Cinta seorang gadis psycopath(21+)

AWAL YANG BARU



AWAL YANG BARU

3Untuk mengisi cutinya selama satu bulan, Andra memilih untuk berlibur ke negeri gajah putih. Di sana, ia akan menemui pujaan hatinya dengan wajah dan identitas baru. Tentu saja, pria kelahiran duapuluh enam tahun silam itu sudah tidak sabar menanti kabar itu.     

"Halo, bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya pria betubuh tinggi itu sambil menggapit ponselnya diantara bahu dan dagu. Karena, kedua tangannya sibuk memasukkan barang ke dalam koper.     

"Aku baik-baik saja. makasih atas apa yang kau berikan padaku selama ini, ya Ndra."     

"Sudahlah, kau jangan ucapkan itu. sudah menjadi keharusan bagi aku. besok, kamu jemput aku di Bandara, ya?"     

"Baik. Jam berapa kau akan landas?"     

"Aku akan kabari kamu jika pesawatku akan take in."     

"Baiklah. Sampai berjumpa besok, daah!"     

"Alea, aku tak sabar ingin bisa segera berjumpa denganmu meskipun dengan wajah yang baru. Seperti apa kau sekarang ini? Kenapa selalu menolak jika aku ingin video call dan meminta gambar dirimu?" gumam Andra seorang diri. "Ah, tanpa terasa, sudah setahun saja." pria itu menghempaskan tubuhnya dan sekejap saja, ia sudah terlelap. Mungkin karena dia terlalu lelah dengan aktifitasnya seharian yang lumayan padat.     

Pukul satu siang waktu setempat, Andra sudah tiba di Phuket iar pot, bandadara nasional Thailan.     

Setelah mengambil koper, dan keluar dari tempat imigrasi, Andra kembali menelfon Alea. "Kamu ada di mana, Sayang? Aku sudah berada di ruang parkir," ucap pria berkacamata hitam, dan menyeret koper di tangan kirinya.     

Tidak ada jawaban dari ponsel itu. Namun, tiba-tiba sebuah tangan yang ramping, putih dan mulus memegang sebelah pundaknya dari samping dan berkata dalam Bahasa ingris dengan logat Thailand "Iam, here!"     

Pria itu pun menoleh ke samping dan melihat sosok wanita yang sangat cantik bak bidadari mengenakan celana skuba warna putih, dan atasan tanktop hijau army. Gadis itu tersenyum, ke arahnya. Andra tercengang, antara mengagumi kecantikan paras gadis itu, dan juga heran siapa kok tiba-tiba tersenyum menyapanya. Tingginya kira-kira sekitar 170an. Rambut pa njang lebat hitam sepinggang, bulu mata lentik, alis yang indah serta matanya yang lebar. Bibir merah alami dan terlihat begitu seksi sekali.     

"Who is, you Miss?" tanya Andra, bengong. Dia sangat yakin, kali ini tampang dan ekspresinya pasti sudah seperti orang bego dan bodoh saja.     

"Iam, Chalisa Rose. But, you can call me Alea," jawab gadis itu dengan suara imut, dan logat khas orang Thailand.     

"Alea? Kau kah itu?"     

"Iya, Andra, ini aku Alea, yang kau cari," jawabnya.     

"Kenapa kau bisa berubah drastic begini, Alea?" tanya Andra heran.     

"Aku jawab saja nanti, oke? Aku sudah lama dan hampir berjamur menunggumu di sini. Ternyata, pesawatmu telat dua jam. Ayo, kita makan!" ucap Alea dan menarik kasar lengan Andra. Itu, benar-benar khas dirinya.     

Mereka pun makan siang di sekitar bandara Puket. Setelahnya, Alea mengajak Andra pergi, dan menghentikan mobil di sebuah rumah yang bisa dikata bagus, namun sederhada, rumah itu memiliki lebar sekitar lima meteran saja. halamannya juga tidak luas-luas banget.     

"Mama… Mama! Keluarlah, coba lihat siapa yang datang? Dia adalah kenalanku dari Indonesia, Andra!" teriak gadis yang mengaku sebagai Ale aitu dengan Bahasa nasional di negaranya.     

