Adventure World

[Not Done Yet] [Do Not Open]



[Not Done Yet] [Do Not Open]

0[masih proses]     

[harap bersabar]     

[proses mengejar ketinggalan]     

[jadi tunggu aja sebentar oke!]     

Pagi hari, pukul 06:00. Itsuki selesai melakukan seluruh rutinitasnya yang biasa ia lakukan di pagi hari.     

Dan kini, ia harus menghadapi sesosok gadis yang tubuhnya masih terkulai di atas ranjang, dengan tubuh yang terlilit oleh selimut.     

"Rika~ bangunlah. Kamu ada kelas hari ini bukan?"     

"Mmh?"     

Dengan kedua mata yang hanya terbuka setengah, Rika berusaha menanggapi perkataan Itsuki. Sebenarnya Rika adalah tipe yang mudah bangun pagi. Namun, kali ini entah kenapa ia merasa kalau sangat berat bangkit dari posisinya.     

"I-Itsuki~ kemari ...."     

Dengan suara yang lirih, Rika berusaha memanggil Itsuki dengan kedua tangan yang terbuka lebar. Itsuki yang melihat hal itu seperti tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang gadis itu inginkan.     

Ketika Itsuki mendekatkan tubuhnya, Rika seketika memeluknya dengan sangat erat. Ia bahkan terluhat sangat nyaman sampai-sampai bisa saja ia tertidur kembali ketika memeluk Itsuki.     

"Hangat!" ucap Rika dengan suaranya yang masih terdengar agak serak.     

"Hei, minumlah air terlebih dahulu untuk membasuh tenggorokanmu."     

Rika seketika melepaskan pelukannya dan kembali duduk di posisinya sebelumnya.     

"Ambilkan kalau begitu."     

"Baiklah."     

Tanpa membantah, Itsuki pun melakukan apa yang Rika minta. Kebetulan sekali kalau kamar itu memang sudah tersedia air di salah satu meja. Dan Itsuki tinggal menuangkan segelas air saja untuk Rika, dan menyerahkannya.     

"Terima kasih."     

"Hmm."     

Dengan cepat Rika menghabiskan air yang Itsuki berikan untuknya. Itsuki bahkan sempat sedikit memasang wajah khawatir, bila saja Rika tersedak jika terburu-buru seperti itu.     

"Bagaimana? Siap untuk memulai harimu?" tanya Itsuki sambil mengulurkan tangannya.     

"Hmm," jawab Rika dengan sebuah anggukan, dan ia juga meraih kembali tangan Itsuki untuk bangkir berdiri.     

Setelah itu, baik Itsuki atau Erika, keduanya mulai mempersiapkan diri mereka masing-masing. Untul Erika, sesuau yang dikatakan Itsuki sebelumnya, ia memiliki kelas yang harus dihadiri saat ini. Karena itu ia harus pergi ke kampus.     

Dan Itsuki, seperti yang diketahui kalau di hari ini ia memiliki jadwal yang sangat longgar. Bahkan pekerjaannya sudah ia selesaikan di pagi buta. Dan yang tersisa baginya adalag hari yang santai.     

Namun, untuk saat ini ia masih nemiliki tugas tambahan. Yaitu mengantar Rika ke kampus. Itsuki tentunya sudah menyiapkan mobil untuk ia kendarai. Dan setelah sarapan, mereka berdua akan mulai berangkat.     

....     

Pukul 08:00     

"Jadi, kamu ingin dijemput Sore?"     

"Yup, setelah kelasku selesai akan masih ada hal lain yang perlu kulakukan."     

"Apa itu?"     

"Seperti biasa," jawab Rika dengan senyuman manisnya.     

"Ohh ... kamu masih melakukannya? Kukira kamu telah berhenti sepenuhnya."     

"Mana bisa begitu Itsuki. Aku juga harus melakukannya sebagai bentuk kontribusi untuk perusahaan orang tuaku."     

"Hah~ baiklah. Tapi pastikan untuk segera menghubungiku, dan jangan kemanapun sampai aku sampai. Ingat itu!" jelas Itsuki dengan nada yang sangat serius.     

Rika paham kalau itu hanyalah bentuk kekhawatiran Itsuki untuknya, mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Jadi, ia merasa sangat senang sebenarnya ketika mendapatkan perhatian sebanyak ini dari Itsuki, dan tentunya hal tersebut membuatnya akan dengan senang hati mengikuti perkataan Itsuki tanpa membantah.     

"Baik, jangan khawatir. Lagi pula masih ada Ryoko yang juga bersamaku."     

