Adventure World

Lv. 39 - Jalan Buntu



Lv. 39 - Jalan Buntu

0Pertarungan menjadi lebih mudah, itulah yang kurasakan. Kukira Boss lantai ini akan memunculkan mode Berserk ketika dia sekarat. Tapi kenyataannya tidak, benar-benar membuatku kecewa.     

Masih seperti sebelumnya, Guts telah mengambil alih keseluruhan barisan depan. Lalu Ein tetap melanjutkan memberi komando untuk player pendukung di belakang.     

Dan aku? Tentunya mencoba memberi damage sebanyak mungkin, agar poin kontribusiku untuk Raid semakin tinggi.     

Hal ini sudah di tetapkan oleh sistem game, bahwasannya bila sebuh pertarungan dengan monster sekelas Boss yang dilakukan oleh lebih dari satu player atau Raid, maka akan diumumkan nilai kontribusi tiap partisipan saat Raid berakhir.     

[ Green Swamp - Clear ]     

[ Lantai ketiga terbuka ]     

[ Reputation +750 ]     

[ Anda telah naik level 28 » 29 ]     

Dan akhirnya pertarungan berkhir tanpa kusadari, terdengar di telinga suara sorakan seluruh player yang ada di sekitar. Dan kebetulan player yang sebelumnya mati telah menyusul ke lokasi berkumpul.     

Kalau aku tidak salah dengar last hit didapatkan oleh Noah, dia memang player yang berbakat. Dan di saat inilah yang paling di tunggu-tunggu, pengumuman tingkat kontribusi.     

•Raid Contribution•     

{[(1)]} Zen     

[(2)] Noah     

(3) Ein     

4 Schwartz     

5 Rusty     

6 Korey     

7 Guts     

8 Schattein     

9 Rekka     

10 Brody     

..     

..     

..     

..     

Dari luar ekspresiku memang datar, tapi di dalam hati aku bisa mengatakan sesuatu seperti, "Wohooooooo Yeaahhh."     

Seperti yang kuperkirakan, banyak pandangan yang mengarah ke diriku. Memang memiliki point kontribusi paling tinggi hanya akan membuatku menerima EXP paling tinggi.     

Tapi ada hukum tak tertulis yang telah disepakati oleh seluruh player secara tidak langsung. Yaitu player dengan kontribusi paling tinggi akan mendapatkan hak memilih loot drop dari mangsa terlebih dahulu.     

"Ugh ... pandangan mereka benar-benar menusuk sampai ke dalam tubuh," batinku melihat semua player di sekeliling memperhatikanku dengan intens.     

"Jadi Zen, apa ada drop yang kau inginkan?" tanya Ein dengan serius.     

"Jika kau ingin tahu barang langka yang dijatuhkan pertama kali, kau bisa melihat ini," ucap Guts sambil menunjukkan sesuatu berupa kain dengam corak sisik ular berwarna hijau.     

"Hoo ... jadi ini rare drop Boss ini," ucapku sambil melihat detail item itu.     

•Verdant Cloak •     

[Cloak] [C]     

Ket : Sebuah jubah sihir yang terbuat dari sisik Verdant Titanoboa. Menggunakannya memberikan player Fire Resistance 20% dan ketahanan benda tajam 10%.     

Item yang bagus, tapi bagiku ini tidak menarik. Aku pun melewatinya begitu saja sambil berkata, "Tidak tertarik." Lalu aku menuju tepat ke tubuh Boss yang telah mati.     

Semuanya yang mendengar omonganku terlihat sangat terkejut. Yah, terlihat dari tampang mereka kalau menganggapku bodoh karena tidak memilih item yang sebelumnya.     

"Sial, tidak ada yang banyak berguna," gumamku.     

"Baiklah, Ein, Guts, aku akan mengambil beberapa benda ini dan beberapa yang lain juga," ucapku sambil menunjukkan kumpulan sisik Boss dan bagian tubuh lainnya yang kubawa dengan rangkulan kedua tanganku.     

