Cinta seorang gadis psycopath(21+)

MERASA NYAMAN



MERASA NYAMAN

0"Kau membuat roti prata in sendiri?" tanya Dicky sambil menyobek roti dan mencelupkannya pada kuah kari yang sudah dia letakkan di dalam mangkuk kecil.     

"Iya. Aku membuatnya sendiri," jawab wanita itu sambil duduk di kuris depan Dicky.     

"Rasanya enak sekali, Cha. Sama seperti yang biasa kubeli saat aku berada di Singapura," ucap Dicky dengan lahapnya.     

"Kau suka makanan seperti ini?" tanya Chaliya, hampir tidak percaya.     

"Iya, aku suka. Kenapa?"     

"Tidak. Aku pikir kau hanya penyuka roti dan sandwich saja," jawab wanita itu sambil tertawa dan menyuapkan roti ke dalam mulutnya.     

"Itu karena kau hanya satu kali bermalam dan ikut sarapan di rumahku. Menetaplah di rumahku sebagai nyonya rumah. Maka, kau akan tahu kebiasaan dan apa yang aku sukai, selain kamu."     

Chaliya tersenyum tipis. Ia memperhatikan Dicky yang begini, sungguh nampak kekanak-kanakan sekali. Dia pernah mendengar kata teman sesame model dan juga teman kantornya. Sedewasa-dewasanya lelaki, dan segarang-garangnya seorang Tentara di medan perang, dia akan berubah manja dan lebay jika sudah bersama wanita yang dia cintai. Apalagi, sikap yang Dicky tunjukkan sangat natural dan tak dibuat-buat.     

Ketika Chaliya terlena memperhatikan Dicky sebagai dirinya sendiri, bykan sebagai Andra, tiba-tiba saja tanpa dia sadari tangannya sudah terulur dan menghapus bibirnya.     

"Kau kenapa makan berantakan seperti anak kecil begini?" ucap Andra dan mengusap kuak kari di ujung bibirnya dengan ibu jarinya.     

Chaliya diam, terpatung melihat apa yang pria itu lakukan. Terlebih, Ketika Dicky menjilat ibu jarinya. Wanita itu seketika tertunduk malu denga napa yang pria itu lakukan.     

"Kau terlalu tergesa-gesa, Sayang. Sini, buka mulutmu," ucap Dicky sambil menyuapkan prata pada Chaliya.     

Chaliya melihat sepetong roti prata di hadapannya. Awalnya dia ragu. Tapi, akhirnya ia pun membuka mulut dan menerima disuapi oleh Dicky. Dia mulai nyaman dengan pria itu. Usai sarapan, mereka berdua berjemur di halaman belakang duduk di satu kursi sambil Chaliya menyandarkan kepalanya pada dada bidang Dicky.     

"Kau biasanya, saat memiliki mangsa selalu kau bunuh dengan sadis dan kau koleksi jantungnya. Kenapa, kali ini tidak?" tanya Dicky.     

"Aku lagi tidak mood melakukan itu. ambil saja semua apa yang kau butuhkan. Dia bukan perokok, harusnya, semua organ tubuh yang dia milikki, masih bagus, kan? Berapa harga sepasang mata yang masih normal dan juga ginjal sekarang?" tanya Chaliya.     

"Sekitar lima ratus jutaan yang kau terima. Apakah kurang? Jika, iya katakana saja. aku akan menambahkannya," jawab Dicky.     

Chaliya tersenyum miring, tanpa memindahkan kepalanya pada dada bidang Dicky. Ia merasa benar-benar nyaman di situ. Entah sejak kapan. Padahal, sebelumnya juga juga telah melakukan hubungan dengan dua pria.     

"Kau ini sudah kaya raya dan memiliki banyak perusahaan yang legal dan sah. Kenapa harus melakukan penggelapan dengan berdagang organ tubuh manusia? Mau sampai kapan, kau Dic? Tidakkah kau ingin tobat?"     

Dicky tertawa terbahak. Jujur, sedikitpun dia tidak pernah berfikir jika Chaliya akan bertanya seperti itu. dia jadi bingung menjawabnya. Melihat Chaliya, dia juga sudah memiliki emosi yang stabil dan tak lagi suka menyiksa sesame manusia dengan melakukan berbagai adegan berdarah.     

"Aku gak tahu mau sampai kapan. Yang jelas, kelak aka nada masanya aku berhenti dari semua ini. Oh, iya. Kau dari mana saja kemarin?" tanyanya, mengalihkan topik dan obrolan.     