Ekspresi Itsuki perlahan mulai melembut, ia pun kemudian memeluk Rika dan berbisik di telinganya, "Aku hanha sedikit khawatir kamu tahu, bukan berarti aku melarangmu melakukan sesuatu yang kamu inginkan."     

"Aku tahu, aku tahu itu," balas Rika dengan sebuah pelukan juga.     

Setelah itu, Itsuki pun mengucapkan salam perpisahan pada Rika, dan bukannya langsung pergi, ia masih dengan konsisten menatap Rika dari posisinya, sampai Rika benar-benar menghilang dari pandangannya.     

"Hah~"     

Menghela napas tiba-tiba dan kemudian menyandarkan kepalanya di setir mobilnya. Itsuki benar-benar merasa kalau beberapa saat sebelumnya, itu bukan seperti ia yang biasanya.     

"Sepertinya, aku perlahan aku mulai menjadi pria yang posesif. Aku harus memperbaiki sifat ini, sebelum Rika mulai membenciku," benak Itsuki.     

Hal yang ditakuti Itsuki memang hal yang nyata. Alasan kehidupan Rika menjadi lebih berbahaya adalah pekerjaannya sebelumnya. Ia harus berhadapan dengan fans-fans gila yang akan melakukan apa saja, dan tidak ada yang akn tahu, hal separah apa yang mungkin di alami Rika.     

Dan setelah berhenti sebagai idol, Rika mulai mengubah penampilannya. Memang jika itu para fans akut, mereka pasti akan mengenali Rika dalam sekejap. Contohnya seperti yang sebelumnya.     

Walaupun berhenti menjadi idol, Rika masih belum menelantarkan profesi sampingannya sebagai model. Ia melakukan hal ini hanya untuk mendukung bisnis keluarganya.     

Sebab imej milik Rika sendiri memiliki pengaruh yang tidak kecil, dan ia sadar hal itu. Bahkan jika orang tua, atau Itsuki melarang dia meneruskan hal tersebut. Ia tidak bisa berhenti begitu saja.     

"Baiklah, waktunya pulang."     

Itsuki kemudian menancap gas mobilnya, dan pergi kembali ke rumahnya.     

.....     

»Nameless Party Headquarters«     

Karena Luck masih memiliki banyk waktu kosong, ia akhirnya memutuskan untuk log in. Dan melakukan sesuatu yang memang telah ia rencanakan.     

Memasuki bagian terdalam rumah kayu ini, Luck menuju pintu yang menghubungkan ke ruangan bawah tanah markas partnya.     

Ruangan ini memang belum lama ini selesai di bangun, semua itu berkat robot pekerja buatan Luck.     

Ketika pintu masuk terbuka, sebuah lorong akan ditemui dan menuju ke sebuah ruangan. Ruangn ini adalah ruangan rapat party mereka, terdapat sebuah meja bundar dengan tiga kursi di sekelilingnya.     

Lalu, dibalik meja dan kursi rapat ada hal laij pula. Terdapat tiga buah pintu yang di baliknya merupakan jalur untuk menuju ke masing-masing ruangan penyimpanan pribadi tiap anggota party.     

Di sebelah kiri ada ruangan milik Raven, di sana selain menyimpan perlengkapannya, bisa dibilang ruangan itu menjadi gudang makanan party ini. Raven ternyata mengoleksi berbagai jenis bahan makanan dan bumbu di dunia ini.     

Lalu di tengah, ruangan Zen. Tempat ini bisa dibilang yang memiliki bau paling menyengat. Sebab Zen menyimpan semua bahan potion sampai potion yang telah jadi di ruangan ini.     

Dan yang terakhir, ruangan yang di balik pinti sebelah kiri. Ruangan siapa lagi kalai bukan milik Luck. Di sana perlengkapan dan alat-alat miliknya yang memang sudah tidak muat di Ancestor Lab ia simpan.     

Dan bisa dibilang juga kalau ruangan miliknya adalah yang terbesar di antara ruangan yang lainnya. Dan ketika ia masuk, seseorang ternyata sudah menunggunya di sana.     

Sosok familiar yang sangat tidak terduga kemunculannya. Luck bahkan sempat terkejut dan heran, serta bertanya-tanya alasan kedatangan orang tersebut.     

•Deus Ex Machina•     

{God of Knowledge}     

"Yo! Luck, aku mampir," sapa Deus dengan ceria.     

"Kau, kenapa kau di sini?"     

"Ayolah, aku hanya mampir untuk mengecek keadaan utusanku yang berharga. Dan juga, jujur ini ruangan yang bagus."     

