Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MEMULAI PENYELIDIKAN



MEMULAI PENYELIDIKAN

0Axel terdiam. Ia merenungkan apa yang Wulan katakana. Ingin berkata Wulan berhalusi nasi, tapi ini bukan kali pertama dia bersikap aneh. Pertama soal buku yang ditulis oleh Alea. Setelah dia buktikan , ternyata benar-benar nyata. Tapi, soal Chaliya… mana mungkin.     

"Bagaimana bisa, Sayang, Chaliya itu adalah Alea? Dia ke sini bersama ibunya. Aku suda pernah datang ke sana bersama Reyna," ucap Axel meyakinkan Wulan,istrinya.     

Mendengar bahwa suaminya pernah datang ke rumah wanita yang ia anggap jalang itu, Wulan langsung mnoleh cepat dan bertanya dengan nada tinggi, "Apa? Kau datang ke rumahnya? Untuk apa kau ke sana?"     

"Aku tidak sendiri, Wulan. Aku bersama Reyna," jelas Axel. Tak membiarkan kesalahpahaman terjadi. Dia tahu sekali, kalau Wulan sangat cemburu dengan gadis bernama Chaliya itu. memang, mata pria memandang, dari segi mana pun Chaliya sangat cantik dan nyaris tak menemui kekurangan sedikitpun.     

"Untuk apa kau ke sana? Melakukan pendekatan?"     

"Pendekatan apa, sih Wulan? Kalau kamu tidak percaya, jika Chaliya itu asli, ayo akua jak ke sana. Mungkin saja dia juga sudah pulang," jawab Axel mulai tersulut emosi.     

"Tidak. Tidak usah. Terserah jika kau mau percaya sama dia. Tapi, di depanku dia mengakui, kalau dia adalah Alea yang menyamar sebagai Chliya. Dia juga memngatakan, apa yang tidak bisa di dapatkan dengan uang. Termasuk identitas dirinya juga dia dapatkan dengan uang."     

"Oke, minggu depan kita ke Thailan saja. sekalian, menyelidiki Chaliya. Sebesar apapun uang yang dia miliki untuk memalsukan identitas, warga sekitar rumahnya tidak akan bisa berbohong."     

"Tunggu dulu. Sebelumnya kau pernah pacarana sama Alea, bukan? Kamu pernah lakukan apa saja saat bersama dia?" Wulan menatap suaminya dengan tatapan penuh selidik.     

"Apakah masa laluku kau juga harus tahu semua?" tanya Axel. Dia bukan bermaksut menutupi. Tapi, ia bingung harus menjawab apa. Jujur pasti akan menghancurkan hati istrinya. Jika tidak, dia tidak akan percaya.     

"Aku bertanya padamu. Apakah tidak boleh? Aku ini istrimu. Apakah kau menganggap aku ini orang lain sampai-sampai kau katakana itu privasi?" ucap Wulan, mulai tidak masuk akal dan melantur.     

"Ya wajarnya orang pacarana saja. gak lebih," jawab Axel tanpa mengalihkan pandangan ke depan.     

"Lebih itu yang bagaimana? Pacarana jaman sekarang berhubungan badan juga sudah wajar. Hamil duluan seolah menjadi trend. Menilah dengan perut buncit karena usia kandungan yang tidak muda juga seolah bukan aib," timpal Wulan sambil memalingkan wajahnya yang mulai berair.     

"Aku tidak pernah melakukan hubungan badan dengan Alea. Puas?"     

"Turunkan aku di sini, saja Xel! Aku benci sama kamu," ucap Wulan sambil menagis.     

"Mau apa? Kau yang bertanya, kau juga yang marah. Kau ini sebenarnya ada masalah apa, sih Wulan? Kenapa setelah hidup tenang kau menjadi kian tidak masuk akal begini?" teriak Axel tak kalah emosi. Sudah dari kemarin dia berusaha menahan amarah dan mengalah. Tapi, itu seolah tak dihargai saja oleh istrinya, yang ada, dia malah kian menjadi saja.     

"Apa kau tuli? Aku minta turun di sini saja. jika kau tak mau menghentikan mobilnya, aku akan melompat," ucap Wulan sambil membuka kaitan sabuk pengaman dan hendak membuka pintu yang terkunci.     

