Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MALAM PANJANG



MALAM PANJANG

0Karena situasinya tidak memungkinkan untuk bekerja, Axel mengajak Wulan pergi meninggalkan perusahaan ke suatu tempat. Dia mengajak istrinya ke pantai. Karena, gadis itu memang sangat menyukai pantai dan omak serta ucara yang berbau dengan laut. Mungkin ini adalah pilihan yang tepat. Sebab, saat beberapa burung bangau yang beterbangan dari karang ke karang ia sudah telihat rilexs, menikmati bahkan sedikit tersenyum saat menemukan sebuah koeng besar yang masih berpenghuni.     

"Xel! Coba kau lihat ini! Lucu banget, bukan? Aku ingin membawanya pulang," ucap wanita itu menunujukkan kulit keong yang mengkilat warna krem dengan titik-titik hitam kecoklatan tak beraturan, namun terlihat sangat eksotis.     

Pria bule bermata biru keabu-abuan itu hanya tersenyum tipis saat mendapati kembali keceriaan istrinya.     

Merasa tidak mendapatkan jawaban dari suaminya, gadis itu berlari dan meminta izin sekali lagi. "Bagaimana? APakah boleh aku membawa ini pulang? Aku akan membuatkan tempat yang layak untuknya," ucapnya manja.     

"Iya, boleh jika memang kamu suka."     

"Makasih, kau memang yang terbaik," ucap Wulan. Kemudian ia berjinjit dan mencium pipi Axel. Kemudian berlari dengan keong besar di tangannya menikmati keindahan pantai.     

Tanpa terasa waktu sudah senja. Langit di atas air laut sudah nampak keemasaan, matahari juga mau tenggelam.     

"Tidakkah kau ingin pulang?"     

Wulan menghela napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Lalu melepaskannya dengan cepat dari mulut. "Jika aku masih ingin di sini bagaimana?"     

"Ya terserah," jawab pria itu. kemudian matanya memandang ke arah kaki jenjang Wulan yang diayun-ayunkan. Otomatis tangannya menyentuh paha yang terbuka itu. "Jangan suka menggerakkan kaki begitu, nanti buat ayunan setan!"     

"Kamu percaya sama hal seperti itu?"     

"Percaya atau tidak, setan bukanlah mahluk yang nampak dan kasat mata. Tapi, satu hal yang aku tahu, selama kita mau patun dengan nasehat orang-orang terdahulu, kita selamat. Ini sudah mulai petahng. Mau sampai kapan kau di sini?"     

"Tunggu dulu, setelah kau jawab ini, mari kita pulang."     

"Bertanyalah, aku akan jawab selagi aku bisa menjawabnya."     

"Kau tadi mau bilang akan menyelidiki Chaliya, benar? APakah kau akan menggunkan cara yang sama seperti menyelidiki Alea dulu?" tanya Wulan serius sambil menatap tajam mata Axel di bawah sinar rembulan yang sudah mulai menunjukkan sinarnya.     

"Cara yang sama bagaimana maksut kamu?"     

"Kau mendekatinya seperti dulu. Apakah begitu?"     

"Tentu saja tidak. Dulu aku belum menikah. Tapi, sekarang aku sudah beristri."     

Tersungging senyuman di bibir Wulan. "Ya sudah. Ayo kita pulang."     

Usai pulang dan mandi, iseng-iseng Wulan membuka ponsel suaminya. Entah, kenapa tiba-tiba saja ia merasa penasaran dengan benda pipih wana biru yang tergeletak di atas nakas tersebut. Mulanya ia ingin melihat, dengan siapa saja suaminya chat. Tapi, rupanya ia lebih tertarik pada status yang terdapat titik menandakan ada banyak pembaruan status, dan yang teratas, adalah status dari Chaliya yang menggunakan foto dirinya sendiri memegang bunga poeani di pinggir pantai.     

'Ah, dasar, kenapa dia juga menyukai pantai. Bahkan dengan pedenya berpose dengan hanya memakai bikini?" batin Wulan kesal. Karena adanya beberapa status, ia pun penasaran ingin melihat. Kira-kira apa yang di posting oleh gadis berdarah Thailand itu.     