Alasanku hanya memprioritaskan Sisik ular milik Boss. karena dapat digunakan sebagai bahan salah satu potion yang ada di katalogku. Sebagai potion peningkat pertahanan.     

"Tapi Zen, apa kau yakin? Kau sangat berjasa pada Raid ini kau tahu?" tanya Ein memastikan.     

"Tidak apa-apa, lagipula aku mengambil ini cukup banyak."     

Yang kuambil memang benar-benar banyak, total 200 sisik dengan ukuran mereka masing-masing sekitar setengah telapak tangan orang dewasa. Dan beberapa bagian yang lain.     

Sebenarnya ada beberapa equipment di tumpukan drop, tapi tidak ada yang menarik bagiku jadi kuambil saja material yang ada.     

Kusadari semuanya telah selesai, aku pun memutuskan untuk meninggalkan tempat. Tapi Saat cukup jauh, seseorang tiba-tiba mencegahku. "Tunggu tuan Zen," panggil Noah.     

"Ya? Apa kau butuh sesuatu?" tanyaku.     

"Terima ini," ucap Noah sambail menaruh sesuatu di telapak tanganku.     

•Fire Vessels•     

[Monster Part] [D]     

Ket : Pembuluh api yang digunakan oleh Verdant Titanoboa agar bisa menyemburkan api. Dapat digunakan sebagai bahan ramuan, atau player juga bisa mengonsumsinya secara langsung agar mendapatkan efeknya.     

"Aku tidak tahu efek apa yang akan diberikan, dan aku sendiri juga bukan seorang Alchemist. Jadi menyerahkannya ke anda mungkin pilihan yang tepat," jelas Noah.     

Dengan sekali lihat aku bisa tahu kalau ini adalah hadiah dari last hit. Di mataku item ini sangat menggiurkan, tetapi aku masih heran dengan Noah yang memberikannya ke diriku. Sebenarnya dia bisa saja meminta seorang Alchemist mengolah benda ini untuknya daripada memberikannya kepadaku..     

"Anda tidak perlu bertanya apa alasan saya memberikannya," ucap Noah yng sangat percaya diri, seolah-olah ia tahu apa yang kupikirkan. "Saya yakin bahkan teman satu guild saya atau ketua guild saya akan mengijinkan hal ini," lanjut Noah menjelaskan.     

Dia menekankan di kata Guild, jadi itu maksudnya huh. "Baiklah akan kuterima dengan senang hati."     

[ Mengirim permintaan pertemanan ke Noah ]     

Wajahnya terlihat sedikit terkejut, tapi itu tidak bertahan terlalu lama. Yah, aku suka kepribadian orang ini. Dia keren, kalem, sopan, kalau dipikir-pikir dia itu sejenis karakter sempurna yang sangat susah didekati, tapi saat sudah kenal akan sangat berbeda.     

[ Noah menerimanya ]     

"Terima kasih Noah, dan sampai jumpa," ucapku yang meninggalkan tempat.     

....     

Kerajaan Heart, biasa dikenal sebagai rumah dari para penyihir. Sama seperti kerajaan yang lain, kerajaan ini juga memiliki 4 kota yang berlokasi di setiap sisi, lalu di tengah terdapat ibukota kerajaan.     

Disebut sebagai rumah dari para penyihir karena kerajaan ini memang diatur oleh para penyihir. Dan juga lingkungannya memiliki jumlah mana alam yang sangat melimpah, hampir menyamai tanah para Elf. Dikatakan kalau seluruh kota dilindungi oleh sebuah barier tembus pandang yang mencegah monster masuk.     

Lalu tepat di arah Timur Laut kerajaan ini juga berlokasikan sebuah tempat yang disebut Negeri para Elf, Ostoraria. Keduanya memiliki hubungan yang baik, karena kedua tempat itu terhubung oleh akar pohon Yggdrasil.     

Pohon Yggdrasil adalah pohon dunia atau pohon kehidupan yang dianggap para Elf sebagai tempat suci. Dan bagi para penyihir kerajaan Heart, pohon itu adalah seumber dari pengetahuan dan kebijaksanaan, sekaligus menyimpan misteri keabadian.     

