Adventure World

Lv. 105 - Selalu Bersamamu



Lv. 105 - Selalu Bersamamu

1"Luka dibagian tubuh luarnya tidak serius. Tetapi luka di tenggorokannya benar-benar parah. Kau benar-benar tidak menahan diri huh ...."     

Saat ini di ruangan Kepala Sekolah, Shinji dan Kepala Sekolah sendiri sedang melakukan perbincangan.     

"–Huh, hanya itu saja? Seharusnya aku memberikannya hal yang lebih parah."     

"Haha, jadi kau benar-benar menyukai gadis itu. Ya, itu bagus karena kau menemukan hal yang ingin kau lindungi. Tapi Shinji-kun, terkadang kau harus sedikit menahan diri juga, jika tanpa bantuan rekaman cctv tersembunyi yang kusiapkan, kau benar-benar akan dalam masalah. Dan untungnya keluarga Kusanagi sendiri telah mengakui kesalahan putrinya, mereka berencana memindahkan putrinya dari sekolah ini. Jadi Hiroyuki-kun juga akan aman mulai sekarang."     

"...."     

"Baiklah, kesampingkan semua masalah itu. Aku ucapkan selamat karena menempati posisi pertama di olimpiade yang sebelumnya. Apa kau ingin mengikuti yang lain? Aku punya beberapa info tentang lomba dengan subjek yang berbeda."     

"Hah~ Kepala Sekolah, aku ingin istirahat kali ini."     

"Yah~ sayang sekali."     

Shinji kemudian berdiri dari tempatnya dan melangkah ke dekat pintu. Ketika Shinji membuka pintu, dirinya sempat berhenti di tengah dan menoleh ke arah Kepala Sekolah.     

"Oi Kepala Sekolah, mungkin jika itu satu atau dua perlombaan, aku bisa melakukannya di musim depan. Aku juga perlu persiapan, jadi kirimkan aku semua informasi yang ada."     

Mendengar perkataan Shinji, sebuah senyuman lebar dan mata yabg berkilau-kilai muncul di wajah Kepala Sekolah. Dirinya benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya saat ini. Dan Shinji telah pergi dari tempat itu.     

....     

Karena sebelumnya bertepatan dengan waktu pulang sekolah, Shinji memutuskan untuk berhenti di suatu tempat sebelum kembali ke rumahnya.     

Di tangannya tergantung sebuah kantung plastik yang berisikan beberapa minuman energi dan suplemen vitamin. Yang sebelumnya ia beli di suatu tempat.     

Shinji kemudian berhenti di depan sebuah rumah dan menekan beberapa kali bel rumah tersebut.     

"Sebentar~ aku datang."     

Dari balik pintu, muncul seorang gadis imut dengan rambut hitam panjang. Tubuhnya tetbalut sebuah pajama atau baju tidur berwarna putih yang terlihat acak-acakan.     

Melihat pria yang ada di depannya, gadis itu pun terkejut dan seketika reflek membanting pintunya.     

Shinji tentunya juga terkekit dengan apa yang dilakukan gadis itu. "Oi! Buka pintunya Airi!"     

Airi sendiri yang menyadari perbuatannya kemudian membuka kembali pintunya dengan kondisi yang sudah lebih rapi. Shinji pun dipersilahkan untuk masuk dan duduk di ruang tamu, berhadapan dengan Airi sang tuan rumah.     

"Kenapa kau menutup pintunya?"     

"Mm ... maaf, Airi sedikit terkejut karena kedatangan Shinji-san yang secara tiba-tiba."     

"Baiklah, kesampingkan itu dulu. Bagaimana lula-luka mu? Lalu apa kau saat ini sendirian? Dimana wanita kenalanmu yang waktu itu? Setidaknya aku ingin menyapanya."     

"Ryoko Nee sudah kembali, karena dirinya juga punya sebuah pekerjaan untuk di selesaikan. Lalu untuk luka Airi ... semuanya sudah baik-baik saja kok."     

Shinki kemudian memperhatikan tiap sudut badan Airi. Ia bisa meliht kalau masih ada perban di leher Airi, lalu juga oembalut luka di ujung bibir dan pipinya.     

