Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PENUTUPAN KASUS



PENUTUPAN KASUS

0"Bagaimana, Pak? Apakah anda sudah mendapatkan petunjuk tentang keberadaan adik saya?" tanya seorang pria tampan, namun penampilannya sangat berantakan.     

"Kami masih berusaha mengusut dan mencari tahu keberadaannya. Berdasarkan nomor ponselnya, terakhir aktif ya berada di dalam rumah kalian sendiri. Pihak kami tidak bisa menyimpulkan apapun. Terlebih, dua hari sebelum adikmu dinyatakan hilang, ternyata cctv sudah tidak bekerja."     

"Iya, Pak. Ini semua salah saya. Terimakasih atas bantuannya."     

"Kasus ini sudah sangat lama. Untuk sementara, kasus ini akan kami tutup. Namun, jika nanti ada petunjuk, kami akan menindak lanjuti. Semoga saja, adik anda segera ketemu dalam keadaan sehat wal'afiat, ya Pak?" ucap salah satu polisi sambil menepuk sebelah bahu Jevin.     

"Iya, Pak. Terimakasih atas bantuan kalian," jawab Jevin dengan wajah tak bertenaga, sayu dan lemas.     

"Kami seharusnya minta maaf karena tidak bisa memberikan habis apa-apa."     

"Tidak, kalian sudah berusaha keras. Kalau begitu, saya pamit dulu, Pak." Jevin pun menjabat tangan beberapa polisi yang berada di ruangan itu. Setelah keluar dari ruangan tersebut, ia nampak terlihat sangat lemas dan tak bertenaga. Tiba di dalam mobil, pria berpawakan tinggi dengan bekas brewok yang mulai tumbuh di sekitar pipi dan dagunya itu pun langsung menghempaskan tubuhnya dan bersandar pada sandaran kursi mobil.     

Tangannya meraba benda pipih dari dalam saku celanya, kemudian buru-buru dikeluarkan dari dalamnya. Buru-buru ia membuka galeri dan menampilkan foto seorang gadis cantik bermata lebar dengan kedua bulu mata yang lentik, nampak tersenyum memamerkan lesung pipitnya yang membuat ia kian mempesona dibalik balutan baju berwarna merah muda.     

"Tan! Kamu di mana, sih? Kakak rindu sama kamu. Apakah kau tidak berfikir kalau kakak sangat khawatir padamu? Pulanglah, Tan. Cuma kamu satu-satunya keluarga yang kakak miliki," ucap Jevin sedih sambil memandang foto tersebut. Kemudian, ia pun meletakkan ponselnya di atas dashboard dan mulai menyalakan mesin dan melajukan mobilnya setelah memasang sabuk pengaman.     

Dua puluh menit Jevin mengendarai mobilnya dengan pikiran kosong entah ke mana. Sudah tiga hari ini dia tidak pulang ke rumah. Kali ini ia berniat untuk pulang ke rumah bermaksud menggeledeah kamar adiknya dengan harapan bisa menemukan petunjuk. Namun, setelah tiba di rumah, dan menggeledah kamar Intan dan seluruh ruangan yang, bahkan kamarnya pun juga tak luput dari pencariannya hasilnya tetap nihil. Malam ini Jevin merasa kian hancur dan terpuruk saja.     

"Alea, mungkin aku bisa menghubungimu dan memintamu datang. Tapi, in ikan sudah laru. Apa aku saja yang ke sana, sekalian melihat keadaan om Rafi. Sudah hampir seminggu aku tidak ke sana sama sekali," gumamnya sorang diri. Kemudian, pria itu pun kembali bergegas keluar. Tinggal di rumah ini membuat ia kian tertekan dan terpuruk saja. Ingatannya tentang adik semata wayangnya membuat dirinya kian tersiksa saja.     

Pukul tujuh lewat limabelas menit Jevin sudah tiba di depan rumah Alea. Di halaman rumah tersebut terparkir sebuah motor honda vario hitam dan helm warna merah hati yang diletakkan di atas spion. Jevin tidak tahu itu motor siapa. Ia hanya berfikir kalau mungkin mala mini Alea juga kedatangan seorang tamu.     

"Assalamualaikum!" teriak Jevin. karena kebetulan pintu tidak ditutup, dan di dalam ruang tamu nampak seorang pria dengan pawakan tinggi besar berkulit kuning langsat duduk di sana seorang diri.     

