Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MENYIAPKAN MAKAN MALAM UNTUK DIKCY



MENYIAPKAN MAKAN MALAM UNTUK DIKCY

1Aku baik-baik saja. Maaf jika lama tidak menghubungimu. Soalnya, aku memang benar-benar sedang sibuk akhir-akhir ini. Yah, seperti yang kau ketahui, lauching produk baru tidaklah mudah," jawab pria itu setengah mengeluh dan menghela napas yang begitu dalam.     

"Ribet, urus izin serta BPOM, ya?" jawab Chaliya sambil tertawa kecil.     

"Ya, seperti yang kau ketahui. Kau berada di mana sekarang?" tanya Hengky lagi.     

"Aku berada di rumah. Hari ini ada jadwal pemotretan daru dua produk sekaligus. Aku memiliki lawan main yang lumayan cakep, lo." Ucap wanita itu sedikit mmebuka tentang Hengky yang membuat jiwa psyconya kembali bangkit.     

"Aku ingin bertemu denganmu tapi tidak untuk membahas pria mana pun selain aku. Bisa?" tanya Dicky nampak sedikit kurang suka denga napa yang Chaliya katakana barusan.     

"Baiklah jika memang kau ingin bertemu denganku. Aku berada di rumah," jawab gadis itu dengan santai. Walau sebenarnya dia sedikit keberatan untuk bertemu dengan orang lain. Untung saja, itu adalah Dicky yang memiliki rupa mirip sekali dengan mayat yang kini tengah berada dalam pelukannya. Jika saja tidak, jelas, dia akan sangat keberatan dan tidak setuju sama sekali untuk bertemu dengannya.     

"Kau sudah makan malam?" tanya Dicky lagi, sebelum mematikan panggilan.     

"Sudah. Baru saja. aku masak sendiri tadi."     

"Apakah masih ada sisa?"     

Chaliya mengerutkan keningnya. Dia tidak menyisakan sedikitpun makanan selain nasi putih. Tapi, yang dia ingat, dia masih memiliki daging yang sudah dia marinasi dan siap diolah menjadi makanan yang enak. Bahan-bahan yang lain di dalam lemari es juga masih banyak.     

"Tidak. Aku tidak terbiasa menyisakan makanan. Jika kau mau makan di rumahku, ya sudah, kemarilah datang saja ke sini bersama perut laparmu. Aku akan mulai memasak sesuatu yang kau sukai," ucap wanita itu seolah tahu apa yang di mau oleh lawan bicaranya di seberang sana.     

"Oke, baiklah. Apakah ini tidak merepotimu?"     

"Tentu saja tidak," jawab Chaliya setengah mengomel.     

"Baiklah. Bye. See you later." Pria itu pun langsung mematikan ponselnya. Kebetulan, saat itu dia masih berada di dalam mobil bersama sang supir. Jadi, dia langsung meminta supir agar mengantarnya ke alamat tujuan.     

"Yaaah, Ndra! Aku gak bisa bermalam denganmu mala mini sepertinya. Tidak apa-apa, kan? Temanku yang memiliki wajah seperti mu itu, dia sifatnya kebalikannya kamu. Kau yang selalu ngerti dan tak pernah ngrepotin aku sama sekali, dia mintanya dingertiin, dan banyak sekali ngrepotin aku. untung saja wajahnya mirip sama kamu. Jika tidak, mungkin sudah kuhabisi dia," keluh Chaliya pada mayat Andra.     

Puas berkeluh kesah dan tak ingin waktu memasaknya tersita banyak, dengan segera wanita itu mendorong tempat tidur bawahnya ke dalam kolong dan tak lupa dia menguncinya. Supaya, siapapun tidak bisa membuka dan mengetahui apa rahasianya di dalam sana yang memang hanya dirinya saja yang tahu. Tidak siapapun termasuk Dicky.     

Tiba di dapur dikenakannya celemek warna putih motif bunga melati yang jadi favoritnya. Kemudian, ia bersiap menyiapkan bahan-bahan yang akan dia masak, meracik bunbu serta sebagian langsung di olehnya.     

Mungkin setengah mau memberi kejutan atau apa. Saat ia membalik ikan dori goreng tepung dan steak daging sapi, tiba-tiba sepasang tangan kekar melingkar di bagian perutnya dan memeluknya erat dari belakang. Serta dari belakang telinganya seorang pria dengan aroma yang khas berbisik, "Masa kapa kamu, Sayang?"     

