Cinta seorang gadis psycopath(21+)

LAMARAN AXEL



LAMARAN AXEL

2"Lagi-lagi, kamu diam. Berarti itu artinya adalah iya. Kau setuju jika dalam sebulan ini kita melaksanakan pernikahan, bukan?" tanya Axel.     

"Ih, kak Axel ngebet banget sih yang kepengen nikah?" ucap Arabella membuat Elizbath tertawa.     

"Hus! Kamu ini ngomong apa, sih? Jangan begitu, lah. Tidak sopan," bisik Livia sambil mencubit putrinya.     

"lah terus aku harus bagaimana, Ma? emang kak Axel kelihatan banget kalau dia begitu ngebetnya," jawab Arabella lagi asal nyeplos dan tertawa terbahak tak peduli meskipun dia sudah beberapa dicubit dan menerima kode keras dari ibunya.     

"sepertinya di sini atmosfernya tidaklah baik. Bagaimana kalau kita pergi saja?" usul Axel pada Chaliya.     

"memangnya kenapa? kejadian yang anak kecil yang masih labil. tidak perlu mengambil hati tentang itu," wanita itu karena sebenarnya dia enggan untuk pergi dengan Axel.     

"ada hal yang perlu aku bicarakan berdua saja denganmu. karena ini bersikap pribadi," jawab pria itu.     

"oh jadi begitu, ya? baiklah aku akan pergi tapi tidak lama. jadi cepat katakan apa yang ingin kamu katakan jangan berbelit-belit."     

"Baik, Nyonya," jawab Axel berlagak formal membuat Chaliya tertawa karena merasa sedikit terhibur.     

****     

Setelah melakukan obrolan yang sama sekali baginya tidak berguna, segera Chaliya pulang ke rumahnya sendiri. Dia sudah mulai bosan engan mayat Andra. Cinta di hatinya berangsur-angsur menghilang entah ke mana.     

Tapi, untuk mengembalikan jasad itu kembali ke kuburannya, ia masih merasa sayang dan takut jika sewaktu-waktu ia rindu tak dapat lagi melihat menyentuh dan memeluk Andra.     

"Maafin aku Ndra jika akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan pikiran ku sendiri. Sudah mulai bisa melupakan sakit hatiku terhadap Axel. Tapi, lagi-lagi dia membuat ulah. Karena dia aku juga harus kehilangan ibuku tidak hanya kamu. Sekarang, aku tidurnya ini sebatang kara dan sendiri saja. Jika saja kau tidak menyayangi dia sebagai saudara, sudah kupastikan dia juga akan menemanimu di dalam peti ini. Tapi, Aku tidak mau melakukan sesuatu yang membuatmu sedih. Katakan udah aku harus bagaimana? Diam sabar dan terima kasih begini saja? Sampai aku mati tanpa harus mencari keadilan untuk diriku sendiri?" keluh Chaliya di dekat mayat Andra.     

***     

Hari berganti hari. Waktu yang ditentukan sebagai tanggal pernikahan antara Axel dan Chaliya juga yang dekat.     

Elizabeth Livia arabella dan juga Axel sibuk menata dan mengatur acara resepsi untuk mereka berdua. Begitupun Axel, beberapa kali dia berlatih mengucapkan ijab qobul dengan nama Chaliya rose sebagai wanita yang akan dia jadikan istri.     

Memang bagi pria itu ini bukanlah yang pertama kalinya. Tapi entah mengapa dia merasa nervous, berdebar-debar sekolah ini adalah pernikahannya yang pertama. Mungkin karena dia sudah benar-benar melupakan tentang masa lalunya bersama Wulan, dan cintanya pada Chaliya benar-benar gila bagaikan seorang remaja.     

Jika di tempat Axel semuanya sibuk dengan pesta yang akan berlangsung dua hari lagi, Chaliya di rumah mamanya yang dibelikan Andra dulu, sibuk dengan pikirannya sendiri. Demi apapun, dia tak mau menikah dengan Axel. Dia yang mengakibatkan Andra dan mamanya mati.     

"Baiklah, masih kurang 2 hari lagi. Lebih baik kamu tidur istirahat kan badan dan otak kamu jangan terlalu banyak berpikir. Karena sehat dan waras itu perlu," ucap Chaliya pada dirinya sendiri.     

