Cinta seorang gadis psycopath(21+)

JUST PRANK



JUST PRANK

0"Iya, dengan saya sendiri. Ada apa, ya?" Gadis itu tentu saja bingung. Sebab, ia merasa tidak memesan apapun di semua aplikasi jual beli. Tapi, kenapa tiba-tiba ada kurir yang datang?"     

"Oh, syukurlah! Ini ada paket dari Rose Maria untuk mbak Mbak Wulan," ucap pria itu.     

"Ap aitu?"     

"Buku.untuk anda katanya. Tolong tanda tangan di sini sebagai tanda bukti penerimaan ya mbak," ucap pria itu sambil menyodorkan slembar kertas dan bulfoin bertinta biru.     

Ternyata Wulan mendapatkan sebuah buku terbitaan terbaru dari salah satu penulis yang dia kenal secara gratis. Itu juga termasuk buku yang terlaris, walau tidak sehebat karya terbaru Alea. Mungkin karenanya banyak muncul dipemberitaan sebagai kisah nyata dari sang penulis yang mengabadikan kisahnya sebagai sebuah karya. Ini memang gila.     

Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Wulan Axel, tante Elizabeth dan juga, Miranda dan Nicolas kedua orang tua Wulan berkumpul di meja makan.     

"Kalian tahu tidak kenapa kami berkumpul bersama?" ucap tante Elizabeth yang memang selalu paling aktif dibandingkan tante Miranda ibunya Wulan.     

"Gak tahu, emang ada apa Tante?" tanya Wulan penasaran.     

"Seperti yang kita ketahui, Axel kan sudah berusia tiga puluh satu, sudah saatnya dia itu menikah. Tidak menjomblo seperti ini. Nah, di sini tante ingin menjodohkan Axel dengan anak teman tante, supaya… "     

Belum selesai tante Elizabeth berkata, tiba-tiba saja Wulan langsung memutus kalimat itu. untung saja dia tidak langsung keceplosan. Atau jika tidak… dia pasti sangat malu andai Axel dijodohkan dengan wanita lain dan pria itu tidak mampu menolak permintaan sang mama dengan alasan berbakti, karena mamanya membesarkan dirinya seorang diri tanpa adanya sosok ayah.     

"Tante, kenapa kau terkesan buru-buru begitu dan tidak bertanya dulu pada Axel? Diam au tidak kalau dijodohkan, kira-kira sudah ada gadis yang dia sukai apa tidak?" ucap Wulan, dan disaktikan oleh semua orang yang ada. Dari raut wajah dan matanya, ia menunjukkan kalau ia tidak terima, dan takut kehilangan sosom Axel yang sebenarnya juga sudah ia cintai entah sejak kapan. Mungkin sejak ia parno dengan novel karya Ale aitu. Sebab, saat itu dia jadi tidak mandiri, apa-apa serba butuh Axel dan banyak menghabiskan waktu dengannya.     

"Apakah perlu persetujuan, Xel? Mama tahu kamu adalah anak berbakti, dan akan menerima pilihan mama," ucap tante Eliz. Dengan sengaja menggoda Wulan.     

Wulan pun diam. Ia tahu, dia tidak berhak berbicara. Karena, hubungan anatar dia dan keluarga Axel hanyalah sebagai relasi kerja namun karena terlalu erat jadi sudah seperti saudara. Sekalipun mereka benar-benar saudara juga gak boleh masuk ke dalam ranah pribadi juga, kan?     

"Axel, gadis yang akan kau nikahi ini adalah sosok yang cantik, cerdas dan anggun. Hanya saja dia masih kuliah. Nanti, akan kami kenalkan," ucap tante Eliz lagi.     

Wulan meremas ujung dressnya untuk menyalurkan rasa tak nyaman di hatinya. Sekilas ia melirik kea rah Axel. Melihat, seperti apa ekspresi pria itu. ternyata datar-datar saja dan taka da raut wajah yang menunjukkan kalau dia tidak terima apalagi bantahan atas ide yang baru saja dikatakan oleh mamanya.     