"Waalaikumsalam," jawab pria itu. tatapan keduanya saling bertemu. Mereka sama-sama tersenyum, karena memang tidak saling mengenal.     

"Silahkan, Mas," sapa pria itu.     

Jevin hanya mengangguk dan bi irnya membentuk senyuman tipis dan berjabatan.     

"Jevin. apa kabar kamu, Nak?" sapa tante Yulita dari dalam sambil membawa nampan berisi segelas minuman yang nampak mengeluarkan asab tipis dari dalamnya.     

"Iya, Tante. Bagaimana kondisi om? Apakah beliau sudah baikan?"     

"Dia sudah jauh lebih tenang. Kamu apakabar Jev? Apakah sudah ada kabar terkait adikmu Intan?" tanya Yulita, meskipun sebenarnya ada rasa sakit di dalam hatinya saat ia mengucapkan nama itu. Tapi, kembali ia fokus, kalau Jevin tidak ada kaitannya dengan Intan serta almarhum ibunya lakukan pada keluarganya.     

"Tidak Tante. Polisi malah menutup kasus ini."     

"Kamu yang sabar, ya? Pulanglah ke sini jika kau di rumah merasa stress. Jangan berkecil hati, anggap tante ini juga orangtuamu."     

"Terimakasih Tante."     

"Oh, Iya, Jev. Ini Andra. Teman kantor Alea."     

"Oh, iya Tnte. Jevin."     

"Andra."     

"Ndra, Jevin ini putra dari mendiang sahabat tante. Dia dan Intan adiknya sudah seperti saudara dengan Alea. Tapi, sudah tiga bulan ini adknya menghilang entah ke mana."     

"Semoga adiknya segera ketemu ya, Mas. Maaf jika saya lancang, memang menghilang bagaimana?" tanya Andra antara bingung dan penasaran.     

"Sebelumnya kami masih teta,berkomunikasi. Saat itu aku masih berada di luar negeri karena pekerjaan. Tapi, tiba-tiba setelah beberapa jam telfon, aku menghubungi lagi nomornya tidak lagi aktif. Hingga dua hari tetap masih tak aktif kuputuskan untuk pulang. Sejak saat itu juga, Intan adikku dinyatakan hilang sampai sekarang."     

"Sabar ya, Mas. Semoga adiknya segera ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat tanpa kurang suatu apapun."     

"Terimkasih."     

Tidak lama kemudian tante Yulita kembali ke ruang tamu dengan nampan di tangannya. Satu gelas minuman yang sama ia letakkan di depan Jevin. kemudian meminta putra dari mendiang sahabatnya yang berkhianat itu untuk meminumnya selagi hangat.     

"Alea di mana Tante?"     

"Dia berada di luar kota untuk survey katanya. Gak tahu, ini sudah malam dia juga tidak ada telfon. Mungkin besok pagi dia akan pulang."     

"Ke mana?" tanya Jevin penasaran.     

"Duh, tante kok lupa gak tanya, ya? ini Andra sebenarnya ke sini juga mencari Alea."     

"Ya sudah, tante, tidak apa-apa. Jangan telfon dia untuk menanyakan dia pulang kapan. Karena ini sudah larut, mungkin saja dia akan pulang besok. Apalagi dia seorang wanita. Mungkinkerjaannya sangat banyak dan belum selesai."     

"Yang dikatakan sama mas Jevin benar Tante, ya sudah, karena Alea tidak ada, saya pamit dulu ya Tnte. Salam untuk Alea nanti," ucap Andra. Lagipula, besok juga sudah hari senin, pasti ia akan bertemu dengan Alea. Meskipun sebenarnya dia sudah merasa sangat rindu dan ingin bertemu setelah empat hari dia ditugaskan keluar kota oleh bosnya. Maksud hati datang diam-diam untuk memberi kejutan. Tapi, ternyata Alea sedang tidak ada di rumah.     

"Kamu mau pulang sekarang, Ndra? Kenapa buru-buru?"     

"Iya, Tante. Soalnya besok kan juga harus bekerja."     

"Ya duah, hati-hati di jalan, ya? Maaf kalau tidak bertemu dengan Alea."     

"Tidak apa-apa, Tante."     

Andra pun akhirnya meninggalkan rumah besar dan megah tersebut setelah berpamitan dengan ibunya Alea dan juga Jevin. Jadi, sekarang di sini yang ada hanya tinggal Jevin dan tante Yulita saja. selebihnya adalah Rafi, yang sedang berada di dalam kamarnya.     

1     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.