"Kemarin aku ke Jakarta. Niatnya sih akum au balikin mobil milik Andra pada mamanya. Tapi, karena adanya banyak kejadian diluar dugaanku. Aku jadi melupakan itu dan berfikir untuk menundanya. Mungkin nanti saja, kapan-kapan."     

"Kejadian apa? Kau bertemu dengan Hengky di sana?" tanya Dicky penasaran.     

"Iya, tapi, ada hikmah di balik itu. Rupanya, kecerobohanku kemarin, meminum air mineral yang sudah dicapur dengan obat perangsang justru mampu menyelamatkan jiwaku."     

"Apa, itu?"     

"Setelah melakukan persetubuhan, kami tertidur. Pukul sembilan, aku terjaga dan mendengar suara tiga pesan masuk pada ponsel miliknya di atas nakas. Tidak lama kemudian, dua panggilan dari papanya. Tiba-tiba aku penasaran. Aku semprot dia dengan obat bius, dan diam-diam membuka kunci hpnya dengan sidik jarinya. Aku membaca pesan dari mama, papa dan juga adiknya. Mereka menargetkan aku sebagai tumbal selanjutnya agar kekayaan mereka abadi dan bertambah. Sebab, jika tidak, mereka akan jatuh miskin. Dalam sekejab semua harta dan asset mereka akan lenyap.     

Hanya saja, jika melihat Sinta, adiknya Hengky melarang. Karena dia menyukaiku. Jadi, sang adik meminta agar kakaknya segera membawa wanita cantik untuk persembahan iblis yang mereka sembah agar tidak marah. Sementara Hengky sendiri bilang ada mama dan papanya jika dia masih belum puas mempermainkan aku. tak mau memberi celah pada lawan, aku langsungmengirimkan dia padamu saja.     

Dicky terdiam. Ia tidak menyangka, kalau di era modern seperti ini masih saja ada masnua yang bersekutu dengan iblis untuk mendapatkan kekayaan.     

"Lalu, sekarang kau mau apa?" tanya Dicky kemudian.     

Chaliya diam. Kemudian, ia teringat sesuatu dan langsung mengangkat kepalanya dari zona nyaman pada pelukan Dicky.     

"Oh, iya, Dick. Aku kemarin juga bertemu dengan Axel. Sekarang dia sudah menikah dengan teman dekatku di perusahaan dulu. Kabarnya, dia juga sudah hamil," ucap Chaliya dengan wajah serius.     

Dicky memperhatikan mimic wanita itu. kemudian ia bertanya. Lalu, kenapa? Apakah kau cemburu, dan tidak terima jika dia menikah dengan teman dekatmu?" taya Dicky. Seolah dia bersiap mengabulkan apapun yang akan Chaliya minta. Sekalipun itu harus menghilangkan nyawa wanita yang tengah hamil.     

"Bukan. Aku sama sekali tidak peduli dia nikah sama siapa itu tidak penting. Boleh aku minta tolong sama kamu?" tanya Chaliya sambil menatap ke dalam mata Dicky penuh harap.     

"Ap aitu? Katakan saja, jangan sungkan-sungkan sama aku," ucap Dicky kemudian ia mengecup kening Chaliya.     

Chaliya yang biasa menerima ciuman di bibir dari pria itu, ia merasa terkesima Ketika pria itu memberi kecupan pada keningnya. Seolah, dia menunjukkan cinta yang sesungguhnya. Bukan hanya nafsu belaka.     

Chaliya menjadi kikuk dan sedikit salah tingkah denga napa yang baru saja Dicky lakukan. Memang, ini sederhana, mengingat keduanya sudah pernah bahkan sering melakukan hubungan terlarang. Tapi, entahlah. Ada rasa di dalam hati Chaliya yang tak mampu ia jelaskan dengan kata-kata.     

"Aku mau kau meminta beberapa anak buahmu mengawaasi kehidupan mereka. Apakah Axel benar-benar mencintai Lina, atau hanya anak yang ada di dalam kandungannya," jawab Chaliya.     

Seolah paham apa yang diinginkan olah wanitanya, Dicky dengan mudahnya langsung menyetujui permintaan Chaliya.     

"Oh, Cuma itu saja? Baik, aku akan mengabulkannya. Dengan cepat, aku juga akan memberi tahu bagaimana keadaan di sana yang sebenarnya."     

"Makasih, ya Dick? Kau memang yang terbaik," ucap Chaliya, memeluk Dicky dan mengecup pria itu. padahal,sebelumnya dia sama sekali tidak pernah berinisiatif mencium duluan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.