Cinta seorang gadis psycopath(21+)

ALEA



ALEA

0Sesaat Ketika Andra tersadar dari lamunannya, ia melihat kalau pak Max bangkit dari tempat duduknya lalu pergi. Namun, bukan itu yang mencuri perhatian Andra. Melainkan Alea yang tidak ikut pergi bersama pria itu dan tetap berada di tempatnya melanjutkan makan sianganya. Mulanya Andra ragu-ragu. Ia sempat melihat sekitar. Kemudian, setelah Yakin kalau sang boss tidak kembali lagi, ia membawa piring dan gelas minumnya ke tempat Alea.     

"Boleh aku duduk di sini?"     

"Andra? Tentu saja boleh," jawab Alea dengan senyumannya yang khas mempersilahkan sahabatbya untuk duduk. "selamat ya atas kenaikan jabatanmu menjadi meneger," imbuh Alea sambil matanya lekat memandang Andra yang sepertinya ekspresi wajahnya begitu datar di depannya.     

"Terimakasih, Alea," jawab pria itu. kemudian mulai menyendokkan nasi dan menyuapkannya ke mulut.     

"Kamu kok gak kelihatan senang, sih Ndra? Kamu jadi manager, lo! Kok kesannya B aja aku lihat," ucap Alea heran sambil tersenyum canggung.     

"Untuk apa tahta dan jabatan kalau tidak bisa memilikimu?"     

"Apa?"     

"Tidak apa-apa. Lupakan saja. Iya. Aku bahagia. Tapi, mungkin ada yang lebih bahagia dari aku."     

"Siapa?"     

"Ibuku."     

"Lalu, apakah kau sudah menelfon dan mengatakan pdanya?" tanya Alea dengan sangat antusias.     

"Tidak. Belum… maksutnya aku belum katakana. Nanti saja saat aku pulang supaya aku bisa lihat seperti apa ekspresinya."     

"Itu bagus."     

Andra diam tidak menjawab. Ingin sekali rasanya dia bertanya tentang hubungannya dengan Axel. Tapi, ia tidak ada keberanian. Dia bukan takut Alea akan marah. Namun, takut dengan curhatan Alea yang membuat hatinya tersayat dan sakit.     

"Kamu jadian sama pak Max?" Sejak tadi ditahan agar tidak bertanya. Tapi, nyatanya rasa penasaran mengalahkan segalanya. Mungkin karena belum tahu, serti apa sakitnya patah hati.     

"Iya. Kok kamu bisa tahu?"     

"Aku Cuma nebak saja. jadi, semalam itu sebenarnya kamu bohong kr ibu kamu, kan kalau kamu ada perjalanan bisnis ke luar kota?"     

"Aku Cuma tidak mau ibuku khawatir. Tapi, semalam sekitar jam delapan aku pulang kok Ndra."     

"Selamat, ya? Akhirnya kau sekarang sudah bersama dengan pria yang kau cintai. Semoga hubunganmu langgeng sampai ke pelaminan."     

"Terimakasih," jawab Alea. Tiba-tiba saja ia merasa takut kalau Andra akan menjauhi dirinya setelah dia tahu kalai ia dan Axel sudah jadian.     

"Kamu sudah makannya? Ak uke ruangan dulu, ya? Ada banyak hal yang perlu aku bereskan soalnya," ucap Andra sambil tersenyum. Kemudian ia pun pergi meninggalkan Alea.     

Alea diam tidak bisa menghentikan Andra. Tapi, ada perasaan aneh tiba-tiba saja timbul di dalam hatinya. Namun ia tidak mengerti ini apa. Yang dia tahu, ia tak ingin hubungannya renggang dengan Andra. Dia merasa kehilangan dengan hanya mendengar Andra akan pindah ke Bandung dan jadi manager di sana.     

Alea memberanikan diri untuk menolah. Tak lagi nampak Andra dari pandangannya. Kembali ia menghadap ke depan. Ke mejanya yang ada dua piring kosong di atasnya. 'Tuhan, ada apa dengan dirku? Aku mencintai Axel. Ingin tunjukkan pada dunia kalau dia adalah miliku. Kami saling mencintai satu sama lain. Tapi, kenapa di sisi lain aku takut jika Andra meninggalkanku? Jarak di atara kami sudah jelas terlihat. Dia tidak lagi seperti dulu.'     