Selain itu, samar-samar Shinji juga bisa melihat beberapa lilitan perban lain di tubuh Airi. "Ternyata lukanya lebuh banyak daripada dugaanku," batin Shinji kesal, yang disusul dengan gertakan giginya.     

Growl!     

"Apa kau belum makan?"     

"Ah, Airi sudah sarapan kok."     

"Itu untuk pagi Airi, sekarang sudah sore. Apa kau tidak makan siang tadi?"     

"Belum, Airi baru saja bangun tidur."     

"Baiklah, duduklah dan akan kubuatkan makanan."     

Shinji kemudian bangkit dari posisinya, tentunya Airi sebagai tuan rumah merasa tidak enak, apalagi Shinji saat ini adalah tamu yang harus dilayani.     

"Shinji-san, kamu tid– kyah!"     

Shinji tanpa ragu-ragu menekan kedua bahu Airi dengan lembut untuk memaksanya duduk kembali.     

"Orang yang sakit diam saja."     

"Eh?! T-tapi ...."     

"Jangan khawatir, walaupun terlihat begini aku itu juga bisa masak. Jangan remehkan skill sesorang yang tinggak sendirian."     

Mendengar hal itu Airi sedikit terkejut dengan bagian kalau Shinji itu tinggal sendirian. Ia merasa kalau dirinya sebenarnya tidak terlalu mengenal pria yang ada di hadapannya ini. Yang dirinya tahu hanyalah sosok Shinji yang selalu ada di sekolahan.     

Balik ke tempat Shinji, saat ini ia sedang menggeledah lemari es Airi, tentunya untuk mengecek bahan apa saja yang tersedia.     

"Ho~ gadis ini ternyata cukup rajin belanja. Lemari es miliknya benar-benar lengkap," gumam Shinji.     

Setelah memikirkan beberapa saat, akhirnya Shinji memutuskan untuk memasak apa. "Airi, apa kau tidak masalah dengan kare?"     

"Iya, Airi suka kok."     

"Baiklah, kalau begitu akan kumasakkan itu saja."     

Ketika Shinji memasak, Airi pun menghampirinya dan duduk di meja makan. Dari belakang, ia bisa melihat punggung pria yang selalu melindunginya, kini memasak untuknya.     

"Shinji-san, apa kamu memang tinggal sendirian?"     

"Ya, sebelumnya aku tinggal dengan kakekku. Namun dia sudah tiada sejak aku masih SMP."     

"Lalu, bagaimana dengan orang tua Shinji-san?"     

".... Aku lebih suka kalau tidak membahas mereka."     

Airi sedikit terkejut, tetapi dirnya menahan hal itu dan melanjutkan untuk mengobrol debgan Shinji. "Kamu tahu Shinj-san, Airi tidak tahu siapa orang tua Airi. Kakek dan Nenek dulu hnya bilang kalau mereka adalah pasangan yang luat biasa, namun sayang sekali Airi tidak pernah menemui mereka."     

"Lalu di mana mereka sekarang?"     

"Kakek dan Nenek bilang kalau mereka telah meninggal ketila Airi kecil."     

"Ah! Maaf ...."     

"Tidak apa-apa kok ...."     

Ketika Airi berhenti berbicara, dirinya secara diam-diam berjalan mendekat ke arah Shinji. Sedangkan Shinji yang sedang memotong sayuran merasakan kalau ada sebuah pelukan dari belakangnya.     

"Airi?"     

"Shinji-san ... Airi ingin tahu lebih banyak tentang Shinji-san. Karena itu, jika ada yang ingin Shini-san bicarakan. Jangan ragu-ragu untuk menemui Airi."     

Di sini Shinji sempat menghentika kegiatan yang dilakukan tangannya, ia terkejut, sungguh terkejut sampai titik dimana wajahnya menujukkan jelas kalau dirinya memang terkejut.     

"Tentu, dan hal itu juga berlaku untukmu. Temui aku atau panggil aku kapanpun jika kau membutuhkan sesuatu."     

Airi tersenyum mendengar hal tersebut, dan menganggukkan kepalanya ketika wajahnya meringkuk ke punggung Shinji.     

"Shinji-san, apa kamu perlu bantuan?"     

"Sudah kubilang, duduklah saja."     

