Cinta seorang gadis psycopath(21+)

PAHIT



PAHIT

0Karena amsih sekitar jam setengah delapan dan belum terlalu larut, Andra memutuskan untuk berhenti di sebuah caffe. Lagipula, ini masih belum terlalu malam, waktu juga belum menunjukkan puklul delapan malam. Di sana, ia memanggil seorang pelayan dan meminta daftar menu. Kebetulan, Andra memang belum makan. Rencananya sih, dia ingin ke rumah Alea lebih awal, mengajaknya jalan untuk makan malam bersama dan memberikan oleh-oleh yang dia dapat saat berada di luar kota.     

"Minta daftar menunya sebentar Mbak," ucap Andra.     

Gadis itu pun menyerahkan selembar kertas yang sudah delaminating, kemudian berpesan agar dia memanggilnya lagi setelah memilih menu apa yang dia inginkan. Sebab, malam ini keadaan caffe juga cukup ramai. Jadi, sambil menunggu dia bisa melayani pendatang lainnya.     

"Baik, Mbak," jawab Andra dengan senyumannya yang manis. Pria itu melihat-lihat daftar menu tersebut. Pertama yang dia lohat adalah gambar dari menu tersebut. Selalu unik. Andra tersenyum saat menemukan beberapa gambar menu yang jadi favorit Alea. Ia sempat melamun dan tersenyum seorang diri Ketika teringat masa-masa bersama Alea sebelum dia dan dirinya naik jabatan keduanya sangat dekat.     

Sekarang Alea berada dalam satu ruangan dengan sang CEO karena menjadi asisten pribadinya. Sementara dirinya sekarang menjadi pengawas di semua anak cabang yang dimiliki oleh perusahaan dan memberikan laporan kepada presdir perusahaan yang tak lain adalah Axel sendiri.     

Cukup ia mengenang tentang Alea. Dia tak peduli apa yang terjadi, meskipun dia tahu kalau Axel dan Alea saling mencintai, tapi ia merasa kalau dialah pria pertama yang mencintai Alea. Ia yakin, cepat atau lambat Alea akan bisa bersamanya selamanya dan hidup berbahagia.     

Setelah menuliskan daftar menu yang ia pilih, kembali ia melambaikan tangan memanggil salah satu pelayan. Andra sendiri tidak peduli, siapapun yang akan datang untuk melayaninya. Tapi, rupanya gadis yang memberikan daftar menu padanya tadi cukup konsisten juga denga napa yang dia katakana. Dia lagi yang datang untuk memberikan daftar pesanan pada koki, dan gadis itu juga yang mengatarkan menunya padanya.     

Sekarang, sudah terhidang satu porsi nasi, ayam betutu, jamur krispy untuk cemilan dan pudding buah kiwi dan longan sebagai makanan penutup serta segelas es jeruk. Semua ini adalah makanan yang sering Alea pesan Ketika mereka makan bersama. Taka da hal lain yang ada dalam pikiran pria tersebut. Mungkin perutnya juga sudah benar-benar lapar. Jadi, ia langsung menyantap hidangan di depannya. Setelah semuanya habis, tinggal pudding dan es jeruk yang tersisa setengah gelas, tiba-tiba ia berfikir untuk menelfon Alea sekedar menayakan kabarnya. Andra berfikir kalau Alea benar-benar sibuk saat ini. Dia bukan tidak menjawab panggilan. Tapi, untuk menjawab satu panggilan barusan cukup lama.     

"Halo, Ndra. Ada apa?" jawab soerang gadis dari seberang sana, yang suaranya seolah berhasil menghipnotis Andra sekaligus mengobati rindunya.     

"Eh, halo, Lea. Kau katanya sedang berada di luar kota, ya? Kapan pulang?" tanyanya dengan sedikit gugup.     

"Iya, kok kamu tahu, Ndra? Dari siapa?" jawab Alea dengan nada yang ceria.     

"Barusan aku datang ke rumahmu. Ibumu yang bilang. Apkah kau pergi berama… " Kalimat Andra menggantung saat Andra mendengar lenguhan suara Alea dan dibarengi dengan suara pria yang bertanya.     

"Siapa yang menelfonmu, Sayang?"     