***     

"Tante, apakah kau jadi mala mini kembali ke Indonesia?" Seorang gadis memakai baju renang dan menutup bagian bawah tubuhnya dengan sarung bali berbaring di pinggiran kolam renang.     

"Iya, benar. Ini tante masih di Singapura ada sedikit hal yang masih perlu diurus. Tante ikut penerbangan sore. Apakah kau bisa jembut tante di bandara nanti, Wulan?"     

"tentu saja. aku yakin, pasti Axel tidak bisa menjemputmu, kan?"     

"Sudah, kalau itu kau tak perlu tanya. Dia dari dulu juga selalu saja begitu. Sibuk dengan kerjaannya sendiri. Pantas saja tetap menjomblo terus."     

"Hahaha, sudahlah Te. Yang sabar. Dengan karakternya yang pekerja keras, dia bisa membawa perusahaan keluarga menjadi berkembang sangat pesat, loh!"     

"Kau benar memang. Tapi, tante ini juga inginkan mantu dan cucu."     

"Kelak kalau sudah tiba masanya juga akan dapat, Te. Doakan saja, ya?"     

"Iya. Makasih, ya Wulan. Ya sudah. Nanti jika tante sudah mau terbang akan tante kabari kamu, oke?"     

"Baik tante," jawab gadis itu dengan senyuman yang tersungging di bibirnya. Merasa lega karena tante Elizabeth akan tiba. Kembali gadis itu masuk ke dalam kolam dan berenang. Setelah sepuluh menit ia pun beranjak membersihkan diri dan berganti pakaian.     

"Non, mau makan apa untuk makan siang?" tanya serang bibi yang sudah lama dipekerjakan mengurus rumah ini.     

"Apa saja lah bi. Tapi, kalau bibi banyak kerjaan, gak papa, aku akan menyiapkan makan siangku sendiri," jawab gadis itu. Lama tinggal di luar Negeri dan terbviasa dengan makanan di sana, membuat ia jadi sangat jarang mengkonsumsi nasi. Yang dia makan seringnya salad, daging bakar dan apalah. Makanya dia lebih suka memasak sendiri karena asisten rumah tangga tantenya tidak pandai memasak makanan luar negeri. Tapi, jika dimasakan makanan lokal, dia juga tidak pernah menolak. Karena ia tidak pernah suka merepotkan orang lain.     

"Apakah tumis pokcoy dengan potongan daging sapi, Non?"     

"Itu boleh. Sama siapkan Apel ya Bi. Makasih," jawa Wulan dengan binar mata penuh kebahagiaan.     

Ketika ia sedang asik bermain game online di ponselnya sambil menunggu makan siangnya selesai. Axel pulang di jam istirahat. Memang ini tidak biasa.     

"Xel, kamu tumben pulang?"     

"Iya, ada yang mau aku tanyakan nih sama kamu. Kemarin aku lohat di medsos kamu sudah buka pre order novel PSYCOPATH. Apakah sudah ada versi cetaknya?" tanya Axel dengan sedikit terburu-buru.     

"Kenapa kamu menanyakan itu? Kamu juga pengen beli?"     

"Iya, buruan. Atau, gini saja. kamu ad pdfnya tidak? Jika ada, aku minta dulu."     

Tanpa pikir panjang, Wulan langsung menuju kamarnya. Dari sana, ia memberikan flash disk berwarna putih ke pada Axel.     

"Ada di dalam sini. Kamu cari saja. karena di sana tidak hanya ada satu novel doang. Jangan sampai hilang, ya?" ujar Wulan sambil melemparkan benda kecil itu kepada kakak angkatnya.     

"Oke, terimakasih. Aku pergi dulu," jawab Axel setelah berhasil mensngkap benda tersebut.     

"Non, makan sianganya sudah selesai. Cepat di makan," ucap bibi memberitahu. Kemudia kembali ia ke dapur untuk mencuci perabot dapur yang baru saja digunakan.     

"Iya, Bi. Makasih." Jawabnya. Kemudian dengan cepat wajahnya mengarah ke Axel yang sudah tiba di ambang pintu dan berteriak, "Xel! Sudah makan siang belum kamu?"     

"Sudah, kau makan saja. aku buru-buru."     

"Nanti tante Elizabeth pulang!"     

"Aku tahu. Ya, biarkan nanti aku yang akan menjemput dia di Bandara." Teriak Axel kemudian langsung berlari menuju mobil dan melajukan dengan cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.