hampir sama. Apa di dunia nyata mereka juga kembar?"     

"Yup, benar sekali."     

"Wow, walaupun aku sudah menduganya, tetap saja masih membuatku terkejut."     

....     

"Schwa!! Bagaimana ini? Ini hampir 10 menit dan dia masih belum ketemu. Bahkan skill pendeteksiku tidak menemukan apapun," keluh Schattein dengna nada manja.     

"Diamlah aku juga sedang berusaha."     

"AHHHHHHH ...," teriak tidak jelas Schattein yang mengeluh.     

Dalam hal ini Schwartz sangat berpikir keras, biasanya mereka berdua sangat ahli mencari seseorang. Tapi kali ini bahkan mereka dibuat kebingungan.     

"Kami sudah menggunakan skill pendeteksi, biasanya player dan monster akan langsung terdeteksi bagaimanapun juga. Kecuali untuk player yang ... jangan bilang orang ini levelnya lebih tinggi dari kami. Saat ini level kami 27, jika itu benar, berarti orang ini memang setara dengan Ein dan Guts," batin Schwartz yang berpikir.     

"Schwa, aku tidak tau apa yang terjadi. Tapi di sebelah sana terdeteksi banyak sekali monster, tapi tidak ada player yang terlihat. Aku tahu kalau monster lantai ini memang berkelompok, tapi jumlah yang di depan sana sudah tidak masuk akal," jelas Schattein sambil menunjuk ke suatu arah.     

"Ahh, aku tidak menyadarinya karena skillku cooldown," batin Schwartz. "Kau benar, mungkin di sana akan ada petunjuk."     

Setelah itu mereka melesat dengan cepat ke arah yang di tujukan Schattein.     

....     

"Schwa, tempat ini benar-benar kacau," ucap Schattein dengan seditik gemetar.     

"Hm, kau benar."     

Tepat di hadapan mereka, terdapat sebuah pemandangan yang cukup mengerikan. seorang player dengan ratusan mayat ular di sekitarnya.     

Player itu menyadari kedatangan Schwartz dan Schattein, dan ia pun mendekati mereka. Sebagai player dengan class Assassin, sistem telah membuat insting dan kepekaan mereka berdua menjadi lebih tajam, daripada player dengan class biasa lainnya.     

Di pengelihatan mereka berdua, Zen nampak cukup mengerikan dengan aura hitam yang membara muncul dari tubuh avatarnya. Mungkin karena ia masih mengaktifkan ketiga skill peningkatannya.     

....     

"Dengan ini, semuanya berakhir," ucapku setelah memberikan tebasan terakhir pada monster yang tersisa.     

[ Weapon Mastery 30,5% » 32,2% ]     

[ Doom Sovereign 2% » 5,6% ]     

[ Retribution 31% » 32,4% ]     

[ Bloodlust 10% » 17,2% ]     

[ Armament 35% » 38,3% ]     

[ Soul Aura 39,1% » 42% ]     

[ Ghost Step 34,4% » 38% ]     

[ Line Slash 15% » 21% ]     

[ Triple Crescent Slash 10% » 13,9% ]     

[ Cursed Thorn 2% » 9,6% ]     

"Ohh, banyak skill yang mengalami peningkatan efek ternyata," gumamku.     

Aku tidak tahu berapa lama ini telah berlangsung, tapi aku yakin kalau telah membuat mereka menunggu. Jika saja aku tidak bertarung sambil berkeliling, skill Bloodlust mungkin tidak akan menarik ular sebanyak ini.     

"Hm ... sejak kapan mereka ada di sini?" gumamku saat menyaksikan kedatangan dua player Beastkin kembar.     

Dari penampilan seharusnya mereka seorang Assassin. Tunggu, lambang di pakaian mereka ... kepala prajurit perkasa dengan berbagai senjata berat di silangkan di belakangnya. Mereka dari guild Warblood Titan pastinya.     

"Apa Guts yang mengirim kalian untuk menjemputku," tanyaku.     

Aku sedikit bingung kenapa mereka terlihat lambat menjawab. Lalu saat melihat diriku sendiri ..., kudengar kalau Assassin memiliki insting yang sangat peka, dan melihatku dengan keadaan seperti ini membuat mereka sedikit tertekan.     

Setelah aku menonaktifkan skillku, terlihat kalau mereka sudah bisa terlihat lebih santai dan tidak terpaku denganku. Astaga, mungkin aku harus sedikit berhati-hati lain kali.     

Si player dengan warna rambut biru tua itu tersentak dari lamunannya. Lalu ia merespon kata-kataku, "Perkenalkan, aku Schwartz wakil ketua satu dari guild Warblood Titan. Dan di sampingku ini ...."     

"Aku Schattein, anggota guild Warblood Titan," ucap player yang satunya dengan nada bicara yang sedikit terdengar arogan.     