Pohon itu juga merupakan pintu masuk ke dunia para Spirit atau Roh. Dulunya tempat itu bisa diakses dari dua pintu masuk, yang pertama adalah puncak pohon yang berada di bagian pusat kerajaan Elf.     

Dan yang kedua berada di satu-satunya ujung akar yang muncul ke permukaan, berada di kota sebelah Timur kerajaan Heart, Lakemist. Tepatnya di tengah danau yang berada di pusat kota.     

Terakhir kali dunia itu dapat di akses ratusan tahun lalu. Hal ini merupakan dampak dari Evilwar yang saat itu membuat satu benua dilanda oleh kehancuran. Dan salah satu yang menerima dampak itu adalah para Spirit yang dunianya dicemari oleh para Demon, karena Yggdrasil berada di jalur para Demon.     

Peristiwa itu menimbulkan ketidak seimbangan dengan menumpuknya energi negatif di dunia Spirit. Menyebabkan terganggunya penghubung kedua dunia.     

....     

»Central of Kingdom, Heart Kingdom«     

Sebelumnya aku memilih untuk beristirahat seharian setelah melakukan Raid, dan keesokannya aku memutuskan untuk pergi ke kerajaan Heart. Alasan aku memilih ibukotanya agar jaraknya lebih dekat jika aku memutuskan untuk pergi ke kota lain yang ada di sekitar ibukota.     

"Tempat ini benar-benar sesuai yang dikatakan orang-orang," ucapku melihat sekeliling.     

Kerajaan Heart memang memiliki gaya arsitektur bangunan yang cukup unik, serta keadaan geografisnya pula. Jika dilihat dari map, yang terlihat dari kerajaan ini hampir 60% dipenuhi warna hijau daun.     

Di sepanjang jalan kota hanya terdapat pohon, pohon yang lebih besar, dan pohon yang lebih besar lagi. Semua bangunan di tempat ini pada dasarnya adalah sekumpulan pohon yang dirubah menjadi sebuah perumahan dan toko.     

Beberapa rumah atau toko berada di bagian atas, dan bisa diakses oleh tangga yang disediakan. Dan tiap bangunan yang berada di atas saling terhubung oleh dua buah jembatan yang berfungsi sebagai pintasan dua arah.     

»Neraides Magic Hall«     

"Tempat ini lebih besar dari dugaanku."     

Bangunan tepat aku berada sekarang adalah toko sihir terbesar yang ada di ibukota. Tujuanku sampai datang sejauh ini adalah mencari item bernama Dust of Life. Dan tentunya item itu akan kugunakan untuk membuat suatu potion yang sangat berguna baik untuk diriku sendiri atau untuk menghasilkan uang.     

"HAAAAAH?!!"     

Tiba-tiba terdengar suara yang cukup memekakan telinga dari dalam toko, aku cukup terkejut saat mendengarnya. Apalagi aku berada tepat saat membuka pintu.     

Dari arah meja penjaga toko terlihat seorang player dengan penampilan Elf. Kuakui dia cukup mencolok karena rambutnya yang lumayan panjang itu memiliki warna merah yang cukup cerah..     

Saat kami saling melewati, aku berusaha sebisa mungkin agar pandangan kami tidak bertemu. Dari dekat aku bisa melihat ia memiliki manik mata seperti batu safir.     

Lalu armornya, kurasa itu cukup keren. Dengan jenis light armor dan memiliki desain robotik yang cukup modern. Di kedua sisi pinggangnya tergantung sebuah pistol. Jadi aku simpulkan kalau dia player Gunner.     

"Selamat datang tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya sang penjaga toko.     

"Aku butuh Dust of Life, apa kalian punya beberapa?"     

Saat aku menanyakan hal itu, ekspresi penjaga toko yang awalnya sebuah senyuman, beralih menjadi kerutan di dahinya.     