"Terima kasih untuk pujiannya," balas Luck dengan nada yang malas.     

"Baiklah, kalau begitu kita langsung ke intinya saja jika kau memang seperti itu. Bagaimana dengan tugas mengumpulkan ketujuh jantung itu? Kutebak kau masih belum menemukan yang ketujuh bukan? Itu adalah jantung milik si dosa pride."     

"Aku tahu kalau kau sengaja mengatakan hal tersebut karena tahu aku belum mengetahui lokasi jantung itu berada bukan?"     

"Ohh ... pemilihan kata yang bagus. Ah! Bukan itu maksudku, baiklah kalau begitu. Kau ingin mengetahuinya bukan?"     

"Kenapa kau baru menanyakannya sekarang?"     

"Ah sial! Jawab saja kalau kau memang mau!"     

"Baiklah-baiklah, aku mau."     

"Kalai begitu, kita akan pergi sekarang."     

Ctak!     

Dalam satu jentikan tangan, sebuah cahaya menyilaukan menutupi mereka berdua.     

....     

Ketika rasa silau di kedua mata Luck telah berkurang. Ia mulai membuka keduanya dan menyadari, kalau keadaan di sekitarnya telah berubah sepenuhnya.     

"Ini ... di mana?"     

"Selamat datang, di Overworld. Mm, lebih tepatnya area khusus yang berada di tingkat terbawah Overworld."     

»Svartagard, Overworld«     

"Overworld huh ...."     

Jika dideskripsikan, area Luck berada saat ini adalah sebuah pulau terapung yang berada di langit yang lepas. Hanya ada awan di sekitar, dan dataran hijau memenuhi pulau yang ia pijak.     

"Tempat ini terlihat cukup aneh."     

"Ya, itulah kalimat normal yang akan dikatakan orang asing letika memasuki sebuah derah yang baru ia datangi," ucap Deus.     

"Bukan berarti aku mengejek. Hanya saja, ini luar biasa."     

"Baiklah, tempat selanjutnya adalah tujuan kita. Jadi bersabarlah sampai kita berada di tujuan."     

Itsuki pun hanya diam, dan mulai mengikuti setiap langkah Deus. Beberapa pulau dan bebatuan lainnya yang terapung mereka lewati dengan mudah.     

Dan ketika Itsuki mencapai langkah tertentu, ia dapat melihat sesuatj di balik awan mulai memunculkan wujudnya secara perlahan.     

"Tempat apa itu?!" tanya Luck.     

"Kalau kau memang ingin tahu, ayo kita mendekatinya."     

Tempat yang dimaksud Luck adalah sebuah bangunan tinggi yang terbuat dari bebatuan hitam dan warna keemasan sebagai aksennya.     

Untuk mencapai pintu masuk bangunan itu, mereka perlu menaiki sebuah tangga. Lalu yang menunggu mereka di akhjr tangga adalah sepasang pintu raksasa.     

Ketika Luck dan Deus berusaha membuka pintunya. Dua penjaga yang asalnya diam saja di samping pintu mulai menyilangkan tombak mereka. Penjaga ini jika dilihat dari fisiknya merupakan sesosok manusia dengan telinga runcing dan sepasang sayap putih di punggungnya.     

"Celestial kah ...," benak Luck.     

"Oi, apa kalian tidak mengenaliku?!" tanya Deua dengan geram.     

"Maafkan kami Tuan Deus, kami memang mengizinkan anda masuk. Tapi, Elf tersebut tidak termasuk dalam perizinan," jelas salah satu penjaga.     

"Hah?! Aku yang akan mengawasinya langsung. Jadi kalian tidak perlu memikirkannya, dan juga tujuanku di sini adalah membersihkan hal itu. Dan kali ini aku membawa orang yang memang cocok untuk masalah itu."     

Sesaat kedua penjaga itu saling menatap. Mereka tidak ingin melanggar perintah, tetapi akan jadi masalah juga untuk mereka jika membuat keributan dengan seorang dewa.     

Lalu, pada akhirnya mereka pun mengizinkan Luck ikut masuk bersama Deus.     

"Apa yang barusan tidak apa-apa?" tanya Luck yang sedikit khawatir akan timbulnya masalah.     

"Tidak perlu khawatir. Aku yang akan mengurusnya, lagi pula mereka juga akan senang sendiri jika kau bisa mengatasi masalah di dalam tempat ini."     

"Ah! Baiklah, setidaknya masih ada harapan untukku. Dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memenubi ekspetasimu."     

"Kalau begitu, jangan kecewakan aku Luck."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.