Cinta seorang gadis psycopath(21+)

RASA YANG ANEH



RASA YANG ANEH

0"Harusnya aku yang bertanya. Ada apa kau sampai sesiang ini tiba di kantor?" Ujung ekor mata ALea melirik ke arah jam dinding yang sudah menunukkan pukul sebelas lewat limabelas menit.     

"Haduh! Kenapa hanya karena sedikit kesibukan saja aku sudah jadi blank begini, ya?" ucap Axel secara sepontan sambil menepuk jidatnya sendiri.     

Alea tersenyum geli melihat tingkah Axel yang membuat ia merasa kian greget saja. Tapi, di benaknya juga tersisip rasa kawatir. "Apakah terlalu banyak hal yang kau kerjakan sampai-sampai kau jadi seperti ini? Jaga Kesehatan, istirahatlah yang cukup. Jangan terlalau memforsir tenagamu, oke?"     

"Iya, Sayang. Makasih, ya?" Axel berjalan perlahan menuju meja kerjanya.     

Sementara Alea juga masih berdiri di tempatnya. Ia ingin sekali menghampiri Axel dan menyentuhnya. Tapi, ini lingkungan kantor. Dia dituntut professional dalam bekerja. Mengesampingkan soal asmara. Karena memang pekerjaannya numpuk. Ia harus bekerja cepat dan fokus agar tidak sampai lembur.     

"Apakah kau sudah sarapan tadi?"     

"Ya, aku sempat sarapan tadi, bibi menyiapkan telur rebus, kentang dan sayur kol."     

"Kamu diet?"     

"Tidak. Memang sarapanku seperti itu. aku tidak terlalu menyukai roti."     

Alea hanya tersenyum saja. Ia berusaha merekam dalam memori ingatannya. Mungkin, jika ada kesempatan nanti, ia akan menyediakan sarapan untuk Axel seperti yang biasa ia makan dari sejak sebelum mengenal dirinya. Atau, saat menikah nanti dia tidak kaget. Jadi, mulai dari sekarang ia mencoba mencari tahu apa saja yang disukai Axel dan yang tidak.     

Axel memperhatikan Alea yang kembali fokus dengan layar monitornya. Ketika mendekati waktu istirahat, kira-kira kurang dari sepuluh menitan Axel kembali memulai pembicaraan. "Apakah tadi menghubungiku?"     

"Iya. Aku merasa aneh saja. biasanya kau selalu datang lebih awal. kenapa ini jadi sangat terlambat?"     

"Cepatlah jadi nyonyaku. Agar kau tidak dimarahi saat datang terlambat. Atau, setelah jam istirahat sekalipun," timpal Axel sambil tertawa.     

"Apapaun statusku, selama di sini aku bekerja sebagai karyawan. Aku tidak akan memanfaatkan statusku sebagai nyonya bos untuk kepentingan sendiri. Bekerja ya harus konsisten."     

"Baik, aku hargai itu. aku suka caramu, kau sangat professional."     

'Jika tidak, mungkin aku tidak akan sampai menempati kursi ini. Aku tahu, Xel, sekalipun kau suka sama aku, kau tidak sembarangan menempatkan seseorang di kursiku ini setelah mbak Gea,' batin Alea.     

Jam istirahat pun tiba. Mulanya, Alea hendak keluar lebih dulu. Namun, Ketika seseorang mengetuk pintu dari luar, Axe; meminta ia menghendle apa yang dikerjakan. Karena dia tahu, yang datang adalah staf pengawas yang hendak menyerahkan laporan.     

"Alea, tolong kerjakan ini dulu. Kamu salin text dalam lembaran ini dan masukan dalam bentuk PDF."     

"Baik, Pak."     

"Masuk!"     

Bersamaan dibukanya pintu ruangan tersebut, seorang yang tadi pagi sarapan dengan Alea di kantin perusahaan masuk sambil membawa map warna kuning.     

"Selamat siang, Pak. Permisi," ucapnya dengan santun.     

Dari ujung ekor mata Alea ia melihat pria itu. dia memang tidak memiliki tampang bule atau blateran. Tapi, jika dipandang-pandang kharismatik juga. mungkin saja selama ini Alea terlalu dibukatkan oleh pria domestic daripada pria lokal. Jadi, sedekat apapun hubungannya dengan Andra ia tidak memiliki rasa cinta sama sekali.     

