Cinta seorang gadis psycopath(21+)

KEMASUKAN ARWAH



KEMASUKAN ARWAH

0"Jevin boleh melihat om Rafi, Te?"     

Namun tidak ada jawaban dari Yulita. Wanita itu hanya diam dan masih tersenyum pahit, seolah tengah meratapi nasib.     

"Te… Tante," panggil Jevin lagi Ketika menyadari tante Yulita masih diam. Rupanya wanita itu tengah melamun. "Tante!"     

"Eh! Iya, Jev. Ada apa?" tanya Yulita Ketika ia tersadar dari lamunannya.     

"Apakah Jevin boleh melihat keadaan om Rafi?" tanyanya lagi dengan nada lebih pelan dan hati-hati.     

"Tentu saja boleh. Dia ada di kamar, Jev. Tapi sepertinya ia sedang tidur setelah meminum obat."     

"Tidak apa-apa, Tante. Jevin hanya ingin lihat saja mumpung berada di sini."     

"Baik. Mari, tante antar kamu ke kamar om Rafi!" seru Yulita kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan dan diikuti oleh Jevin di belakangnya.     

Tiba di sebuah kamar yang pintunya tertup rapas, Yulita memelankan langkahnya dan berjalan dengan hati-hati, serta membuka pintu tersebut perlahan agar tidak menimbulkan bunyi berisik. Ia takut kalau suara deritan pintu membuat suaminya terkejut dan terjaga. Sebab, Yulita tidak mampu mengatasi Ketika suaminya histeris jika tidak ada Alea. Terus menerus memberi obat penenang dia sendiri juga sebenarnya tidak tega.     

Melihat keadaan di dalam kamar tersebut cukup membuat Yulita terkejut. Bagaimana tidak, Rafi yang sebelumnya tengah pulas tertidur setlah dia beri obat penenang dia malah sudah bangun, duduk di tepi ranjang menghadap jendela dan membelakangi pintu.     

"Mas, kamu sudah bangun?" tanya Yulita pelan dengan rasa gentar.     

Tidak ada jawaban. Pria itu masih duduk dengan posisi semula.     

Yulita diam, ia menoleh ke belakang memandang Jevin. semenetara Jevin, memberi isyarat agar dirinya masuk ke dalam lebih dulu. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, ia akan siap membantu.     

Dengan pintu masih sedikit terbuka perlahan Yulita masuk ke dalam, kembali ia menyapa suaminya Ketika jarak mereka sudah semakin dekat. "Sudah lama kau terjaga, Mas? Kenapa masih berada di dalam kamar saja?"     

Rafi masih bergeming di tempatnya.     

"Apakah kau lapar, Mas?"     

karena tidak ada jawaban, Yulita kian mendekat. Duduk di sebalahnya dan mengelus lembut Pundak suaminya. Saat itu jiga, Rafi menoleh menatap dirinya. Begitu wajah mereka saling beradu, betapa terkejutnya Yulita. Ia langsung terjaga dan melangkah mundur dengan cepat. "Siapa kau?" tanyanya dengan jantung berdebar kencang. Namun tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga. Hanya saja, ia terus berusaha agar bisa kuat. Tetap berdiri menghadapi meskipun sebenarnya ia takut.     

Rafi, dengan wajah yang pucat dan penuh darah di bagian pelipis serta matanya yang semuanya putih menyeringai melihat Yulita. Kemudian, ia berkata dengan suara wanita, namun tidak dapat dikenali. "Dasar wanita bodoh! Kau bahkan mempertahankan pria yang tidak mencintaimu sama sekali."     

"Siapa kau? Pergi! Keluar kau dari jasad suamiku!" teriak Yulita ketakutan.     

"Aku? Kau tidak tahu siapa aku. Tapi, kelak jika sudah tiba masanya kau juga akan tahu dengan sendirinya siapa aku sebenarnya," jawab suara itu, yang tengah menguasai tubuh Rafi.     

"Aku memang tidak tahu siapa dirimu. Tapi, aku yakin kau tidak berasal dari alam yang sama dengan kami. Jika kau tahu itu, maka tolong, tinggalkan raga suamiku. Kau pergilah! Jangan ganggu kami, dia adalah milikku," jawab Yulita dengan keringat yang mengucur deras.     

