Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MOBIL RENTAL



MOBIL RENTAL

0"Saya akan membayar depenya, mungkin sekitar tiga hari ini akan saya rental. Apakah tidak mendapatkan discound?" ucap Wulan pada pemilik rental mobil dan motor yang dia datangi.     

"Maaf, Bu. Hari ini sedang tidak ada prmo. Tapi, karena anda menyewa selama tiga hari, maka kami akan memberikan ptongan sebsar lima belas persen. Bagaimana? Apakah anda setuju?"     

"Baik;ah! Persiapkan STNKnya. Saya akan memilih mobil ini saja." ucap Wulan dan langsung melakukan pembayaran rental mobil honda jazz warna hitam tersebut.     

Setelah keluar dari sana, wanita itu langsung menuju ke kantor suaminya. Cukup lama dia menunggu di seberang jalan sana. hingga setelah lima belas menit keluar mobil rush putih milik Axel. Dengan cepat, Wulan menyalakan mesin lalu mengikuti mobil tersebut.     

Awalnya Wulan tidak tahu suaminya hendak ke mana. Tapi, setelah berjalan sejauh lima kilo meter, ia tahu, jalan ini adalag jalan menuju ke rumah Chaliya. Tak mau terlalu gegabah, Wulan memilih berhenti di sebuah minimarket. Di sana ia membeli minuman ringan dan roti untuk mengisi pertunya yang lapar. Ternyata benar. Tidak berselang lama mobil Axel kembali lagi. Mungkin ada Chaliya di dalam sana.     

"Biar kulihat. Mau pergi ke mana kalian? Aku sudah menyiapkan kamera pada mobil dan bajuku. Awas saja jika sampai masuk hotel. Akan aku viralkan kalian," batin Wulan berapi-api penuh dendam.     

"Apakah Andra masih tidak mau mendengarkanmu?" tanya Axel berbasa-basi.     

"Masih."     

"Lalu, bagaimana jika car akita nanti tidak berhasil? Sebagai atasannya, sedikit banyak aku cukup tahu seperti apa karakter dia. Dia memang penuh ambisi dan keras kepala. Apa yang sudah jadi maunya, tak akan terkalahkan oleh apapun!"     

"Aku juga tahu itu,' jawab Chaliya.     

"Lalu, bagaiamana?"     

"Apanya yang bagaimana?"     

"Jika dia menolak untuk kembali berbaikkan dan melanjutkan hubungan kalaian ke jenjang pernikahan."     

Chaliya tersenyum kecut. "Ya sudah! Mungkin memang aku harus jalani hidup begini. Sendiri selamanya. Jika tidak, ya dengan cinta palsu dari seseorang yang mungkin hanya menyukai karna fisik dan prestasiku saja," jawab Chaliya. Kembali dia tertawa keras untuk mengusir stresnya.     

Mendengar ucapan itu, jelas Axel merasa tertampar sekali. Ia sendiri tidak tahu, kenapa dia suka sama Chaliya selain dia cantik dan menarik. Sebab, sejauh ini aib atau sisi buruk dari gadis di sebelahnya dia sama sekali masih belum mengetahuinya.     

"Oh, iya. Kapan hari sebelum aku ke bandung aku bertemu dengan istrimu di salah satu gria bugar. Dia ambil fasilitas dan layanan yang sama denganku."     

"Oh, ya? Lalu, apakah ada sesuatu yang dia katakana padamu?" tanya Axel penasaran sambil sesekali memandang kea rah Chaliya yang masih nampak kusut duduk bersandar di sebelahnya.     

"Banyak."     

Axel tertawa miring. "Apa saja itu? sebutkan mana saja yang paling kau ingat saja."     

"Oke. Karena aku mengingat semuanya dengan baik, pertama dia menyapa. Kedua, dia pamer suami konglomerat yang baik setia dan tidak doyan selingkuh. Karena, mau selingkuh pun mau cari yang seperti apa? Dirinya saja adalah seorang wanita dengan Pendidikan intelektual tinggi serta berasal dari keluarga bangsawan. Tapi, menurutku, kata-kata dan ucapannya sama sekali tidak elegant. Seperti si kere yang butuh pengakuan dan istri terdzolimi namun dapat pengakuan dunia paling bahagia saja."     