"Mari, kita makan dulu, ini Wulan kah yang masak? Wulan memang pintar memasak, ya? pasti yang punya mantu kaya kamu bakal suka, kau pasti akan disayang oleh mertua nanti jika sudah menikah, Wulan," puji tante Eliz. Wulan hanya diam. Ia merasa tidak enak makan saja. ingin sekali rasanya dia pergi dan menangis sepuasnya. Sebab, saat ia melirik kembali kea rah Axel, pria itu makannya sangat lahap dan doyan seperti tidak sedang dalam masalah dan beban apapaun.     

'Xel, apakah kau sudah lupa jika kemarin kau baru saja melamarku? Kenapa kau hanya diam dan tak menolak perjodohan ini? Aku mencintaimu, apakah ini adil?' batin Wulan semakin terasa ngenes saja.     

Usai makan malam, kembali tante Eliz menanyakan kesediaan Axel bagaimana dengan ide perjodohan itu. tapi, bukan tante Eliz, melainkan tante Miranda lah yang mendahului bertanya pada pria itu. pria yang di luar terkesan dingin dan jutek, tapi sebaliknya jika pada wanita yang ia cintai.     

"Xel, menurut kamu, bagaimana ide mamamu tadi untuk menjodohkanmu?"     

"Bagus juga Tante. Mama memang yang terbaik," jawab pria itu datar.     

'Apa katamu? Bagus, Xel? Dasar bebek sawah, suka ternah banyak wanita. Jika kau mau dengan wanita pilihan mamamu, lalu aku gimana?' batin Wulan kian merasa jengkel saja.     

"Ah, lihatlah, Pa. Axel emmang anak yang sangat berbakti. Bagaimana kalau kita menjodohkan saja Wulan? Apakah dia nurut?"     

"Terserah mama dan papa saja. kalau kalian bahagia, wulan juga," jawabnya penuh emosi. Tidak berfikir, kelak akan menyesal atau tidak di kemudian hari.     

"Tapi, bagaimana dengan gadis itu, ya. kira-kira menolak tidak sama Axel?" tanya tante Eliz sambil tertawa.     

"Dia mau sama aku kok, Ma."     

'Dasar kau Xel, bajingan! Egois kau! Kenapa kamu tega melakukan ini padaku?' Ingin sekali rasanya Wulan pergi jauh dan berlari meninggalkan mereka, namun, ia tidak memiliki keberanian untuk itu. dia juga tidak siap mereka tahu atas perasaannya saat ini. Dia benar-benar hancur sehancur-hancurnya.     

"Kalau dari pihak wanita dan prianya sudah sama-sama mau, kenapa tidak segera dijodohkan saja? biarkan mereka tunangan secara resmi dan menggelar pernikahan secara megah," timpal om Nicolas sangat antusias.     

"Apakah masih perlu tunangan segala? Kukira kami akan langsung menikah saja," jawab Axel tanpa melirik kea rah Wulan.     

Pada saat itu juga, air mata Wulan jatuh tak tertahankan. Dia sedih, bagaimana tidak, Axel seolah melupakan kejadian kemarin yang bahkan belum lewat semunggu.     

"Jangan gitu, kami masih ingin kalian tunangan dan menjalin hubungan akrab, lo Xel."     

"Om jangan kawatir, kami sudah akrab kok, dan sering menghabiskan waktu bersama."     

Kali ini sudah tak bisa ditahan lagi. Wulan beranjak dari tempat duduknya menghampiri Axel dan memeberikan sebuah tamparan yang snagat keras sehingga terdengar nyaring.     

Semua terkejut dan diam. Terpaku memandang Wulan yang berani menampar keras Axel.     

"Kau ini manusia atau bukan? Sungguh, kau tak berhati Nurani dan tak berperasaan! Baru beberapa hari yang lalu kau melamarku dan mengatakan ingin menikah denganku, kenapa sekarang kau mau-maunya dijodohkan? Kau tak menolak dan dengan berani mengatakan kalian sudah saling kenal dan juga sering hang out bersama? Kamu sengaja mempermainkan aku, Xel?" teriak Wulan sambil menangis terisak.     

"Maaf…. " hanya satu kalimat yang terdengar menggantung itu saja yang terucap dari lisan pria itu.     

"Apa, maaf? Ap aini tujuanmu, sengaja mempermainkan aku? Sekarang puas, kau? Hah?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.