Ini hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Halaman Axel yang luas disulap menjadi tempat resepsi dengan nuansa outdoor khas ala barat. Semua dekorasi terlihat mewah, elegan dan sangat menawan.     

Di kamar yang berbeda dalam satu rumah yang maha luas itu, Axel dan Chaliya sama-sama bersiap untuk melakukan pernikahan. Chaliya melihat pantulan dirinya di balik balutan gaun pengantin warna putih karya vera wang membuat dirinya kian cantik dan anggun.     

"Lihatlah nona, kau begitu cantik. Bahkan, selama 10 tahun aku bekerja sebagai perias pengantin, kok adalah pengantinku yang paling cantik," Puji perias itu saat melihat takjub pada Chaliya yang canriknya melebihi bidadari yang beru saja turun dari kayangan.     

Mendengar pujian itu, wanita itu hanya tersenyum tersipu malu sambil menunduk. Sampai-sampai ia tidak berani melihat keelokan wajahnya yang terpantul ada cermin di hadapannya.     

"Sudahlah kamu jangan berlebihan. Kau berkata seperti itu seolah-olah kau begitu mahir merias. Padahal memang aslinya si pengantin memang sudah cantik alami, setelah kau rias bertambah cantik. Itu saja nggak lebih," sahut asisten wo tersebut.     

"Ya kalau benar maksudku juga demikian. Dia memang dasarnya sudah cantik makanya aku berkata 10 tahun aku merias pengantin, piala yang paling cantik. Apakah ada yang salah?"     

"Oke baiklah tidak ada yang salah kau memang selalu benar dalam hal apapun."     

"Tok tok tok!"     

Mendengar ketukan pintu dari luar kamar, seketika tiga orang itu menoleh dan mencoba melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut.     

"Apakah pengantin wanitanya sudah siap?" tanya Livia dengan balutan kebaya warna coklat susu. Dengan kombinasi bawahan batik.     

"Sudah, Nyonya."     

Mendengar jawaban itu Livia tersenyum. Perlahan dia melangkah masuk dan melihat seperti apa Chaliya setelah dirias.     

"Subhanallah... Chaliya. Kamu cantik sekali, Nak?" ucap Livia terharu.     

Chaliya hanya bisa tersenyum dan menjawab ucapan itu dalam hati, 'yah aku memang cantik. Tapi seharusnya Andra putramu lah yang menjadi pengantinku. Bukannya malah Axel yang menyebabkan kematian calon suami dan juga mamaku.'     

"Apakah kamu sudah siap, Nak? Ayo, kita keluar. Axel dan penghulu sudah siap menunggumu," ajak Livia. Kemudian menggandeng tangan Chaliya dan berjalan pelan meninggalkan kamar tersebut menuju halaman samping di mana tenda untuk melakukan acara ijab qobul didirikan.     

Melihat Chaliya yang sangat cantik jelita membuat Axel terpukau sampai-sampai dia tidak fokus dengan apa yang akan dilakukan.     

Bahkan sampai dua kali ditegur oleh penghulu baru dia tersadar.     

"Tuan Axel, apakah anda sudah siap?"     

"I.. iya, Pak. Maaf," jawabnya gugup dan terbata-bata. Buat para saksi dan juga mamanya tertawa melihat tingkah konyolnya.     

Aku menjabat tangan penghulu tersebut, lagu Si penghulu mengucapkan ikrar yang nantinya akan dijawab oleh Axel, "saya nikahkan Axel Maxmiliam bin Leonel Wijaya dengan Chaliya Rose binti Cristan Rustama dengan mas kawin seperangkat alat solat dan perhiasan seberat duaratus limapuluh gram dibayar tunai."     

"Saya terima nikahnya Chaliya Rose bindi Cristan Rustama dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Axel dengan tegas.     

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu.     

"Sah.... " Jawab para saksi dengan sangat riuh. Namun tanpa disangka, seorang pria tiba-tiba muncul dan berteriak dengan lantang.     

"Tidak sah!"     

Sontak semua mata tertuju pada pria tersebut yang dengan beraninya mengatakan bahwa pernikahan mereka tidak sah.     

"Siapa pengacau itu? kenapa dibiarkan masuk?" teriak Elizabeth tidak terima jika ada seseorang dengan berani mengacaukan hari bahagia putranya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.