Axel diam. Ia malu bercampur apa entahlah. Meskipun cinta sudah tak lagi ada untuk Wulan. Tapi, bagaimana pun dia adalah istrinya. Dan apa yang baru saja dikatakan oleh Chaliya juga benar. Kata-kata itu sangat tidak pantas dikatakan oleh orang seperti Wulan.     

"Kau tahu? Dia membuka masa lalu tentang dirimu dnegan mantan pacarmu si Chaliya itu. Katanya kau tidak cinta, mendekati hanya sekedar ingin tahu kebenaran dirinya, setelah terungkap, kau melamar Wulan, dan dihari kematiannya kau menggelar pesta pernikahan sebagai perayaan matinya Alea dan juga sekaian menunjukkan betapa kau mencintau sang editor Wulan."     

"Astaga! Aku nyaris tak percaya dia bisa berkata demikian, Chaliya," jawab Axel dengan muka nampak seperti baru saja menerima banyak tamparan bertubi-tubi di kedua pipinya.     

"kau boleh tanyakan pada dua petugas yang memberikan kami service."     

"Apapun yang Chaliya ucapkan. Aku akan percaya."     

"Hehehe, termasuk jika aku katakana bahwa aku ini adalah Alea?" goda gadis itu sambil memandang Axel. Godaan untuk bercanda tapi, juga benar.     

"Ayolah Chaliya. Aku ini masih normal dan belum gila. Tapi, semoga saja jangan sampai. Cukup Wulan saja. tapi, entahlah. Setelah dibawa kedua orangtuanya ke London kukira dia akan sembuh. Tapi, kenapa kian menjadi saja aku juga takt ahu.     

"Tentu saja kau tidak tahu. Kau tahu, kenapa Wulan berkata demikan? Dia itu memiliki tujuan."     

"Ap aitu tujuannya?"     

"Selama ini dia mengira kita ada main belakang bedua. Makanya dia manas-manasin aku agar juga mengatakan hal yang sama. Romantisnya kamu ke aku agar dengan mudah dia mencoreng namaku dengan sebutan wanita jalang, pelakor dan sejenisnya. Tapi, justru dia yang lagi-lagi mengoles noda tinta dan kotoran ke mukanya."     

"Kenapa? Apakah dia marah dan melabrakmu?"     

"Ya. saat dia membahas soal psikopat, kukatakan padanya, orang yang terlalu berambisi akan hal dan rela menghalalhkan segala cara untuk dapatkan yang diam au juga termasuk ciri-ciri dari seorang psycopat. Aku juga sudah katakana sumber yang kudapatkan dari mana. Dia malah bilang aku menuduh dirinya sebagai psychopath. Akirnya dia pun pergi tak melanjutkan perawatannya."     

"Hahaha! Iya juga. aku sedikit khawatir dengan kejiwaannya."     

"Jika kau kawatir, sebagai suami yang baik bujuk dan damping dia terapi pada seorang psikolog. Bukan malah membulinya."     

"Dia keras kepala. Selalu menolak meski sudah sering kuajak bicara baik-baik. "     

Chaliya diam. Ia memandang mobil honda jezz hitam di belakangnya lewat spion tengah. Merasa curiga karena sejak keluar gang dari rumahnya mobil itu sudah menguntitnya sampai Bandung, ia pun menggunakan kelebihannya untuk melihat siapa orang yang ada di dalamnya. Ternyata adalah Wulan. Tapi, dia tak peduli. Biarkan dia melihak sendiri kalau antara dia dan Axel memang tidak ada hubungan yang special. Kedatangannya ke Bandung juga untuk menemui Andra berharap agar pria itu mau kembali dengannya.     

"Anda pamit pada istri apa tidak kalau ma uke Bandung?"     

"Iya. Aku katakan padanya jika ada hal yang harus aku urus. Itu tidak bohong, bukan?"     

"Ya, aku tahu itu. Oh, iya berkat Wulan aku jadi penasaran dengan karya aAlea. Aku kemarin membeli bukunya dan kubaca. Ngeri juga, ya?"     

"Ngeri memang. Tapi, sayang sekali. Dia sebenarnya adalah anak yang cerdas. Hanya karena kesalahan kedua orangtua membuat kepribadiannya jadi terganggu begitu. Coba saja jika tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.