Cinta seorang gadis psycopath(21+)

CINTA YANG TULUS



CINTA YANG TULUS

0Satu kancing pertama sudah terlepas. Kini Ketika ia memgang kancing baju di bawahnya Axel menatap dalam ke mata Alea. Keduanya sama-sama membisu.     

"Apakah kau yakin, mau melakukannya denganku?" tanya Axel dengan tatapan mata sayu.     

"Jika memang kau bersungguh-sunggu dengan janjimu, maka aku tidak akan pernah keberatan," jawab Alea yakin.     

Axel diam sesaat. Cukup lama dia berada dalam posisi itu. bahakan, tangan kanannya masih ia kletakkan di atas dada Alea, sementara tangan yang lainnya ia gunakan untuk bertumpu, menopang tubuh.     

"Maaf. Aku khilaf. Aku benar-benar tulus mencintaimu. Tapi, bukan berarti aku meminta kehormatanmu begitni. Apalagi, baru tadi kita jadian, kan? Maafkan aku Alea." Axel mengankat tubuhnya. Setelah dia berada dalam posisi duduk tegap di pinggir ranjang, ia menarik kedua lengan Alea sehingga keduanya berhadapan.     

Sementara Alea diam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Dalam hati ia bergumam, 'Apakah aku terlalu murahan barusan? Mudah sekali mengizinkan dia menjamah diriku atas nama cinta. Tapi, jujur, aku sangat mencintainya dan tak mau kehilangan dirinya.'     

"Terimakasih Alea."     

"Untuk apa?" jawab gadis itu lirih dengan wajah ertunduk.     

"Untuk ketulusan cintamu. Maaf, aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Aku hanya menguji ketulusanmu. Ternyata, kau benar-benar mencintaiku. Jadi, sekarang, aku sudah tak lagi merasa ragu," jawab Axel penuh keyakinan.     

"Ya, aku memang mencintaimu, Xel. Meskipun sebenarna aku takut jika memang kau tadi benar-benar ingin melakukannya padaku," jawab Alea masih dengan suara yang lirih.     

"Tidak! Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu. Karena aku cinta sama kamu, maka aku berjanji, mulai saat ini aku akan menjaga kehormatan yang kau miliki dan melindungimu segenap jiwaku."     

Perlahan Alea mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Terimakasih, Xel." Ia pun memeluk erat dada kekar pria di hadapannya. Ia merasa terharu. Dan pelukan ini, adalah pelukan ternyaman yang pernah ia rasakan selama ia hidup di dunia.     

"Karena sudah sore, kau mandilah duluan. Aku sudah menyiapkan apakaian ganti untukmu."     

"Baik." Ucap Alea dan langsung menuju ke dalam kamar mandi yang terletak di dalam kamar tersebut.     

Sementara Axel, ia lebih menunggu di luar. Sebab, ia tadi sempat menyadari kalau Alea masuk ke dalam kamar mandi tidak membawa handuk sekalian. Ia tidak ingin terjebak nafsu karena melihat tubuh telanjang Alea. Setelah tiba di luar pintu kamar, Axel bernapas lega sambil mengelus dada dan bergumam, "Fiuuh! Hampir saja, kan terjadi."     

Melihat bathup yang besar panjanh serta memberi kesan mewah Alea ingin sekali rasanya berendam di dalamnya. Tapi, karena cuaca di pegunungan cukup dingin, akan menyita banyak waktu apabila dia harus menunggu air hangat. Walaupun sudah ada kran panas, tetap saja pasti kapasitas kemampuan hilternya terbatas. Tidak sama dengan yang ada di tempat pemandian air hangat atau hotel-hotel berbintang. Lagipula, in ikan Vila pribadi milik Axel.     

Setelah mandi, barulah Alea sadar kalau ia lupa tidak membawa handuk dan juga baju ganti. Ingin keluar, ia takut kalau Axel masih berada di kamar. Meski bagaimanapun ia masih saja malu. "Xel… apakah kau ada di sana?" ucapnya dengan sedikit lantang, sekedar memastikan keberadaan Axel saja. tidak lebih dari itu. Ia berteriak memanggil nama Axel sebanyak tiga kali tetap tidak ada jawaban, akhirnya gadis tersebut membuka pintu kamar mandi secara perlahan dan mengintip ke luar. Dieedarkannya seluruh pandangannya ke penjuru ruangan. Kosong. Tidak ada seorang pun di sana. Pintu kamar juga tertutup dengan rapat. Dengan Langkah perlahan dan sedikit tergesa-gesa Alea berlari mengambil handuk di dalam lemari.     

Di sana tergantung dua handuk model kimono berwarna putih dengan size berneda. Alea mengambil yang kecil dan segera memakainya. Setelahnya, ia membuka lemari di sebelahnya. Rupanya di dalam sana sudah ada banyak baju wanita dan pria.     

"Kau mandilah dulu. Aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu." Kembali Alea teringat denga napa yang Axel katakana tadi. Seketika, bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman.     

'Kau benar-benar menyiapkannya untukku, Axel? Terimakasih. Bahkan kau juga keluar dari kamar tak mau ambil kesempatan. Meskipun kau tahu, di sini hanya ada kita berdua saja. aku percaya, kalau kau memang tulus mencintaiku, bukan semata-mata hanya karena nafsu saja,' batin Alea.     

Setelah mengambil celana panjang berbahan katun dan swetear dari rajut dan memakainya, ia bergegas keluar kamar untuk mencari Axel.     

"Xel. Aku sudah selesai. Apakah kau tidak mau mandi dulu?" Alea terus berjalan menuju ke teras depan. Tapi, rupanya pria itu tidak berada di sana. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mencarinya ke halaman belakang sambil terus memanggil Namanya.     

"Xel… kau ada ada di mana?"     

''Tunggu saja nanti. Ini bukanlah hal yang bisa disimpulkan dengan cepat atau buru-buru. Aku masih butuh waktu."     

Mendengar Axel tengah berbicara dengan seseorang melalaui gawai, Alea pun berhenti memanggil. Ia berjalan pelan sambil mencuri dengar apa yang kira-kira dibahas olehnya.     

"Oke, kalau sudah jelas, kau bisa menutup panggilannya sekarang. Karena, aku masih dalam masa menikmati weekend," ucap Axel tiba-tiba lalu mematikan panggilan dan berbalik arah, seketika, pandangannya pun bertemu dengan Alea yang sudah berdiri di depannya. Kira-kira hanya berjarak duameteran dari tempatnya berdiri.     

"Telfon dari siapa?" tanya Alea dengan tatapan penuh slidik. Sebab, sebelumnya ia tadi sempat mendengar, kalau yang mereka bahas sepertinya sangat serius dan belum menemukan titik permasalahan. Namun, kenapa tidak lama kemudian seolah-olah sudah tidak terjadi masalah sama sekali?"     

"Dia? Dia adala Yuan. Kapan-kapan kalau sudah ada waktu, aku akan mengenalkan kau dengannya. Ya sudah, kalau gitu, aku akan mandi dulu," ucap Axel dengan hangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.