"Tapi aku bosan menunggu ...."     

"– Kalau begitu buatlah saja nasi."     

"Baiklah kapten."     

....     

Shinji yang selesai mencuci piring kembali ke ruang tamu, dan Airi juga sudah ada di sana menunggunya.     

"Hah~ aku tidak menyangka kalau kare buatan Shinji-sn sangat enak."     

"Syukurlah, jika memang."     

"Shinji-san!"     

Airi memanggil Shinji, sambil menepuk bagian sofa yang ada di sampingnya. Terlihat jelas kalau hal tersbut adalah isyarat dari Airi yang ingin Shinji duduk di sampingnya. Shinji awalnya sedikit ragu, tapi jika itu Airi, drinya paati tidak akan keberatan. Airi dengan senang hati memeluk salah satu lengan dan bersanda di bahu Shinji.     

"Shinji-san, sebenarnya apa alasanmu menolongku selama ini?"     

"Kenapa tiba-tiba? Bahkan setelah sejauh ini."     

"Shinji-san pasti melihat sesuatu dariku kan?"     

Shinji sempat terdiam, ia tidak mengira kalau Airi akan langsung tepat sasaran.     

"Bagaimana bisa kau ...."     

"Jangan remehkan insting wanita Shinji-san. Jika Shinji-san memang tidak ingin memberitahukannya, maka tidak masalah jika aku tidak mengetahuinya, aku juga akan menunggu kapanpun itu Shinji-san siap mengatakannya."     

Shinji saat ini berpikir, apakah ia perlu memberitahukannya? Atau tidak? Namun, melihat wajah tulus Airi, ia tiba-tiba terluluhkan. Dan berkeinginan memberitahukan semuanya ke gadis yang selalu ingin ia lindungi ini.     

"Baiklah, ini akan sedikit panjang. Tapi jika kau mau mendengarnya, akan kuceritakan semuanya."     

"Airi akan menjadi pendengar yang baik."     

.....     

Setelah beberapa menit, Airi telah mendengar semua masa lalu Shinji. Baik itu cerita tentang orang tuanya, kakeknya, dan bahkan sahabatnya.     

Airi tidak bisa menahan air matanya, ia tentunya merasa sedih. Karena dirinya sendiri juga paham, bagaimana rasanya ditinggal oleh orang berharga yang tersisa.     

Shinji yang pertama kali melihat seseorang menangis untuknya, tak kuasa menahan diri untuk memelul Airi. Ia juga berkata, "Aku tidak apa-apa, karena sekarang ada Airi." Mendengar hal itu, tentunya Airi membalas pelukan Shinji dengan sangat erat, gadis itu benar-benar tidak ingin melepaskan orang yang ada di sampingnya.     

Airi perlahan menghentikan tangisannya, kemudian ia melihat ke arah wajah Shinji, begitu juga sebaliknya. Dengan suasana yang mendukung, dan keduanya yang memang merasakan hal yang sama.     

Keduanya perlahan mendekatkan bibir mereka, dan sebuah ciuman yang lembut dan manis pun terjadi. Keduanya kali ini benar-benat tidak bisa dipisahkan, bahkan ketika menyelesaikan ciuman mereka, keduanya masih melekat bagaiakan ada lem diantara mereka.     

"Shinji-san, apa Shinji-san tidak akan mengatakan hal itu?"     

"Bukankah aku sudah mengatakannya beberapa hari sebelumnya? Dan dirimu juga menerimanya bukan?"     

"Tapi aku ingin mendengarnya sekali lagi. Dan lebih jelas."     

"Baiklah, dengarkan baik-baik ... Airi aku ingin selalu ada di sampingmu, libatkan aku ke kehidupanmu, jangan pernah menjauhiku, aku ingin kebersamaan kita menjadi memori yang indah di ingatanku, aku mencintaimu, aku ... sangat menyanyangimu."     

Airi tidak menjawab, dirinya hanya semakin mengeratkan pelukannya ke Shinji dan menenggelamkan wajahnya ke leher Shinji.     

Dan Shinji sendiri juga sangat senang, karena akhirnya ... setelah sekian lama, lubang yang ada di hatinya telah terisi kembali oleh hal yang indah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.