"Maaf tuan, untuk saat ini kerajaan telah melarang penjualan tiap barang yang berhubungan dengan para Spirit. Jadi, tidak ada Dust of Life."     

"O-oh ... begitukah, kalau begitu aku pergi."     

Entah kenapa aku merasa harus meninggalkan tempat itu dengan baik-baik.     

"Terima kasih karena telah mampir."     

Baiklah, jika di tempat ini tidak dijual maka periksa saja tempat yang lain.     

....     

»Lakemist Town, Heart Kingdom«     

"Aku menyerah, bisa-bisanya seluruh toko yang ada di kerajaan tidak menjualnya. Bahkan di Trade Market juga tidak ada. Waktu seharianku terbuang sia-sia," batin Zen mengeluh.     

Zen saat ini berada di kota Lakemist. Ia tengah mengistirahatkan tubuhnya di kursi yang tersebar di jalan setapak tepi danau.     

"Haaah ...."     

"Haaah ...."     

"Eh?"     

"Huh?"     

Sebuah kebetulan antara dua player yang menghela napas bersamaan, dan berakhir dengan pandangan yang saling bertemu. Untuk sesaat tatapan kedua player pria itu saling memaku satu sama lain.     

"Bukankah kau yang berada di toko ibukota beberapa waktu yang lalu?" celetuk Zen tiba-tiba.     

"Kau juga," balas Player.     

Karena posisi mereka berada di satu kursi panjang yang sama, Zen pun mengambil inisiatif untuk berkenalan.     

"Zen," ucapnya sambil mengajak berjabat tangan.     

"Luck," balas Player itu dengan menanggapi ajakan jabat gangan Zen.     

"Biar kutebak, kau keluar dari toko yang sebelumnya dengan keadaan marah, itu karena mereka tidak mau menjual item yang berhubungan dengan Spirit kan?" ucap Zen.     

"Dan biar kutebak juga, kau mengalami hal yang sama bukan?" balas Luck.     

Keduanya saling menatap untuk seperkian detik, dan dilanjut dengan sekali lagi helaan napas yang bersamaan.     

"Sejauh mana kau sudah mencari?" tanya Zen.     

"Yah, aku hanya melihat di toko-toko besar," Luck dengan kedua tangan yang terlipat memberi sandaran untuk kepalanya.     

"Huh, dan aku terlanjur mengecek setiap toko yang terlihat di map kerajaan ini," lanjut Zen dengan posisi salah satu tangannya menopang dagu.     

"Huwah, serius? Itu cukup gila." Mata Luck melirik ke arah Zen.     

"Kukira juga begitu, sepertinya benar-benar tidak ada harapan."     

Semakin lama, keduanya semakin terlarut dalam keputusasaan. Mengahabiskan waktu berjam-jam mencari sesuatu, dan berakhir tanpa membawa apapun. Benar-benar menyedihkan.     

Bicara tentang waktu, di dunia nyata sekarang dalam keadaan tengah hari di tempat Zen, dan di dalam game langit menandakan sore hari. Sekedar info kalau waktu di dalam game berjalan dua kali lebih cepat, daripada dunia nyata. Dan kecepatan itu masih bisa bertambah.     

"Baiklah anak-anak, kalian bisa duduk dengan tenang. Dan aku akan menceritakan sebuah cerita," ucap seseorang yang terdengar dari arah danau.     

Terlihat gerombolan anak-anak dan seorang pria tua berjanggut putih dengan ciri fisik cebol, dan memiliki telinga runcing layaknya elf. Mereka sedang berkumpul tepat di tepi danau.     

"Cerita ini tentang 'Dunia Para Spirit' dengarkan baik-baik oke ...."     

Mendengar hal itu, Zen dan Luck tiba-tiba sangat tersentak dan sedikit tertarik. Sekali lagi pandangan mereka bertemu dan Zen bertanya, "Kau ingin mendekat?"     

"Ya, sepertinya cerita itu terdengar menarik," balas Luck.     

Lalu keduanya melompat begitu saja dan mendekat ke arah anak-anak yang sedang mendengarkan cerita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.