Ternyata hanya sebuah tulisan yang berbunyi, "Di jaman sekarang, apa sih yan gak bisa dilakukan kalau ada uang? M. Alfattah saja bisa menjadi lucinta luna? Lalu, apa kabar, dengan cewek burik? Asal ada duit, bisa jadi cantik, kok kaya Aurel."     

Membaca tulisan itu, Wulan langsung diam. Pikirannya mulai ke mana-mana. "Apa jangan-jangan dia melakukan oprasi dan kursusu Bahasa daerah Thailand agar bisa fasih begitu? Nyatanya, tadi juga mengeluarkan suara seperti Alea, kan, saat sama aku?"     

"Sayang, aku sudah selesai mandi. Kita keluar, apa pesan makanan online saja?" ucap Axel sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.     

"Xel, coba deh kamu baca status Chaliya!" ucap wanita itu.     

"Kenapa lagi dia, Sayang? Sudahlah, aku bukan tidak percaya sama kamu. Kelak semua akan mendapatkan jawaban setelah selesai penyelidikanku. Sekarang, kamu mau makan di mana?"     

"Aku males keluar rumah."     

"Baiklah, karena jika pesan makanan online menunggu sekitar satu sampai dua jam, maka aku ingin menunggu sambil kita melakukan… " Axel tersenyum menyeringai sambil mendekati Wulan yang nampak jutek dan bad mood.     

"Melakukan apa?" tanyanya sewot sambil membuang muka.     

Axel tidak menjawab. Ia langsung mendorong tubuh Wulan dan menjatuhkannya di atas ranjang kemudian menindihnya. Awalnya wanita itu menolak. Karena pikirannya tidak tertuju kea rah sana. Tapi, rasa nikmat yang Axel berikan secara bertubi-tubi membuat ia larut dan lenyap ke dalam nafsu. Keduanya bergumul menikmati malam yang panjang sampai lupa kalau mereka belum makan malam. Beruntung, tidak memesan makanan sebelum melakukan ritual wajib suami istri di atas eanjang. Atau, kasihan abang drivernya.     

Pagi hari, Wulan bangun dulu. Mungkin benar, kalau berhubungan badan bisa meningkatkan mood baik dan hilangkan stress. Buktinya, Wulan sudah nampak lebih baik dan bersemangat. Ia mengeliat sebentar, kemudian memperhatikan suaminya yang masih tidur pulas karena lelah semalam.     

"Kamu memang lebih tampan saat tidur seperti itu, Xel. I love you," ucap wanita itu sambil mengecup pipinya. Kemudian, ia beranjak ke dapur setelah mencari pakaian santai di dalam lemarinya. Menyiapkan sarapan sebelum keduanya kembali beraktifitas.     

****     

"Selamat hari Sabtu, Sayang. Bagaimana hari-harimu sepekan ini?" tanya Andra dari balik telfon celuler.     

"Hay, hari-hariku sangat indah. Aku menyukai lingkungan kerja di sini. Teman-temanku semuanya baik padaku," jawab Chaliya dengan kedua mata berbinar memancarkan kebahagiaan.     

"Antisipasi dan tetap jaga jarak, ya? Kita hanya tahu luarnya saja. bagaimana sebenarnya orang itu terhadap kita, kita gak tahu. Karena, kita tak pernah tahu, seperti apa isi di dalam hatinya."     

"Iya, Sayang. Aku bisa kok jaga diri sendiri. Kamu gak ada rencana datang ke Jakarta apa?" tanya Chaliya malas sambil terus baringan di atas ranjang.     

"Nanti akua da pertemuan dengan semua direktur anak perusahaan Jaya Abadi. Mungkin juga sampai malam," jawab pria itu sambil mengancingkan lengan kemejanya di depan cermin. Kemudian, merapihkan rambut.     

"Ah, iya deh. Mungkin lain kali," jawab gadis itu, kian malas saja.     

"Ya sudah, kau ini anak gadis, maka yang rajinlah bantu mama kamu, oke?" ucap Andra sebelum menutup telfonnya. Karena, ia harus segera berangkat sekarang atau, akan terlambat."     

"Oke, baik komandan," jawab Chaliya. Kemudian ia beranjak meninggalkan ranjang ternyamannya itu, ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mencari mamanya di dapur. Tapi, tiba di sana mamanya malah meminta dia agar membersihkan rumah dan teras. Tidak masalah tidak di pel. Asal di sapu saja katanya.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.