"Kau, ini membuatku kaget saja!" keluh Chaliya sambil meletakkan tangan kanannya pada dadanya.     

"Aku lagi ingin bersikap mesra pada wanita. Dan itu kau, apakah tidak boleh?" protes Dicky sambil melepaskan pelukannya, kemudian mengambil buket bunga lyli dan memberikannya pada Chaliya.     

Gadis itu tersenyum menerima bung aitu. Kemudian meletakkan buket bunga tersebut pada vas kosong yang berada di salah satu petak kitchen set nya. "Kau bersikap mesra sekalai seperti itu, sepertinya kau sudah siap untuk menikah, Dick."     

"Menikah? Dengan siapa? Emang kamu mau menikah sama aku?" tanya pria itu lagi.     

"dari sekian banyak wanita yang kau miliki kenapa harus aku? Ajak salah satu wanita terbaik yang kau miliki. Lamar dia. Pasti dia tidak akan menolak."     

"Tidak. Jika pun aku sudah menikah dengan salah satu dari mereka, aku pasti akan sering mendatangimu, minta makan masakanmu dan tidur bersamamu. Kau, tak mau disebut pelakor oleh orang, kan?"     

Chaliya diam. Sesaat. Ia nampak sedikit bengong memikirkan apa yang Dicky katakana. Memang ada benarnya. Tapi, begini terus, juga tidak baik. Dia bukanlah wanita simpanan. Untuk menyambung hidup, dia juga dapatkan dari bekerja. Bukan melulu apa-apa meminta pada pria yang kini berdiri di belakangnya. Tapi, andai menerima lamarannya dan menikah, bagaimana dengan Andra? dia merasa berdosa sekali jika mencampakkan mayat Andra begitu saja. jika tetap di simpan juga tidaklah aman. Pria mana yang akan terima jika wanita yang dia cintai masih menyimpan sesuatu yang erat kaitannya dengan masa lalunya. Apalagi, Dicky memiliki wajah yang mirip dengan Andra. Jelas sakit hatinya akan lebih banyak karena hanya akan dianggap sebagai pelampiasan saja.     

Chaliya menaruh steak daging, gori filet goreng tepung dan tumis broccoli, buncir wortel pada wadah dan membawanya ke meja makan. "Aku sudah selesai masak. Apakah kau tidak lapar?"     

"Kau kilat sekali masaknya, Sayang?" ucap Dicky lagi yang membuat Chaliya tak bisa menahan lagi tawanya. Dia tidak marah walau pun tidak suka. Entah, ia merasa pria itu tidak bisa dia tolak. Namun, dia masih tak ingin cinta di hatinya untuk mendiang Andra luntur. Meskipun sebanrnya dia sudah lelah dan bosan satu tahun bicara terus pada sebatang mayat yang sama sekali tak bisa meresponnya.     

"Ini hanya masakan yang mudah saja. tidak butuh lama untuk membuatnya. Memang, kilatnya di mana?" jawab wanita itu sambil duduk di kursi depan Dicky untuk sekedar menemani makan saja.     

"Wah, lihat! Ini dagingnya empuk banget, loh, Cha. Mana tidak gosong lagi," puji pria itu saat menggigit steak daging bakar buatannya.     

Chaliya mendengar dan melihat tingkah pria itu hanya tertawa kecil sambil memalingkan wajahnya. "Kau ini, kenapa hari ini sanget aneh? Apakah kepalamu baru terbentur dengan benda keras? Ucapanmu sangat ndeso dan katrok!" ucap Chaliya. Seketika tawanya pun meledak.     

"Aku Cuma heran saja dengan cara kamu memasak. Ya tentu saja aku baik-baik saja."     

"Aku sudah merendamnya dengan parutan nanas selama lebih dari satu jam. Lalu, aku marinasi dengan bumbu-bumbu. Jadi, aku tinggal bakar saja. mungkin akua da feeling kau akan datang dan minta makan. Makanya, menikahlah!"     

"Aku mau menikah asal sama kamu!" jawab pria itu dengan entengnya dan terus meneruskan makannya dengan lahap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.