Entah lelah atau apa, Axel pun benar-benar menghentikan mobilnya dan membiarkan Wulan tuun. Tak berkata apa-apa, pria itu pun langsung melajukan mobilnya. tak pedulikan istrinya yang juga tengah sedih. Tapi, apa yang Wulan sedihkan? Masalah memang wanita itu sendiri yang membuatnya.     

"Kau benar-benar menurunkan aku, Xel? Kau tega sekali?" ucap Wulan lirih sambi menangis dan memandang mobil suaminya yang lenyap dari padangannya. Tertutup oleh kendaraan lain.     

Sejak kejadian itu, Axel dan Wulan lebih banyak berdiam. Meskipun tinggal serumah, keduanya tidak bertegur sapa. Bahkan, Axel juga tidur di kamar tamu. Tidak satu kamar lagi dengan Wulan. Jika wanita itu menyiapkan kopi, dan sarapan dia akan memakan dan meminumnya. Tapi, jika tidak, ya dia berangkat dengan perut kosong. Kemeja, celana dan perlengkapan kantor juga Axel sendiri yang mempersiapkan. Jadi, tak jarang dia bolak-balik ke rumah di jam kerja hanya karena mengambil barang atau berkas yang tertinggal.     

"Hey, ada apa kau datang ke mari? Apakah ada hal yang perlu di selidiki?" ucap Levy saat melihat Axel dengan muka kusut datang dengan sebuah map coklat besar di tangannya.     

"Ya, lakukan penyelidikan untukku. Gadis ini, tolong kamu selidiki. Namanya Chaliya Rose, dia adalah pendatang dari negeri gajah putih. Aku mau informasi yang selengkap-lengkapnya," ucap Axel.     

Levy yang tengah duduk bersandar seketika menegakkan posisi duduknya dan membuka isi di dalam aplop. Seketika, matanya yang sipit melotot mejadi lebar melihat pemandangan yang indah.     

"Kau tahu saja kalau aku mnegantuk, memberiku gambar seperti ini, emmbuat kantukku hilang. Ini lebih bereaksi dari pada secangkir kopi tawar. Tidak pahit lagi," ucap Levy. Membuat Axel tertawa miring.     

"Kapan kau akan memberikan hasilnya padaku?"     

"Paling lambat seminggu. Kau minta aku menyelidiki dia karena apa?" tanya Levy. Karena Axel tidak menjelaskan atau sekedar memberi clue apa yang mencurigakan dari sosok cantik bak bidadari itu. soal narkoba, atau perdagangan manusia.     

"Aku merasa dia adalah sosok yang sudah kenal dan tahu dengan identitas diriku dan juga keluargaku. Jadi, akum au menyelidiki, di aitu benar-benar asli, atau oaring dengan identitas baru."     

"Maksutmu, seperti Milen cirus, Dorce Gamalama dan sejenisnya?"     

Axel diam seat mempertimbangkan beberapa hal sebelum mengatakan yang sebenarnya. Tapi, dalam dunia inelijen tidak menyangkutkan hal-hal yang tidak real nyata, makai a lebih memilih untuk menutup mulut daja, daripada dia dianggap gila oleh Levy. Axel mengangguk, dan berkata, "Kurang lebih ya seperti itu. kau selidiki saja keaslian dia."     

"Baik, seminggu paling lambat, kau sudah akan mendapatkan hasilnya," jawab Levy.     

"Baiklah, aku akan menunggu kabar baik darimu." Dua pria itu saling berjabat tangan lalu pergi.     

Kembali Levy memandang foto gadis itu. dalam pikirannya dia adalah seorang transgender, yang awalnya naksir, jadi berasa ngeri-ngeri sedap saja. 'Kenapa dunia jadi begini, ya? Hampir saja aku jatuh cinta padanya. Tapi, jika yang sebenarnya dia juga laki-laku sepertiku, pedang pedangan, dong,' batin Levy, kemudian mengembalikan gambar itu ke dalam map coklat tersebut. Kemudian, dengan berbekal foto, dan nama di belakangnya, pria itu berniat mendatangi kantor transmigrasi untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat sebelum memberikannya pada Axel.     

Satu jam menghabiskan waktu di kantor imigrasi, Levy mendapatkan informasi bahwa, sejak tujuh bulan lalu, Chaliya Rose bersama ibunya bernama Thassane Liu datang dari Thailand ke Indonesia, dan merubah warga kenegaraan menjadi warga Indonesia. Alamat lengkap sebelumnya, mereka berasal dari Wang Nam Khiao.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.