"Ah… Sayang, jangan begitu, aku geli… "     

Andra diam. Dia memang tidak tahu dengan siapa Alea pergi dan apa yang tengah mereka lakukan saat ini. Tapi, ia sudah bisa menebak, kalau itu pasti adalah Maxmiliam, CEO perusahaan tempat di mana ia bekerja. Dengan siapa lagi? Alea tidak pernah dengan pria mana pun selain dirinya. Itupun dia hanya dianggap sebagai teman saja. sedangkan Axel Maxmiliam pria berdarah Indonesia-Jerman itu, terang-terangan mendekati Alea karna suka.     

"Halo, Ndra… "     

"Iya, Alea. Maaf, apakah aku menganggumu?" jawab Andra pelan. Dia bukan merasa bersalah. Tapi, lebih ke sakit dan kecewa. Mendengar Alea memanggil pria itu dengan sebutan sayang membuat hatinya terasa hancur dan sakit.     

"Tidak kok. Oh, jadi kamu sudah kembali dari Bogor? Sejak kapan?" tanya Alea dengan nada yang sama. Memang kelihatannya dia fokus dengan panggilan mengabaikan pria yang barusan mengganggunya. Tapi, apa yang terjadi setelah panggilan diakhiri Andra juga tidak tahu, kan?     

"Aku tiba tadi pagi. kamu besok kerja, kan?"     

"Aku tidak tahu pasti. Tapi, jika aku kerja kau juga pasti akan bertemu denganku di kantor."     

"Oke. Ya Sudah. Aku mau kembali dulu. Aku barusaja makan di caffe."     

"Baiklah. Ya sudah hati-hati, ya?" ujar Alea.     

"Ya, terimakasih," jawab Andra dan langsung mematikan panggilan. Setelahnya, ia segera bergegfas meninggalkan tempatnya dan menuju ke kasir untuk membayar. Sementara setengah gelas minumannya dan juga pudingnya yang masih utuh ta kia pedulikan. Jangankan makan, minum yang tidak mengunyah saja dia sudah tidak lagi berselera.     

Tiba ditempat parkir Andra mengenakan jaket yang tadi ia lepaskan saat berada di dalam caffe. Setelahnya, pria itu mengambil sebiah box kecil berwarna putih dari jox motronya, mengeluarkan isinya satu batang dan menyulutnya dengan korek. Ia menikmati kepulan asab dari sebatang rokok di tangannya. Setelah beberapa menit, barulah ia mulai berkendara dan meninggalkan area parkir caffe tersebut.     

Selama perjalanan pikiran Andra melayang ke mana-mana. Jelas, semuanya tentang Alea dan pria yang berusaha menggodanya Ketika ia menelfonnya tadi. 'Siapa yang sedang bersamamu tadi, Lea? Apakah itu pak Max? Apakah kau sudah jadian dengannya? Jika tidak, kenapa kau memanggilnya sayang?'     

****     

Setelah andra pergi dan lenyap dari pandangan Jevin dan tante Yulita, tante Yulita mengajak Jevin tamunya untuk, masuk. Karena udara di luar cukup dingin mala mini tidak seperti malam-malam biasanya.     

"ya sudah, ayo masuk, Jev."     

"Iya, Tante. Bagaimana kondisi om Rafi sekarang? Apakah ada perkembangan?" tanya pria itu penuh perhatian.     

"Perkembangan yang pesat memang tidak ada, Jev. Hanya saja dia sudah terlihat jauh lebih tenang. Tidak lagi pernah berteriak histeris seperti orang ketakutan begitu. Entah, dia bisa sembuh apa tidak. Jika memang tidak, tante juga sudah ikhlas merawatnya seumur hidup," jawab tante Yulita dengan pandangan tertunduk.     

"Tante yang sabar, ya? Om Rafi dan tante orang baik. Pasti Tuhan juga akan memberi yang terbaik untuk kalian berdua," hibur Jevin.     

Sementara Yulita hanya tersenyum kecut mendengar perkatakaan Jevin barusan. "Hehm… orang baik, Jev? Kau hanya tidak tahu saja borok om Rafi. Jika Tuhan memberi yang terbaik untuk kami, aku percaya. Setidaknya dengan begini om Rafi tidak akan lagi selingkuj. Sekarang Intan sudah hilang, tapi tidak menutup kemungkinan kan jika dia tetap dalam keadaan Normal akan mencari wanita lain yang sepadan atau lebih cantik dari Intan?' batin Yulita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.