Yang satunya terlihat sangat tenang dan satunya lagi arogan. Tapi aku bisa tahu kalau mereka kuat, karena mereka terlihat cukup percaya diri.     

"Aku Zen, senang bertemu dengan kalian. Lalu maaf merepotkan kalian seperti ini, sepertinya mencariku membuat kalian sedikit kerepotan dan di sana pasti banyak yang telah menunggu lama."     

"Kalau begitu, apa kau bisa mengikuti kami? Waktunya sudah menipis."     

"Baiklah, tunjukan jalannya."     

....     

"Aku tidak menyangka kalau player yang diundang mereka berdua adalah dia. Salah satu dari pemenang event sebelumnya, kudengar dia juga seorang penjual potion yang terkenal. Pantas saja dia seperti dibesar-besarkan," batin Scahttein. "Huh, mari kita lihat apa dia bisa mengikuti kecepatanku," lanjutnya ucap dalam hati.     

[Swift Boost]     

"Anak ini ... apa dia tidak bisa berhenti membuat masalah? Bagaimana jika si Zen ini kehilangan jejak kit–" batin Schwartz khawatir, tapi itu sia-sia. Saat ia menoleh ke belakang, terlihat kalau Zen masih bisa mengikuti mereka berdua dengan baik, bahkan ia masih sempat tersenyum saat pandangannya bertemu dengan Schwartz.     

Schwartz tidak bisa berkata apa-apa, lalu ia juga mengaktifkan skill yang sama dengan Schattein untuk mempercepat langkahnya.     

[Swift Boost]     

Melihat kedua player di depannya yang semakin cepat, Zen juga mulai serius menanggapinya.     

....     

"Hehe, dia pasti tertinggal," gumam Schattein dengan muka sombong. Tapi tepat saat ia menapakkan kaki berhenti, Schwartz dan Zen muncul secara bersamaan.     

"HAHH!!" teriak Schattein terkejut.     

"Benar-benar kekanak-kanakan," hina Schwartz. Lalu Zen yang tidak tahu apapun yang terjadi hanya bisa diam saja kebingungan tentang apa yang terjadi antara player kembar ini.     

Saat Zen sampai ia bisa melihat puluhan player di depannya. Seorang player kekar dengan gaya rambut botak tipis, dilengkapi dengam beberapa model garis. Dan ia membawa sebuah Greathammer, dia Guts.     

Lalu Ein, seperti yang diketahui kalau dia elf. Memiliki rambut pirang panjang sampai pinggang, dan mata bewarna keemasan. Dia benar-benar mencolok.     

"Ohoo lihat akhirnya kau sampai, kau tidak tahu berapa lama kami menunggu," sindir Ein.     

Seketika semua pandangan mengarah ke Zen. Beberapa dari mereka tahu siapa dia dan identitasnya yang lain. Tapi, tak sedikit juga orang yang tidak tahu dan juga terlihat heran dengan kehadirannya.     

"Apa ada masalah pada perjalananmu Zen?" tanya Guts, berbeda dengan Ein dia lebih perhatian.     

"Ugh maaf-maaf, hanya saja karena skillku aku tidak sengaja menarik terlalu banyak monster. Tapi aku baik-baik saja," jelas Zen.     

"Oh baguslah," ucap syukur Guts.     

"Hoho, apa kau ketakutan karena dikerumuni oleh banyak ula–"     

"Ein hentikan itu," ucap serang player memotong omongan Ein.     

"Ahh, Noah tidak seru. Kau tahu, jarang-jarang aku bisa merendahkan orang ini," ucap Ein sambil menunjuk Zen.     

Seorang player dengan dua buah pedang di punggungnya. Ia memiliki penampilan rambut hitam panjang yang diikat ponytail. Matanya berwarna perak, lalu ia memakai kacamata, dan satu hal lagi, dia itu pria.     

"Perkenalkan aku Noah, wakil ketua dari Scarlet Moon. Dan aku minta maaf untuk perkataan Ein yang sebelumnya."     

"Uwah, lagi-lagi muncul pria keren," batin Zen. Dilanjut jawabannya akan pernyataan Noah, "Haha, tidak masalah. Setidaknya wakilnya lebih dewasa daripada dia."     

"Haaaahh?!! Apa kau bilang?!!" teriak Ein seperti mengajak berkelahi.     

"Kau sangat kekanak-kanakan," dan Zen hanya menanggapinya dengan tenang.     

Dua orang ini memang sudah cukup lama kenal dalam game, dan selalu saja mereka membuat keributan. Dan akhirnya hanya orang ini yang bisa menghentikan mereka.     

"Diam!" bentak Guts dengan menghentakkan senjatanya. Dan langsung saja keduanya terkejut dan diam. Semua orang di sana bisa langsung tahu, kalau diantara mereka bertiga yang terbesarlah yang paling mendominasi.     

"Baik, karena semuanya sudah berkumpul kita akan mulai membahas tentang Raid Boss kali ini ...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.