"Bagus, Ndra. Setelah kuamati kinerjamu selama tiga bulan terakhir ini sepertinya kamu layak menjadi meneger di anak cabang perusahaan yang baru," ujar Axel dengan sedikit lantang. Lagipula yang berada di dalam ruangannya adalah Alea. Gadis yang tidak haus akan jabatan. Jadi, tidak ada yang ditakutkan.     

"Ah, Bapak, bisa saja. menjadi pengawas saja sudah merupakan kebanggaan bagi saya. Kemapa harus terlalu tinggi begini?" jawab Andra dengan rendah hati.     

"Aku yang mengamati semua karyawanku, dan aku juga berhak memberikan penilaian. Kamu juga sudah lama, kan bekerja di sini? Aku menyatakan kalau kau layak menduduki posisi itu. jadi, mulai besok, kau akan diresmikan sebagai manager di Bandung."     

"Apa, Pak? Serius?" ucap Andra hampir tidak percaya.     

"Iya, Andra."     

"Terimakasih, Pak. Terimakasih banyak!" ujar Andra secara reflek ia meraih tangan kanan Axel dan menciuminya beberapa kali.     

Sorot kebahagiaan tas berita yang dia dapat memang tak dapat lagi ditutupi. Namun, Ketika matanya menangkap kea rah Alea yang tengah bekerja, rasa bimbang dan galau tiba-tiba saja muncul.     

"Ini sudah jam istirahat. Kau bisa istirahat dulu, Ndra. Lalu, jika sudah kau boleh berkemas. Mulai besok, kantor mu ada di Bandung," ucap Axel penuh wibawa.     

"Baik, Pak. Terimakasih." Andra pun memohon diri keluar meninggalakan ruangan tersebut. Sementara Alea masih melanjutkan mengetik dengan raut wajah tenang seolah tidak terpengaruh dengan obrolan dua pria yang juga berada dalam satu ruangan dengannya.     

"Apakah masih belum selesai, Lea? Ayo, kita itirahat dulu! Itu bisa kau kerjakan nanti lagi."     

"Iya, Pak. Nanggung. Ini tinggal dua halaman lagi," jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitornya.     

"Ya sudah. Aku akan menunggumu kalau begitu. Apakah perlu didikte?"     

"Tentu saja. dengan senang hati jika anda tidak keberatan."     

Axel tersenyum. Lalu beranjak menuju meja Alea dan beranjak mengambil lembaran berkas yang tadi ia berikan. Usai mendikte Alea, mereka berdua keluar ruangan bersama. Entah, apa yang ada di benak Alea. Ia bisa menerima begitu saja. seolah, dengan sengaja ia ingin menunjukkan pada dunia kalau dia dan Axel sudah jadian.     

Lain halnya dengan Andra. Meskipu sejak tadi ia berada di kantin dan sudah memesan makanan dan minuman, ia merasa sangat tidak berselera untuk makan. Memang ini adalah berita bagus. Lima tahun sudah bekerja di sini dan akhirnya kini mendapatkan jabatan penting. Tapi, karena harus pindah, ia merasa dilemma dan takut tak bisa menguasai diri karena merasa rindu dengan Alea. Ingin sekali rasanya ia menukar jabatan itu dan tetap kembali karyawan biasa seperti dulu agar bisa dekat dengan Alea. Meskipun tidak sedekat dudlu karena hubungannya dengan sang CEO kian mencolok, setidaknya dengan hanya memperhatikannya dari jauh, melihat ia tertawa dan tersenyum juga sudah cukup membuat dia bahagia.     

Seperti halnya saat ini, Ketika ia memperhatikan Alea tertawa dengan Axel. Bahkan, tanpa sungkan-sungkan lagi Alea mengusap bibir Axel yang terdapat sisa makanan.     

Andra tersenyum kecut. Ia merasa sakit dan senang secara bersamaan sampai-sampai dia sendiri tidak tahu, perasaan mana yang lebih kuat bersemayam di hatinya.     

'Lagipula, dengan menjabat sebagai manager, aku juga tidak akan bisa mengalahkannya kan Alea? Selain menjabat sebagai CEO, dia juga adalah pewaris tunggal perusahaan ini. Kelak, jika sudah tiba masanya ia akan menjabat sebagai ketua dewan komisaris setelah kakeknya pensiun. Sayangnya, jika aku mengorbankan jabatan ini, akan membuat ibuku kecewa. Jadi, aku akan tetap terima jika harus dipindah. Semoga kita masih dapat berjumpa, Alea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.