Andra terheran-heran, dalam hati ia kian mengagumi talenta yang gadis itu miliki. Padahal, dia baru satu tahun hidup di negara orang asing ini. Namun, ia sudah bisa mengikuti kebiasaan dan gaya Bahasa orang sini dengan baik seperti bukan pendatang saja. lalu, bagaimana bisa, dia mendapatkan seseorang yang bisa ia panggil mama? Itu menjadi hal yang nanti akan dia tanyakan pada Alea nanti setelah perubahan fisiknya yang berubah total menjadi seratus delapan puluh derajat.     

Setelah keduanya saling ngobrol dan Alea menjadi penerjemah, Andra dipersilahkan untuk istirahat di sebuah kamar yang sederhana. Namun, cukup bagus.     

"Ini kamarmu, kau pasti lelah. istirahatlah!" ucap Alea membukakan pintu kamar.     

"Terimakasih," jawab Andra dan meletakkan koper merah maroon di dalam kamar. Kemudian dengan cepat pria itu berhasil meraih lengan gadis itu dan menariknya masuk ke dalam kamar. Secara sigap pula Andra mentup kamar kemudian menguncinya.     

"Andra, apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu bingung. Alea memang bukan orang baik di masa lalu. Namun, dia tidak pernah berbuat aneh-aneh dengan lawan jenis. Jadi, wajar saja jika dia merasa gerogi jika berada di dalam ruangan berdua dengan laki-laki. Apalagi ruangan itu adalah kamar.     

"Kau berutang penjelasan kepadaku, Alea!"     

Gadis itu tersenyum. Aku akan menjelaskan semuanya padamu. Tapi, jangan di sini."     

"Lalu di mana?"     

"Nanti saja di luar. Aku suka di halaman belakang. Di sana ada kebun. Udaranya segar dan banyak angin sepoi-sepoi. Sangat nyaman sekali," jawabnya.     

"Oke, bawa aku ke sana sekarang juga!"     

"Apakah kau tidak lelah setelah melakukan perjalanan jauh?" tanya Alea bingung.     

"Kau benar. Aku lelah. Tapi, apakah kau lupa, kalau istirahat terbaik adalah tidur. Lalu, bagaimana aku bisa tidur jika aku masih terus memikirkan tentang dirimu yang bahkan seribu persen berbuah begini?"     

"Baiklah! Ayo, ikut denganku," ajak gadis itu kemudian membuka pintu dan berjalan ke belakang.     

"Mau kau ajak ke mana, temanmu itu, Chaliya? Biarkan saja dia istirahat dulu," ucap wanita paruh baya yang Alea panggil mama tadi. Pakai Bahasa Thai, mungkin Andra sendiri selain Bahasa ingris juga tidak begitu menguasai. Palingan yang sering ia pelajari ya Bahasa Jepang, dan korea, untuk Hokkian, Chantoneses dia hanya sering mendengar tapi artinya tidak tahu.     

"Dia bilang tidak mengantuk dan tak lelah, karena dari Indonesia ke sini naik pesawat, tidak berlari," jawab Alea dengan Bahasa yang sama.     

"Ya sudah!"     

Andra hanya tersenyum tipis dan santun pada wanita itu kemudian berjalan mengekor di belakang Alea, lalu berbirik, "Apa yang dia katakana padamu?"     

"Oh, dia bertanya kenapa aku tidak menyuruhmu tidur saja. Lalu, kujawab kalau kau tidak lelah. karena dari Indonesia ke Thailand tidak dengan berlari. Tapi, dengan naik pesawat."     

"Hahaha!"     

"Kenapa kau tertawa?"     

"Tidak. Kau memang Alea. Pendiam, misterius, namun jenaka juga," jawab Andra.     

"Ndra, untuk ke depannya nanti, kau harus terbiasa memanggil namaku Chaliya, jangan Alea," ucap gadis itu.     

"Iya, aku mengerti itu. mafkan aku, ya?"     

Tiba di halaman belakang, Chaliya langsung duduk di atas tanah tanpa alas. Ia terlihat sangat akrap dengan suasana ini. Mungkin, karena sudah setahun di sini. Jadi, wajah jika dia terbiasa bersahabat dengan alam. Sungguh, kali ini seperti bukan dirinya yang biasa hidup di kota. Andra tahu, duduk di kursi taman saja dia sangat teliti, memeriksa dulu takut tempat duduk itu kotor atau basah meskipun tidak memakasi baju putih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.