"Tidak, aku tidak akan pernah pergi. Jika saja ada yang pantas pergi harusnya adalah kau, kau yang menyebabkan semua ini, maka kau harus mati!" teriak seorang wanita yang menggunakan tubuh Rafi. Dengan sigap Rafi berfiri dan melompat menerkam Yulita. Dengan kencang Rafi mencekik leher Yulita yang sudah tidak bisa kabur lagi.     

"Mas, sadarlah, Mas. Ini aku istrimu," ucap Yulita dengan suara terbata-bata.     

Jevin yang sempat pergi ke kamar mandi segera kembali ke depan kamar om Rafi. Ia merasa kalau ada yang tidak beres. Terlebih Ketika jaraknya dengan tidak terlalu jauh. Ia mendengar suara yang tidak beres. Segera ia berlari dan melihat ke dalam, beruntung pintunya sedikit terbuka, atau ia mungkin tidak akan mendengar apa-apa.     

"Om Rafi!" teriak Jevin kemudian ia berlari dan mencoba melepaskan tangan Rafi yang tengah mencekik Yulita. Tapi, sepertinya dia terlalu kuat, bahkan, hanya dengan hentakan lengannya saja Jevin sempat terpental. Pria itu panik dan bingung, ia memutar otak dengan cepat mencari acara untuk menyelamatkan Yulita dari cengkraman Rafi. Akhinya matanya tertuju pada jarum suntik dan obat bius. Dengan bermodalkan kenekatan Jevin mengambil bend aitu dan menyuntikkan pada lengan kiri Rafi. Entah nmerasa sakit akibat suntikan tersebut atau bagaimana, Rafi melepaskan cekikian tangan dari leher Yulita, kemudian berbalik arah memandag Jevin dengan tatapan yang sama.     

Menyadari kalau yang berdiri bukanlah om Rafi, Jevin mengambil Langkah ke belakang, guna menghindari jika mendadak sosok yang menguasai tubuh Rafi tiba-tiba menyerangnya. Belum juga sosok itu berkutik, tiba-tiba saja langsung ambruk tak sadarkan diri.     

"Ya Tuhan!" seru Yulita terkejut. Tubuhnya yang lemas sudah tak sanggup lagi menopang berat badannya, ia pun roboh, tersandar di dinding kamar. Namun, ia bersyukur, sosok itu berhasil dihentikan oleh Jevin yang datang tepat waktu. Sebenarnya sedikit terlambat sih. Setidaknya, ia tidak sampai mati di tangan mahluk rendahan semacam itu, yang bisanya hanya menguasai jasad seorang yang lemah untuk melukai dirinya.     

"Tante!" seru Jevin, kemudian ia berlari menghampiri Yulita. Sementara Rafi, dibiarkan tersungkur tak sadar di atas lantai. Sebab, jika mengangkat tubuhnya dulu ke atas ranjang, ia takut Rafi akan kembali sadar dan menyerang mereka berdua. Jadi, Langkah awal yang ia lakukan adalah ,enolong Yulita, membawanya keluar dan mengunci kamar om Rafi dari luar.     

Jevin memapah tante Yulita dan membawanya duduk di meja makan. Kemdian, dengan cepat ia menuju ke dispenser dan mengambukkan air putih lalu memberikan pada tante Yulita yang nampak syok dan kaget atas kejadian barusan.     

"Terimkasih, Jev," jawab wanita itu, lalu meminumnya sampai tinggal setengahnya saja.     

"Om Rafi tidak sedang salah obat, kan Tante?" ucap Jevin hati-hati. Ia takut membuat tantenya merasa sedih jika ia langsung to the point bilang kalau Rafi tengah kesurupan.     

"Sepertinya ada sosok arwag yang merasuki tubuhnya, Jev. Tapi, aku tidak tahu itu arwah siapa. Dari suaranya seperti suara seorang wanita. Hanya saja tidak jelas, karena bercampur dengan suaranya sendiri."     

Jevin diam dan berusaha berfikir. Tapi, sepertinya pikirannya buntu. Jika saja wanita itu datang untuk membalas dendam, sepetinya tante Yulita adalah orang baik, dan tidak pernah memiliki musuh sejak dulu. Terkait almarhum ibunya… dia bukan tidak tahu. Tapi, ibunya yang bersalah. Jikamada yang memebenci, tante Ylita lah yang pantas membenci dan mengutuk mendiang ibunya dulu. Tapi, tante Yulita sangat baik, dia bahkan mau mengurus ibunya semasa masih hidup dan sakit. Bahakan, matinya pun, tante Yulita juga menemani.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.