Cinta seorang gadis psycopath(21+)

CINTA DALAM DIAM



CINTA DALAM DIAM

0Sisca tersenyum kecut. Sambil mengemudi, ia memandang kea rah Andra yang nampak mengenang sesuatu yang menyenangkan.     

'Pasti kau bahagia sekarang Ndra. Ya sudah, asal melihat kau bahagia, juga gak apa-apa. Lebih baik begini saja, asal aku bisa terus dekat dengan mu walau hanya sebagai teman dan hubungan anatara staf dan atsan aku tak masalah. dari pada aku juga menyatakan cintaku padamu, lalu kau pergi menjauh dariku, aku akan merasa hancur dan tak sanggup.' Batin gadis itu.     

"Kamu gak ada pacar gitu yang bisa dibawa pulang, Sis? Masa mau jomblo aja? Jabatan juga dah ada, kerja uda lama. Udah waktunya kau menikah," ucap Andra, mengusir sepi.     

"Mau nikah sama apa, aku Ndra?" jawab Sisca, malas.     

"Ya sama manusia laki-laki. Masa sama kucing jantan?"     

Keduanya pun sama-sama tertawa. Andra memang paling bisa mencairkan suasana. Dia bisa memberi rasa nyaman dan aman pada wanita mana pun yang menyukainya.     

'Pantas saja gadis Thailand itu jatuh cinta sama kamu. Kamu begitu baik, bersamamu, aku pun juga merasa nyaman, Ndra. Apalagi kekasihmu itu.' Sisca tersenyum seorang diri sambil melihat wajah Andra yang tenang saat terlelap. Tidur saja dia tampan. Apalagi saat nampak serius dengan pekerjaan di hadapannya. 'sudah, Sis! Dia milik orang lain. Gak baik lama-lama memperhatikan orang lain yang bikin hati kamu tertawan. Yang perlu kau lakukan sekarang ini hanya satu. Buang jauh-jauh perasaanmu darinya.'     

Setengah jam mengemudkan kendaraannya sendiri tanpa ditemani Andra, tanpa terasa mereka dudah tiba di depan kediaman orangtua dan adik Andra. Sisca melwpaskan sabu pengamannya. Kemudian, ia memiringkan tubuhnya untuk membangunkan pria itu. tapi, saat melihat Andra yang pulas tertidur, tiba-tiba saja Sisca terpesona dengan wajah manis yang nampak tenang saat matanya terpeja. Dengkuran halus yang terdengar di telinganya juga seolah-olah menghipnotis dirinya. Mata Sisca mulai menjelajah pada setiap inci wajah Andra, turun ke leher dan dadanya. Sampai-sampai tanpa sadar tangannya menyentuh dada bidanya.     

"Sudah ada wanita yang merasa nyaman meletakkan kepalanya di sini. Tapi, ada wanita lain yang juga ingin merasakannya. Biarlah tak mengapa. Aku cukup melihat saja dan menyentuh saat ini, aku merasa sangat senang."     

Ketika Sisca terbuai dan terus mengelus dada itu, tiba-tiba saja ponsel dari saku Andra berdering. Mereka sama-sama kaget. Andra terkejut oleh suara ring tonenya sendiri yang memang sangat keras, sementara Sisca, dia tajut tertangkap basah oleh sahabatnya sehingga ia didijauhi karena mencintainya.     

"Oh, maaf aku ketiduran," ucap Andra, sebelum mengangkat panggilan bahkan ia tak lupa dengan orang di sampingnya. Meskipun dia tahu, kalau yang menelfon dirinya adalah orang yang paling berarti dalam hidupnya.     

"Ya, aku baru saja mau membangunkanmu," jawab Sisca. Tidak sepenuhnya bohong. Karena, memang awalnya dia juga mau membangunkan. Tapi, apa daya kalau akhirnya dia malah terhipnotis sendiri.     

"Aku tidurnya gak ngiler, kan?" ucap Andra, sambil mengusap bibirnya. Di saat ia panik dan buru-buru. Masih saja sampan menjoke. Membuat gadis di sebelahnya juga tertawa karna ulahnya, dan melupakan canggungnya.     

"Halo, Sayang?" jawab Andra. Seperti apa ekspresinya, Sisca tak mau tahu. Melihat orang yang disukai tersenyum dan tertawa dengan wanita lain hanya membuatnya sakit.     

"Iya, nih. Aku baru saja sampai. Aku nebeng sama teman. Kebetulan, kami sama-sama dari Jakarta, dulu juga sama-sama bekerja di perusahaan tempatmu sebagai karyawan biasa."     

Mendengar kata itu, Sisca tersenyum. Tiba-tiba saja ia merasa senang dengan ucapan itu. meskipun dia bukan wanita yang dicintai oleh Andra. Setidaknya, di hatinya dia adalah teman baik. Buktinya, dia masoh ingat semuanya, meskipun tak diceritakan, pasti juga Andra belum melupakan, betapa bobroknya mereka dulu saat masih di JAYA ABADI pusat.     

"Ya sudah, akum au turun dulu. Kasian Sisca. Pasti dia kelaparan setelah mengemudi dari Bandung ke sini. Aku ajak dia makan saja dulu, ya?"     

"…. "     

"OH, kau ingin kenal dia? Baik, nanti jika dia tidak ada acara akan akua jak ke tempat kamu, ya? Bye!" Andra pun menutup panggian kemudian memandang kea rah Sisca yang pura-pura sibuk dengan gawainya. Padahal, ia hanya membuka galeri saja. ponselnya selalu sepi, tidak ada yang chat. Bukan karena dia taka da teman. Temannya banyak. Tapi, saat weekend begini, mereka akan sibuk dengan pacar dan keluarga masing-masing.     

"Dari Chaliya?" tanya Sisca sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.     

"Iya, dia pengen ketemu sama kamu katanya, kapan kamu free? Akua jak kau ke sana?" tanya Andra.     

"Memang kamu mau menemuinya kapan?"     

"Ya mungkin nanti sore. Sekarang istirahat dulu."     

"Baiklah, aku akan ikut denganmu."     

Andra melambaikan tangan pada Sisca. Kemudian ia masuk ke dalam rumah di mana dirinya dibesarkan.     

"Loh, kak Andra datang kok gak kedengaran ada suara mobil? Di mana mobilmu, Kak?" tanya Arabella sambil menengok ke luar melihat halaman rumah. Mobil milik kakaknya tidak ada. "Kamu naik angkot?" tanyanya lagi.     

"Hahaha! Dasar! Memang ada angkot yang membawa kakak dari Bandung ke Jakarta?" tanya Andra dan langsung ngeloyong masuk membiarkan adiknya tetap berada di ambang pintu.     

"Ya maksutnya kau naik bus atau apa kek gitu. Terus ke sininya naik angkot atau ojek."     

"Tidak. Nebeng sama teman barusan," jawab Andra.     

"Oh, baru saja ibu ngomongin kamu, Kak."     

"Di mana dia sekarang?" tanya Andra sambil melepas kemejanya dan hanya memakai kaus oblong warna putih yang memang ia pakai untuk dalaman.     

"Ada di halaman belakang."     

Tanpa berkata apa-apa lagi, Andra pun berjalan menuju halaman belakang. Di sana ia lihat soerang wanita paruh baya berbadan kurus tinggi memakai rok panjang dan sweter rajut dan syal untuk menjaga suhu tubuhnya agar tetap hangat berdiri di bawah Mentari pagi memberi makan burung-burung merpati.     

"Ibu," panggil Andra.     

Wanita itu pun menoleh ke belakang saat mendengar suara putranya memanggil. Kemudian, bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman. "Kau sudah datang, Nak?" tanyanya senang. Ia meletakkan wadah plastic yang ia buat menarih jagung untuk merpati piaraannya dan berjalan perlhan menghampiri putranya dan memeluknya. "apakah kau sehat-sehat saja?" tanya wanita itu senang. Meskipun seminggu sekali Andra pulang, tapi wanita itu selalu menyambut kedatangan putranya seolah dia pulang hanya sekali dalam setahun.     

"Alhamdulillah. Andra baik-baik saja, Bu. Bagaimana denganmu?"     

"Ibu juga jauh lebih baik, Nak. Berangkat jam berapa kau dari Bandung, sepagi ini kok sudah tiba di rumah? Ayo masuk ke dalam. Kamu pengen makan apa? Ibu akan masakin kamu," ajak wanita itu sambil berjalan sejajar dengan putranya.     

"Bertemu dengamu sehat saja aku sudah senang, Bu. Jangan repot-repot."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.